Kala hati, otak dan tubuhmu tak bereaksi seirama, mungkin ada setitik ruang yang perlu disadarkan di sana.
❤============================
Xena mengerjapkan matanya, takjub. Di sinilah ia berada saat ini, di sebuah istana mini milik pria arogan itu. Bukan istana seperti di negeri dongeng, Xena menyebutnya istana mini karena benda tempat kakinya berpijak sekarang ini, telah mematahkan penilaiannya tentang kendaraan terbang yang memuakkan.
Ini bukan kali pertama gadis itu menaikki pesawat pribadi. Keluarganya juga memiliki benda mewah tersebut. Hanya saja, yang ini sedikit berbeda. Bahkan Xena lupa kalau dirinya saat ini berada di sebuah pesawat, jika tak ada sensasi getaran karena awan dan pergerakan pesawat.
Xena tak bosan mengelus bulu tebal di sofa besar yang didudukinya. Benda itu sangat lembut dan empuk. Matanya masih menyisir setiap bagian di ruangan itu. Bahkan saat ini, rasa kesal dan enggan menemani Lex ke negeri seberang, seolah menguar bersama udara sejuk di sana.
Tadinya, Xena terkejut karena Lex sudah menggenggam surat-surat pribadi miliknya untuk kepergian mereka kali ini. Bahkan pria itu hanya menjawab asal saat Xena bertanya tentang surat-surat itu.
"Aku berteman dengan makhluk astral yang bisa melakukan apapun." Jawabnya waktu itu. Sambil menunjukkan senyum tak bersalah. Apa-apaan coba?
Gadis itu asyik dengan dirinya sendiri. Dia tak menyadari jika tak jauh dari tempatnya duduk, ada seseorang yang mendengus kesal, karena merasa diacuhkan untuk kesekian kali.
Lex segera sibuk dengan berbagai benda yang dikeluarkan pria itu dari tas. Entah apa, Xena tak ingin peduli. Dia melirik sekilas, tadi pria pemaksa itu terlihat serius. Tetapi sekarang, kenapa mematung begitu?
"Apa?" Tanya Xena ketus, saat dirinya sudah tak tahan karena pandangan Lex tak beralih darinya sejak setengah jam yang lalu.
Lex terkekeh pelan. Pria itu beranjak dari duduknya, mendekat ke arah Xena duduk.
"Kau suka?"
"Apa?"
"Tempat ini. Ini tempat favoritku saat aku butuh untuk berpikir."
Xena mengernyit tak mengerti. "Maksudmu, benda ini? Kau suka sembunyi dalam pesawat?"
Lex mendudukkan pantatnya di sofa yang sama dengan Xena. Gadis itu siaga satu.
"Bukan sembunyi, Nona. Tapi menenangkan diri. Untuk berpikir dan mencari inspirasi. Ada kalanya, kau butuh ketenangan di ketinggian seperti ini. Jauh dari segala kerumitan makhluk bumi."
"Kau terbang tak tentu arah, hanya untuk ketenangan, katamu?" Xena ternganga.
Lex mengangguk mantab. "Iya. Ada yang salah?"
Xena menghela nafas panjang agar lebih sabar menghadapi makhluk jadi-jadian yang bersamanya itu.
"Apakah otakmu itu sebesar kacang polong? Taukah jika karena perbuatan konyolmu itu, kau merugikan banyak orang? Beberapa penerbangan komersil harus tertunda."
"Kenapa kau seperti si David brengsek itu? Selalu menghina otakku. Lagi pula, itu bukan urusanku."
"Sekarang urusanmu, Bodoh! Kau pemaksa, sangat egois dan sombong. Karena kau, aku selalu sial. Dan sekarang aku bertengkar dengan Erik, juga kau ikut andil." Cerocos gadis itu dengan wajah hampir menangis.
Xena ikut menyalahkan Lex untuk masalah yang menimpanya. Sebenarnya bukan Lex yang salah. Tapi seandainya dirinya tak pernah terlibat dengan pria itu, pasti Alleric akan percaya dengan alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, BASTARD (Sudah Terbit)
RandomRank #1 in Bos 28/10/19 Rank #2 in Storylife 05/08/19 Rank #2 in Touch 05/08/19 Rank #4 in Fallinlove 18/09/19 Rank #7 in Billioner 12/07/19 ⚠⚠WARNING!!! (21+) Cerita ini mengandung beberapa kata kasar!! Harap bijak dalam memilih bacaan! 💎💎 Xena...