Part 5

7.2K 260 55
                                    


                Divote yukk!!

Dengan gesit, tangan pria itu telaten meracik bahan-bahan rahasianya.  Sudah 3 jam dia berkutat dengan resep masakan barunya. Sesekali dia mengelap peluh di dahi dengan lengannya. Pria itu tersenyum puas memandangi maha karya yang sudah dia cicipi sebelumnya.

" Délicieux et beau. Parfait."

Lex memang sangat gemar menciptakan menu-menu baru untuk restoran-restoran mewahnya. Berkat tangan dinginnya,  bahkan seporsi Arnaud miliknya mampu terjual seharga $ 9,85 juta. Penasaran? Author juga wkwkwkk... 

"Menu baru lagi?" Lex terkejut ada seseorang di sana selain dirinya. Pasalnya,  dia tak pernah mengijinkan orang lain untuk masuk ke ruang percobaan pribadinya. Tanpa menoleh pun dia tahu pemilik suara itu. 

"Seperti yang kau lihat."

"Satu jam lagi kita harus ke Brighton Beach. Andy sudah mengatur semuanya sesuai permintaanmu." David masih duduk di kursi kayu satu-satunya di ruangan penuh aroma masakan itu. Dia duduk mengamati Lex, menopang dagu menggunakan sebelah tanyanya dan kaki bertumpu di kaki yang lain. 

"Ok.  Aku sudah selesai." Lex berbalik setelah mencuci tangan dan mengeringkannya dengan lap.

David mengernyitkan dahi saat melihat mata panda di wajah tampan itu.

"Ada apa dengan wajahmu? Apa kau kerasukan Asmodeus,  hingga kau tak lepas dari jalangmu semalaman?" Lex tak suka senyum mengejek yang di tunjukkan asistennya itu. Kalau saja pria di depannya ini bukan sahabat baiknya, sudah pasti Lex akan menguliti David,  mengadonnya dengan ragi, lalu memasukannya dalam mesin pemanggang. Kampret emang. 

"Sialan! Aku tak pernah bersama mereka lebih dari satu jam." Lex spontan menonyor kepala David dengan kesal. Sedangkan pria itu tawanya makin terdengar nyaring.

"Keparat tua itu mengirim cecunguk-cecunguknya,  semalam." David menatap lekat pria di depannya. "Tapi aku harus sedikit berterima kasih pada paman brengsekku itu.  Dia mengirim anak buahnya saat aku sedang ingin melampiaskan kekesalanku." Lex tersenyum garing karena ucapannya sendiri.

David menaikan sebelah alisnya saat Lex malah mulai membahas rasa kesalnya lagi. Sejak insiden di Draxon Corp yang kata Lex,  ada wanita gila yang menyerangnya tiba-tiba, hampir setiap waktu David harus mendengar pria itu menggerutu kesal. 

"Hahaha... Kau bahkan lebih memikirkan wanita itu dari pada ancaman pamanmu?" David hampir terjungkal karena tawanya yang membahana. Lex melipat tangannya di dada dan sesekali mencebik. 

Sudah puluhan kali David memutar ulang dua rekaman CCTV insiden memalukan itu.  Tapi tetap saja dia tak bisa berhenti terbahak saat mengingatnya.

Benar,  ada dua rekaman.  Insiden di restoran milik Lex pun telah David lihat. Bukankah itu benar-benar dua moment langka? Seorang Don Juan seperti Lex yang biasanya digilai semua wanita, justru dipermalukan oleh gadis tak dikenal. 

"Aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal gadis gila itu. Dia harus membayarnya." Lex tersenyum miring.

Pria itu memang telah mendapatkan alamat Xena dari orang suruhannya secepat yang dia inginkan. Tak dipungkiri,  akibat insiden di restoran miliknya,  Lex harus menyumpal perut lapar para penguasa stasiun TV agar tidak memberitakan hal memalukan tentang dirinya.

"Benarkah? Tapi dia bukan gadis gila, Alex! Mana mungkin orang gila berperilaku sepertinya?" David semakin tertarik untuk menggoda sahabatnya. Memang benar jika David mengamati semua gerak-gerik gadis itu dalam rekaman yang diberikan Lex. Bahkan pria itu sampai mendatangi gedung Draxon Corp hanya untuk melihat rekaman sebelum kejadian.  

LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang