Pagi ini pukul 06:12 pagi, Milan yang biasanya sangat susah untuk berangkat sekolah karena sulit membangunkan dirinya sendiri, ia juga tidak suka di bangunkan orang lain dan Milan biasa berangkat ke sekolah di waktu-waktu mepet sekarang kini ia sudah siap. Milan tersenyum tipis sangat tipis saat membayangkan wajah gadis yang menggemaskan di mata Milan, ia jadi tidak sabar bertemu dengan Kayla di pagi ini yang pasti cerah ini.
Kemarin, Milan sudah berjanji dengan Kayla jika hari ini akan menjemput gadis itu, ia akan menjemput Kayla tepat di depan rumah gadis itu meskipun Kayla setengah mati menolak usulan nya. Tapi, bukan Milan namanya kalo kali ini tidak memaksa dan tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau, meskipun pada akhirnya setiap berangkat bersama ke sekolah pasti Kayla selalu meminta agar di turunkan di pinggir jalan sebelum sekolahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Dan perlu di garis bawahi sebenarnya Milan sangat tidak tega untuk menurunkan Kayla di pinggir jalan.
Saat menuruni anak tangga, Milan di hentikan oleh seseorang yang berdiri di bawah tangga, spontan membuat nya bedecak kesal.
"Ngagetin aja lo."
"Mas Milan, jangan pergi dulu, Tuan Kakek mau bicara sebentar di ruang kerjanya, penting katanya."
Laki-laki berseragam putih abu-abu itu memutar memutar bola mata nya jengah.
Yang memanggil Milan tadi bernama Zaki, asissten pribadi Milan jika di rumah, pria itu sudah bekerja pada nya kurang lebih satu tahun ini.
Wajah Milan yang tadi cerah kini berubah menjadi muram. "Mau apalagi dia?" tanya nya dingin.
"Saya nggak tau, Mas. Saya kan bukan cenayang," sahut Zaki enteng.
"Sebagai asisten gue harus nya lo cari tau,"
"Saya takut Mas, pelotoan Tuan layaknya singa yang siap menerkam musuhnya," ucap Zaki jujur.
Milan menatap Zaki dengan datar. "Lo lupa? Gue gajih lo buat kerja disini bukan buat ternak ayam."
Zaki meringis mendengar ucapan Milan. "Iya Mas, sudah saya cari tahu tapi Kakek tidak mau katakan apapun pada saya."
"Lain kali ayam-ayam lo gue buang ke kandang singa."
"Jangan Mas, saya janji akan bekerja dengan profesional."
Milan menatap tajam Zaki. "Lo nggak bilang gue pergi kemarin kan?"
Zaki langsung menggeleng. "Nggak lah Mas. Tuan Kakek sibuk banget kemarin, saya nggak ada ngomong apapun ke Tuan Kakek. Suer deh Mas Milan. Semua terjaga dengan aman pokok nya kalo sama Zaki," cerocos Zaki sampai bibirnya ikut maju-maju karena Milan langsung menuduhnya.
Dengan raut tidak bersahabat Milan pun menaiki kembali anak tangga yang tadi sempat menghampiri Zaki.
"Jagain tas gue." Milan menoleh sambil melempar tas nya pada Zaki yang masih berdiri di bawah tangga lalu meninggalkan Zaki, untung saja laki-laki berumur 25 tahun itu langsung menangkap hingga tidak sampai menyerempet wajah nya yang menurut nya tampan.
"Hampir kena muka gantengku yang mirip Siwon," gumam Zaki pelan sambil mengelus dadanya. Ia sudah biasa melihat tingkah bossy yang selalu Milan tunjukan, bahkan itu sudah menjadi makanan sehari-hari Zaki.
Milan langsung membuka pintu ruangan kerja Kakeknya tanpa mengetuk terlebih dahulu, Milan berjalan masuk dengan langkah santai, ia juga tidak perduli dengan tatapan Kakeknya yang menghujam karena belum di suruh untuk duduk tapi Milan sudah duduk sambil mengedarkan pandangannya disudut penjuru ruangan. Kaki kirinya ia tekuk di atas kaki kanannya, lalu melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkam punggung nya di kepala kursi. Posisi yang sangat pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan & Kayla
Teen FictionMilan Lavindra, laki-laki yang memiliki sifat dingin yang hanya mampu di hangatkan oleh senyuman Kayla Maura Ziudith, Milan tidak pernah menyangka hidup nya berjalan sempurna saat berada di samping Kayla, bahkan Milan selalu berpikir bahwa Tuhan ten...