PART 9•

55 2 0
                                    

Anak kecil berambut cepak yang bernama Yugo itu beralih menatap Milan yang juga tengah menatapnya sembari memasukan tangannya kedalam saku jaketnya. "Kakak itu siapa namanya?" tanya Yugo lalu menatap Kayla.

"Oh ini, namanya Kak Milan," sahut Kayla menarik tangan Milan agar berdiri di sampingnya.

"Ganteng ya, aku bisa nggak ya kalo udah gede jadi seganteng Kak Milan," celetuk Rugo sembari memakan gulalinya.

"Nggak bisa lah, Go. Muka Kakak ini terlalu ganteng," jawab temannya bernama Lupis.

"Kata siapa nggak bisa? bisa kok, kalo kalian rajin bantu Bapak sama Ibu, jangan nakal dan nggak boleh bikin Bapak sama Ibu kalian sedih, pasti kalian bisa seganteng Kak Milan," ucap Kayla lembut.

Mata Rugo kembali berbinar menatap Milan. "Yang bener Kak?"

Milan mengangguk kecil dan memberikan senyum segarisnya. "Iya."

"Yeay!" sorak senang anak-anak itu.

"Tuh kan, apa aku bilang," seru Rugo.

"Kita nggak akan jadi anak nakal, Kak." Danis yang sedari tadi diam kini mulai berani angkat bicara.

"Pinter," kekeh Kayla mencubit pipi tembam Danis dengan gemas. "Kalian nggak boleh jadi anak yang nakal karena kalian itu anak-anak baik."

Rugo kembali menatap Kayla bergantian menatap Milan, ia tersenyum jahil. "Kakak berdua pacaran ya?"

Pipi Kayla merasa panas saat Rugo menanyakan hal itu, ia dan Milan memandang satu sama lain untuk beberapa saat dan tidak ada yang mau menjawab pertanyaan dari Rugo.

"Kata Bapak kalo masih anak kecil nggak boleh pacaran kan?"

Kayla memutuskan pandangan nya pada Milan yang masih diam lalu menoleh pada Rugo dan kembali berjongkok di depan Rugo, memegang kedua bahu anak laki-laki itu. "Iya, kalo masih kecil nggak boleh."

"Nanti bisa di tangkep Satpol PP Kak," lanjut Rugo dengan wajah polosnya.

"Kok di tangkep Satpol PP?"

"Bapak bilang gitu, kalo masih kecil terus pacaran bisa di tangkep Satpol PP, soalnya kita sering di kejar Satpol PP gara-gara tidur di jalanan, Kak. Bapak juga bilang kita harus baik biar nggak di kejar," tidak ada raut sedih yang Rugo tunjukan pada Kayla saat menceritakan kehidupan anak itu.

Kayla terenyuh mendegar penuturan jujur dari mulut Rugo, ia paling tidak bisa melihat orang lain kesusahan. "Rumah kamu dimana? Kapan-kapan boleh kan kalo Kak Kayla main?"

Rugo mengangguk senang. "Boleh dong Kak, rumah aku ada ujung gang jalan sana, Kakak liat ada gubuk kecil warna coklat, itu rumah aku."

"Iya nanti Kakak main, sekarang kalian pulang ya, udah malem."

Rugo dan keempat temannya mengangguk sesudah mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada Kayla dan Milan, mereka berlarian dengan ceria sesekali menjahili satu-sama lain.

Kayla berdiri, ia menatap gulali yang tersisa satu ditangan kirinya. Ia melihat biang lala yang berputar pelan, sama halnya dengan kehidupan yang juga berputar, kadang bawah dan kadag diatas, Kayla dapat pelajaran hari ini bahwa apapun itu yang sudah kita miliki saat ini, kecil ataupun besar, itu semua harus di syukuri.

"Aku bingung, sebenenya yang ada disamping aku ini manusia atau malaikat," sahut Milan yang ikut berdiri disamping Kayla, menatap wajah gadis cantik itu dari samping dengan bulu mata yang lentik membuat kesan menggemaskan dimata Milan.

Kayla menoleh lalu terkekeh. "Aku nggak sesempurna itu, Milan."

"Tapi bagi aku, kamu sempurna..." balas Milan menggantungkan ucapannya, ia menatap teduh mata coklat Kayla. "Dan indah, kamu bukan cuma cantik diluar, Kay. Hati kamu juga cantik, and i'm lucky that you're arround."

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang