PART 13•

40 2 0
                                    

Braak!!

Davin menutup pintu mobil nya dengan sangat kencang, membuat kaget setengah mati dua orang yang tengah asik bermain catur di teras depan rumah megah itu, Davin langsung berjalan masuk ke dalam rumah besarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Kakek nya ataupun Zaki yang kini tengah terheran-heran dengah wajah cengo mendapati Davin yang pulang dengan keadaan kacau dan rahang nya yang mengeras, seperti tengah menahan emosi yang ingin meluap, wajah nya pun terlihat sangat datar melebihi wajah datar Milan bahkan.

Zaki pikir dua Kakak Beradik itu sedang bertukar wajah, pasal nya tadi siang ia melihat Milan pulang dengan tidak biasanya, senyum tipis yang tidak kunjung hilang sampai masuk ke dalam kamarnya dan sekarang ia melihat Davin dengan wajah datar sekaligus menakutkan, yang Zaki tahu selama ia tinggal di rumah besar ini, Davin tidak pernah menunjukan sifat seperti itu.

"Ada apa dengan cucuku yang satu itu?" Bram menaikan satu aslinya saat melihat Davin.

"Mungkin muka Mas Davin ketuker sama muka Mas Milan, Tuan Kakek."

"Ngaco kamu."

"Kan siapa--"

Zaki langsung mengatupkan bibirnya karena tanpa di duga Davin kembali keluar teras lagi berdiri di samping Zaki, membuat nyalinya sedikit ciut, ia takut Davin mendengar ucapannya tadi.

"Zaki, telepon Fred sekarang dan bilang saya ingin bertemu. Cepat!"

Zaki kembali mengatupkan bibirnya saat ingin menjawab ucapan Davin, tapi malah laki-laki itu langsung pergi begitu saja.

"Tidak usah telepon Fred, biar saya menanyakan pada Davin dulu."

"Bener nih Tuan Kakek? Nanti saya kena sembur Mas Davin lagi," sahut Zaki takut.

"Kamu tunggu sini," ucap Bram dan diangguki oleh Zaki, ia pun berjalan masuk menuju kamar Davin.

Dalam hati Bram bertanya-tanya, apakah Davin ada masalah besae di perusahaan nya hingga membuat cucunya itu begitu sangat marah.

"Arghhh! Sialan!"

Bram berdiri di ambang pintu melihat Davin telah membanting jam mahal nya begitu saja, laki-laki itu pun membuka setengah kancing kemeja nya lalu berdiri menghadap jendela kamarnya yang langsung mengarah keluar.

"Ada apa Davin, kenapa semarah ini?" tanya Bram bergegas menghampiri Davin.

Davin pun menoleh dan memilih duduk di pinggir tempat tidurnya.

"Ada masalah besar? Apa menyangkut perusahaan?"

Davin menggeleng, rahang nya mengeras, ia lebih memilih memandang lurus kedepan, tapi pikirannya hanya satu tertuju, Kayla. Gadis itu menolaknya. "Lebih dari masalah besar."

"Kamu hanya perlu mengatakannya pada Kakek, jika bisa Kakek pasti akan membantu."

"Dia menolak Davin," ucap Davin serak.

Bram menaikan sudut bibirnya. "Dia siapa? Seorang gadis?"

Davin berdecak sebal. "Memangnya sejak kapan Davin menyukai sesama jenis."

"Astaga, Kakek hanya memastikan saja." Bram terkekeh melihat raut wajah Davin semakin kesal. "Seorang Davin tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau, siapa gadis pemberani itu?"

Gadis pemberani karena sudah berani menolak cucu nya yang tampan ini, tidak tahukah gadis itu bahwa Davin sangatlah di inginkan oleh seluruh perempuan yang bekerja di dalam perusahaannya ataupun di luar sana, bahkan teman bisnisnya pun menginginkan Davin di jodohkan dengan putri mereka. Tapi untuk Davin, Bram percaya jika cucu nya itu bisa menentukan pilihan terbaik nya sendiri.

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang