Part 3

7.6K 265 31
                                    

Update!!

Jangan lupa tekan tombol vote dan komen ya guys... 

Selamat membaca... 

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Pria itu masih menyibukkan diri di ruang pribadinya, bahkan saat warna kekuningan di langit semakin menghilang. Tangannya dengan telaten menggosok-gosok revolver silver kesayangannya. Diletakkannya benda itu dengan hati-hati dalam kotaknya. Bahkan ia nyaris tak memperhatikan keberadaan seseorang di depannya.

" Shit!! Turunkan kaki itu dari mejaku!" Lex menatap nyalang pria di depannya.  Seperti ada pencuri yang mengambil kolornya. "So ... what's bring you here? do you need my help? Cepat katakan maumu, Gil!" Lex masih tak mengalihkan tatapannya. Sedangkan lawan bicaranya sedikit terkekeh mendengar sambutan tuan sekaligus sahabat kecilnya.

"Oh, you are fucking shit! Kesombonganmu benar-benar bisa membuat pantatku gatal. Kita bahkan dua tahun tak bertemu,  Lex. Dan sekarang inikah sambutanmu pada teman lama? Segelas air putih pun terasa mahal untukku." Tawa Gil semakin renyah terdengar. 

"Kalau kau haus,  ambil saja di dapur."

"Ck! ass hole." Gil kembali mengumpat kasar. Dilepasnya jas abu-abu yang melekat di tubuhnya. Sengaja ia tak menghiraukan Lex yang sedari tadi jengah akan kedatangannya.

"Apakah ada sesuatu terjadi?" Gil hanya merespon dengan mengangkat bahunya. "Lalu apa?"

Kali ini Gil menatap pria di depannya beberapa saat. "Apakah kau pikir kedatanganku kemari pasti karena ada masalah? Kau pikir aku virus, hah? Astaga..., " reflek ia meraih beberapa kertas berserakan di meja,  meremas-remasnya dan melemparnya hingga mengenai kepala Lex. 

"Wow...  Wow...  Kau membuang catatan-catatanku,  brengsek!" Lex mau tidak mau segera memunguti kertas-kertas yang sudah berserakan di lantai. 

Gil tersenyum puas. Suasana hening untuk sesaat. "Si Tua itu menikahkan putranya dengan satu-satunya putri Anderson." Lex kembali duduk di kursinya dan menatap Gil sekarang. "Dan saat ini, ia menduduki kursi pimpinan di salah satu anak perusahaan Anderson."

"Anderson? Bukankah beberapa bulan lalu terjadi kecelakaan yang melibatkan keluarga itu?" Lex mulai mengingat kembali serangkaian berita kecelakaan maut yang gencar disiarkan di TV. Tidak mengherankan,  karena kejadian itu melibatkan keluarga Anderson yang jaringan bisnisnya menguasai enam puluh persen dunia pertelevisian.

"Ya. Pasangan Anderson dan anak lelaki mereka tewas di tempat." Gil menatap Lex serius, tangannya memutar-mutar pemantik di atas meja. "Itu bagian dari rencana si brengsek Peter.  Tapi...  Aku belum mendapatkan yang kuinginkan." Tatapannya nyalang dengan rahang yang tampak mengeras. 

"Kalau bukan karena rasa kasihan Shane,  sudah kumusnahkan keparat itu." Giginya gemeletuk menahan amarah. 

"Aku akan terus mengawasi gerak-geriknya.  Kau harus beritahukan hal ini pada paman Shane secepatnya."

"Kenapa bukan kau saja yang memberitahunya?"

Gil menyeringai.  Dia tahu pria di depannya ini paling malas jika harus pulang ke rumah orang tuanya.  Pasti hanya akan ada desakan untuk segera menikah dan menggantikan posisi Daddynya. 

"Aku ada kencan!" Gil beranjak dari kursinya seraya melambai melangkah keluar ruangan. Pria itu terbahak karena yakin telah berhasil mengerjai Lex.

"Hey! Hey!"

❤❤❤

Xena melenguh pelan saat kulit wajahnya terasa sedikit hangat terkena sinar matahari pagi. Hari ini,  dia malas untuk ke kampus.
Sejak kepergian kakak perempuannya seminggu yang lalu,  Xena memang hanya tinggal berdua dengan Alleric,  kakak laki-lakinya.  Hanya saja,  karena Alleric yang sangat sibuk dengan pekerjaan kantornya,  menjadikan mereka jarang bertemu.

LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang