Part 16

5K 214 18
                                    

++++++++++++++++++++++++++++

Bibir Xena tak berhenti menyunggingkan senyum. Dari balik kaca, matanya menikmati keindahan The City of Light itu. Tata kota di kota ini memang luar biasa.

Rasa hangat merasuki hatinya. Banyak kenangan di kota ini bersama sang kakek. Mendadak,  gadis itu merindukan neneknya yang tinggal di kota lain. Sudah dua tahun ini Xena tak punya waktu untuk berkunjung karena sibuk kuliah. "Mungkin aku bisa mengunjunginya sebentar." Batinnya.

Lex fokus memegang kemudi, sambil terus memperhatikan gerak-gerik gadis di sampingnya. Seulas senyum terbit dari bibir pria tampan itu.

Dering ponsel menginterupsi keduanya. Satu detik, dua detik, lima detik.... tak ada yang merespon, hingga suara dering menghilang.

Ponsel itu berdering kembali. Lagi...  tak ada yang merespon.

"Ish, Lexus, apa kau tak dengar ponselmu berteriak dari tadi?"

"Itu bukan ponselku, nada deringku lagu TAYO." Jawab Lex tanpa menoleh.

Xena merogoh tas punggung toscanya untuk mencari ponsel miliknya. Dua panggilan tak terjawab dari Allerin. Gadis itu segera balik menghubungi.

"Ya Kak? Tumben kakak telpon jam segini?" Xena langsung sumringah karena beberapa hari ini dirinya dan sang kakak kurang komunikasi dikarenakan kesibukan Rin.

"Hah? Apa kau baru tidur siang hingga kesorean? Di sini sudah hampir jam sepuluh, Sayang." Jawab Allerin keheranan di seberang sana.

Xena menepuk jidatnya agak keras, hingga membuat Lex berjingkat kaget dan menoleh.

"Oh, iya Kak. Kakak sedang apa sekarang? Belum mengantuk ya?" Jawab Xena sekenanya. Gadis itu gugup. Kok serasa seperti kepergok backstreet dari ortu ya?

Xena menggigit bibir. Tak didengarkannya suara Rin di seberang sana. Diliriknya penunjuk waktu di mobil Lex, sudah jam sebelas malam. Jika saat ini dirinya tengah ada di New York,  pasti masih pukul lima sore. Jam-jam dirinya dan Rin luang untuk bercengkrama.

"Xena? Halooo? Apa kau mendengarku?" Xena terhenyak mendengar Allerin memanggil-manggil namanya.

"I-iya, Kak. Gimana? Maaf aku sedang di jalan."

"Eric tadi sore menghubungiku, Xena. Bertanya apakah kau menghubungiku. Dia bilang, kalian bertengkar dan kau kabur?"

"Begitulah."

"Lalu, dimana kau, Anak Kucing?" Fix. Rin gemas.

"Perancis."

"Ha? Ke tempat Oma?" Tanya Rin sedikit terkejut.

Xena menimang-nimang jawaban apa yang harus dia berikan agar kakaknya itu tak histeris berlebihan.

"Eemm...  bisa jadi nanti iya."

"Nanti? Lalu sekarang dimana kamu, Tukiyem?"

Lex mengernyit memperhatikan ekspresi dan tingkah Xena berubah-ubah.

"A-aku ikut teman, ada urusan di sini. Setelah itu, baru aku berkunjung ke tempat Oma. Sudah ya Kak, nanti kuhubungi lagi."

Tanpa pikir panjang,  gadis itu memutuskan sambungan telponnya, menghela nafas lega.

"Kenapa mukamu itu? Kebelet?" Goda Lex.

"Sembarangan. Ini juga gara-gara kau, Mister. Aaaaahhh...  kenapa semua makin runyam sih."

"Siapa yang telpon?"

"Kakakku. Dia tahu aku kabur. Eric menghubunginya tadi."

Lex menatap Xena sebentar. "Si Buric itu juga kenal kakakmu?"

LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang