Suasana kota New York cukup cerah. Di tengah hiruk pikuk kehidupan warga perkotaan malam ini, sebuah restoran ternama di pinggiran kota pun tak luput dari kerumunan.
De Fairs memang masuk dalam jajaran restoran mewah di New York. Tempat ini, hampir orang-orang berkantong tebal saja yang mengunjunginya. Tak mengherankan jika tempat ini tidak terlalu ramai, sehingga memberikan privasi tersendiri bagi pelanggannya.
Malam ini, suasana sangat berbeda di restoran itu. Dalam sejarah berdirinya, malam ini De Fairs dibanjiri pengunjung. Bahkan beberapa pengunjung rela memarkir kendaraan mereka jauh dari lokasi, dikarenakan tempat parkir penuh.
Lex tersenyum menatap sebuah foto di layar ponselnya. Tangan kanannya memegang minuman tak berwarna. David yang sedari tadi sibuk membereskan perlengkapan mereka, hanya menggeleng pelan melihat sahabatnya itu.
Semua kru berbaur dengan para pengunjung, menikmati sajian restoran yang belum tentu mereka dapatkan di lain hari.
"Thankyou, Mr. Thompson. Euforia yang kau hadirkan sungguh luar biasa." Pria itu tertawa lebar sambil menepuk-nepuk bahu Lex.
"Tak masalah, Mr. Atkins. Mereka sungguh sadar akan pesonaku. Semoga kerjasama kita bisa berjalan dengan baik." Ucap Lex dengan sombong. Tuan Atkins terkekeh membuat matanya semakin sipit.
David mendekat ke arah mereka. Pria itu menghempaskan bokongnya ke sofa. Disambarnya gelas milik Lex dan meneguk isinya hingga tandas.
Pletakk.
David cemberut, mengelus-elus kepalanya yang baru saja terkena hantaman tangan Lex. "Jangan pelit! Kau seperti tukang kredit." Tukas David dan langsung mendapat pelototan Lex.
Mr. Atkins terbahak melihat tingkah kedua pemuda itu. "Silahkan nikmati semua yang tersedia di sini sepuasnya, Mr.Thompson and Mr. Youne." Ucapnya seraya bersiap melangkah untuk menghampiri meja lain.
"Oh, terima kasih Mr. Atkins. Panggil saja Lex. Aku tak terlalu nyaman dengan nama itu." Sahut Lex seraya menuangkan minuman lagi di gelas kosong dan meneguknya habis. David hanya mengangguk menanggapi perkataan pria tambun itu.
Lex melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. Sudah hampir pukul sebelas malam, tapi tempat itu masih ramai.
Lex kembali mengusap layar ponselnya. Membuka galeri foto yang menampakkan sebuah wajah di sana. Seulas senyum kembali menghiasi wajah tampannya.
"Kenapa mukamu? Kebelet pipis, hah?" David semakin tertarik untuk menggoda sahabatnya itu.
"Diam kau, Sempak Kudanil!"
David tergelak hingga harus memegangi perutnya. "Apakah gadis itu juga tergila-gila padamu seperti wanita-wanita lain?"
Lex menoleh ke arah David. Lalu menghembuskan nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit)
RandomRank #1 in Bos 28/10/19 Rank #2 in Storylife 05/08/19 Rank #2 in Touch 05/08/19 Rank #4 in Fallinlove 18/09/19 Rank #7 in Billioner 12/07/19 ⚠⚠WARNING!!! (21+) Cerita ini mengandung beberapa kata kasar!! Harap bijak dalam memilih bacaan! 💎💎 Xena...