Part 17

4.7K 191 15
                                    

UPDATE!!!!!!

DOUBLE YEYY
PLEASE VOTE DAN KOMENNYA YAAA.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Pagi ini, para karyawan tampak kasak-kusuk membicarakan tentang atasan mereka yang terlihat kacau. Penampilan Alleric hari ini memang kurang sedap untuk dipandang. Wajah kusut dan pakaian yang dikenakan asal-asalan. Sikap hangat dan ramah yang melekat padanya seolah menguar tak berbekas.

Ann, sekretarisnya juga menyadari hal tak biasa yang terjadi pada bosnya itu.

"Sorry, Sir. Apakah Anda sakit? Anda terlihat pucat dan berantakan." Tanya wanita itu ragu-ragu, saat Alleric hendak masuk ke ruangan kerjanya.

Eric berusaha tersenyum ramah seperti biasa, namun dirinya tak dapat menutupi kekhawatirannya pada sang adik. Bagaimanapun, pria itu merutuki dirinya karena terbawa emosi dan tak memberikan Xena kesempatan untuk melakukan pembelaan. Entah dimana keberadaan gadis itu sekarang. Apalagi, di New York mereka tak memiliki sanak saudara.

"Aku baik-baik saja, Ann. Aku hanya kurang beristirahat. Apakah kita ada jadwal dengan klien hari ini?"

“Tidak, Sir. Sebaiknya anda beristirahat saja. Panggil saya jika ada yang anda butuhkan."

"Setelah jam makan siang, aku butuh bantuanmu sebagai seorang teman lama." Pinta Alleric sambil tersenyum lembut. Wanita itu mengangguk. Bibir ranumnya menyunggingkan senyum.

Ann, teman lama Eric saat masih kuliah dulu. Keduanya tidak terlalu dekat saat itu. Hanya secara kebetulan, wanita itu melamar pekerjaan sebagai sekretaris Abraham Milles, Ayah Alleric. Dan sekarang, sudah dua tahun ini pria itu menggantikan posisi ayahnya. Hingga Ann dan Eric menjadi teman dekat.

"Oke, kalau Anda sudah dalam keadaan sehat, Sir."

Alleric mengangguk dengan sudut bibir tertarik, lalu berlalu ke ruangan miliknya.

>>>>>>>>>>>>>>>>>

Matahari sudah menampakkan sinarnya. Cukup panas, jika mengingat saat ini jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Rupanya cuaca hari ini cukup berangin, hingga pemilik tubuh mungil itu harus memakai sweater saat jalan-jalan di sekeliling sekitar pabrik. Tak terasa, sudah dua hari Xena berada di Paris.

Xena sesekali menyibakkan anak rambutnya yang terbang tertiup angin dan mengganggu penglihatan. Saat ini, gadis itu tengah duduk di sebuah ayunan dari ban bekas yang di gantung di sebuah pohon besar. Lumayan lelah. Dirinya telah melihat-lihat hampir ke semua bagian tempat itu.

"Bukankah bangunan itu terlihat menyeramkan saat seperti ini? Lihatlah, tempat ini sangat sepi. Hanya beberapa orang pekerja yang terlihat lalu lalang." Tutur gadis itu sambil berayun. Manik coklat indahnya menatap bangunan besar nan kokoh bergaya klasik. Beberapa ornamen dan pahatan pada dinding bangunan, memperjelas kesan mewah namun misterius. Sangat berbeda dengan tiga bangunan lain yang ditinggali Lex dan Xena beberapa hari ini.

"Rasanya seperti tengah berada di area kastil tua milik penyihir." Lanjutnya sambil terkikik geli.

Keduanya sedang menikmati hembusan angin, rerumputan dan pepohohan berjajar rapi.

“Itu karena kau penakut. Lagi pula, hanya pada musim panas saja para pekerja masuk pada malam hari. Kau tak akan mampu membayangkan panasnya di dalam sana, apalagi di hari yang sangat panas seperti ini."

"Sebenarnya, apa yang mereka ciptakan di tempat itu? Hingga harus menyiksa orang?" Tanya Xena asal.

"Perhiasan. Dan sejenisnya." Jawab Lex. Mata sebiru langit itu menatap wajah cantik yang sebagian tertutupi oleh rambut, saat hembusan angin menerpa.

LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang