PART 17•

140 6 3
                                    

Milan sangat di buat jenuh dengan semua ini, jamuan makan bersama yang diadakan keuarga Jessy membuat dirinya harus duduk lalu pura-pura membuat diri nya terlihat nyaman padahal ia ingin sekali beranjak dari kursi ini dan menemui Kayla atau paling tidak menemui sahabat-sahabat nya yang konyol dan rusuh itu.

"Milan kenapa nggak di makan? Nggak enak ya masakan Tante?"

"Enak kok," sahut Milan.

Bram berdehem menatap Milan. "Milan pasti suka masakan kamu, bagaimana pun dia akan jadi menantu kamu."

Senyum Meira mendadak luntur, berubah menjadi raut kesedihan di wajah nya yang entah mengapa mendengar ucapan Bram membuat dirinya seketika mengingat sesuatu. Apakah menjodohkan Jessy dan Milan adalah keputusan benar? Melihat Jessy dan Milan bergantian ia teringat sosok itu, sosok yang kemungkinan sama usia nya dengan mereka berdua.

Bagaimana keadaan nya, Meira benar-benar rindu. Ia menjadi seseorang yang jahat dengan melupakan orang yang Meira sangat sayangi. Ia jahat karena berusaha menahan untuk tidak mencari mereka.

"Ada apa Meira? Apa yang kamu pikirkan?" Pertanyaan Dimas, suaminya membuat lamunan Meira buyar.

Meira menatap sendu Dimas. "Nggak apa-apa Mas, aku cuma-- nggak apa-apa."

"Bener?"

Meira hanya mengangguk lalu seketika selera makan nya mendadak hilang. "Perut aku nggak enak, aku minta maaf nggak bisa lanjutin makan ini."

"Kakek Bram maaf ya Meira tinggal sebentar. Milan, Tante tinggal sebentar ya."

"Istirahat saja dulu Meira jika sedang tidak enak badan."

"Jessy antar ke kamar Mama ya?"

Meira menggeleng lemah lalu memgusap bahu Jessy. "Nggak usah, kamu lanjut makan aja, Mama bisa kok jalan ke kamar sendiri, Mama cuma butuh istirahat sebentar."

Setelah sampai dikamar nya, Meira menghampiri sebuah laci di dalam lemari besar yang kunci nya ia pegang seorang diri, lalu ia membuka laci itu dan membawa box kecil berwarna merah beludru. Meira pun duduk di atas tempat tidur nya sambil membuka box itu.

Senyum getir kini terbit di bibir Meira saat melihat seorang anak kecil yang tengah tersenyum manis sambil menggendong seorang bayi.  Bagaimana pun ia selalu ingat jika ia memiliki putri-putri cantik yang sudah sangat lama tidak Meira temui, bagaimana keadaan mereka sekarang? Apa mereka mencari nya? Apa jika Meira menemui mereka, mereka masih mau bertemu dan mengakui ia sebagai Ibu nya? Serentetan itu membuat hati nya hancur sebagai seorang Ibu.

Harusnya kini ia bahagia dengan hidup lama nya bersama dengan pria yang Meira cintai. Bersama kedua putri nya. Tapi, semua nya harus ia tinggalkan demi sebuah ambisi.

"Tara, Kayla.. Ibu kangen sama kalian.."

                                      🍁🍁🍁


Kayla berusaha menjauhi Davin yang terus saja ingin menggapai tangan nya, ia terpaksa menerima ajakan Davin yang ingin Kayla mengunjungi rumah nya. Dan disini lah Kayla berada di rumah mewah yang sekeliling nya terdapat barang-barang mahal termasuk sofa yang ia duduki saat ini.

"Kenapa Kak Davin ajak aku kesini?" tanya Kayla dengan wajah pias.

Davin yang duduk di sebelah Kayla pun menggeser lagi tubuh nya agar lebih mendekat pada Kayla tapi lagi-lagi Kayla menjauh.

"Kenapa kalo aku ajak kamu kesini? Kamu takut ketemu Milan, hem?" tanya Davin yang terus menatap wajah Kayla.

"Aku nggak ada urusan sama Milan."

Davin tersenyum lalu meraih dagu Kayla. "Oh ya? Kalo kamu udah nggak ada urusan lagi sama Milan, kenapa kamu nggak mau pilih aku, Kay?"

Kayla mengerjapkan matanya mendengar suara lembut Davin, ia berusaha menyingkirkan tangan Davin yang memegang dagu nya dan satu tangan nya mengunci tubuhnya  agar tidak kemana-mana.

"Aku emang udah nggak ada urusan apapun lagi sama Milan tapi bukan berarti aku pilih Kak Davin, sekarang lepasin aku, Kak."

Mata Davin berubah menjadi sayu menatap Kayla, entah mengapa rasanya Davin ingin bertekuk lutut agar gadis itu mau menerimanya.

"Nggak, Kay.."

Kayla menggeleng sembari meringis melihat posisi mereka yang benar-benar sangat dekat, ia takut Milan datang dan melihat nya. "Lepasin Kak, aku mohon.."

Tapi bukan nya melepaskan, Davin malah semakin erat memeluk Kayla membuat gadis itu memberontak.

"Apa yang harus aku lakuin Kay supaya kamu mau terima aku?"

Kayla berusaha memukul dada Davin agar laki-laki itu mau menjauh, demi Tuhan apakah di rumah sebesar ini tidak ada satu orang pun yang bisa membantu nya keluar dari rumah ini, Kayla benar-benar menyesal menerima ajakan Davin yang ingin mengajak nya ke taman tapi malah berakhir di rumah laki-laki itu.

"Kamu nggak perlu lakuin apapun buat aku, kita nggak akan bisa buat bersama. Kak Davin baik dan di luar sana banyak yang lebih pantes buat Kak Davin, tapi bukan aku orang nya."

"Persetan Kay, aku cuma mau kamu!"

Hallo readers💕

Gimana ceritanya?

Jangan lupa vote & comment yaa:))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang