Haerin POV
Ponselku bergetar. Aku pun menatap layar ponselku, dan seketika aku menghela napas kasar.
Dia lagi, dia lagi.
Sampai kapan dia akan menggangguku? Apa yang dia inginkan?
Aku pun menolak panggilan tersebut dan kembali menatap lurus ke depan. Kemudian Jungkook bertanya, "Siapa? Kenapa tidak diangkat teleponnya?"
Aku menoleh ke arahnya sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Tidak penting, jadi tidak perlu aku angkat teleponnya," ujarku.
"Bagaimana kalau itu penting?" tanya Jungkook. Aku pun menggeleng. "Tidak penting kok." jawabku, Jungkook pun akhirnya mengangguk.
Kemudian sebuah pesan masuk ke dalam ponselku. Lagi dan lagi aku menghela napas kasar.
Lelaki berengsek itu lagi.
Aku sudah kembali. Aku ada di Seoul. Tidak akan lama lagi, kita akan bertemu, Jung Haerin.
Deg.
Mataku membulat sempurna saat membaca pesan itu, jantungku pun berdegup begitu cepat. Tidak. Aku tidak senang jika harus bertemu dengannya lagi. Aku membencinya.
Untuk apa dia ke Seoul? Mengapa dia kembali lagi?
Aku pun mengetikkan balasan untuknya.
Apa yang kau inginkan? Jangan ganggu aku. Aku membencimu, sangat membencimu.
Sampai kapan ia terus menerorku seperti ini?
Percuma jika aku mengganti akun chat ataupun nomor teleponku. Karena pada akhirnya, ia akan terus menerorku. Aku benar-benar tidak mengerti, bagaimana ia bisa mendapatkan nomorku.
Aku juga sudah memblocknya berkali-kali, tapi entah bagaimana, ia bisa dengan mudah mengirimku chat lagi dan terus mengganggu hidupku.
Mengapa dia menjadi seperti stalker?
Tidak lama kemudian, aku pun mendapat balasan darinya.
Yang aku inginkan? Hmm... Aku hanya menginginkan dirimu.
Sial.
Jujur, aku takut.
Aku takut kalau ia menemukanku lagi dan menyakitiku lebih dalam lagi. Memberiku luka lebih banyak lagi.
Lalu, sekarang ia ada di Seoul. Setelah lama pergi ke Jepang, kini ia kembali lagi, dan aku takut.
Aku tidak membalas pesannya lagi. Kemudian mengunci layar ponselku.
"Haerin-ah, wajahmu pucat. Ada apa?" tanya Jungkook sambil menatapku.
Aku pun refleks memegang wajahku. "Pucat? Tidak kok, ini mungkin karena aku kelelahan dan kurang tidur saja. Karena dari kemarin malam aku mengerjakan banyak tugas sampai malam, lalu saat di kampus pun aku lanjut mengerjakan tugas-tugasku yang belum selesai." ujarku berbohong. Entah sampai kapan aku harus berbohong seperti ini.
Raut wajah Jungkook berubah, ia terlihat khawatir. "Sudah makan belum?" tanyanya.
Aku pun mengangguk, "Aku sudah makan."
"Mau pulang tidak? Sepertinya kau butuh istirahat." ujar Jungkook. Aku menatapnya, berapa detik kemudian, aku pun mengangguk.
Jungkook bangkit dari posisinya. "Ayo, aku antar kau pulang." ujarnya. Aku pun berdiri, lalu Jungkook merangkulku.
Aku pun sempat terkejut saat Jungkook merangkulku. Sialnya tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat.
"Aku takut kau pingsan, jadi aku rangkul, supaya kalau seandainya kau tidak kuat untuk berdiri lagi, aku akan menahannya, sehingga kau tidak jatuh." ujar Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast ; BTS Jungkook✔
Fiksi Penggemar•Eccedentesiast adalah suatu istilah dalam psikologi dimana seseorang menyembunyikan rasa sakitnya dibalik senyumnya. Jeon Jungkook dan Jung Haerin sama-sama memiliki luka yang dalam di hati mereka. Luka yang membuat mereka sakit, jatuh, dan menangi...