PART 14•

44 2 0
                                    

Pagi ini Kayla akan berangkat dengan Milan, seperti biasa Milan selalu menunggu nya di depan rumah tetangga Kayla yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Selama jangka satu tahun, ini pertama kalinya Milan menjemput Kayla untuk berangkat bersama ke sekolah.

Tara yang sedang sibuk di dapur pun terkejut saat berbalik dan melihat Kayla yang tengah tersenyum kearah. "Kamu ngagetin Kak Tara aja deh."

"Ngagetin? Padahal aku diem aja," gerutu Kayla, ia pun berdiri disisi Tara yang sedang memasak nasi goreng. "Aku berangkat ya, Kak?"

Tara menoleh sebentar ke arah Kayla sembari mengaduk-aduk masakan nya. "Sepagi ini? Ayah aja belum berangkat ke kantor loh, Kay."

Kayla mendekat ke arah telinga Tara. "Iya, soalnya Milan udah nunggu di depan," ucap Kayla pelan, ia takut tiba-tiba ada Ayahnya.

Tara tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Pantesan, terus kamu nggak mau sarapan dulu?"

"Nanti aja, tolong Kakak bilang ke Ayah kalo Kay berangkat pagi," sahut Kayla lalu menyalami Tara. "Aku berangkat ya, daaahh!"

Tara terkekeh melihat Kayla begitu semangat. "Dasar."

Kayla berdehem untuk menghilangkan sedikit rasa gugup nya, ia pun berdiri di samping motor Milan dan tersenyum tipis. "Masih terlalu pagi, Milan."

"Emang kenapa kalo masih pagi?" tanya Milan.

"Tumben aja, biasa nya kamu kan bangunnya siang."

"Aku pikir-pikir jemput kamu rasanya lebih menyenangkan di banding tidur."

"Kamu baru tau, aku emang selalu menyenangkan," jawab Kayla sembari menjulurkan lidahnya meledek Milan.

Milan terkekeh lalu menjepit pipi Kayla dengan tangannya hingga bibir gadis itu maju seperti duck face. "Mulai percaya diri, ya?"

"Hem, Mwlan lwepas." Kayla menepuk-nepuk tangan Milan yang menjepit kedua pipinya, membuat ia sedikit kesulitan berbicara.

Milan pun melepasnya, ia benar-benar gemas dengan gadis yang ada di hadapannya ini, rasanya ia ingin menggigit tangan Kayla sekarang juga. Tapi ia memilih mengacak-acak puncak kepala Kayla. Milan pun memakaikan Kayla helm dan tidak lupa memasang pengaitnya dan Kayla hanya menurut, Kayla pun langsung menaiki motor Milan.

Milan masih diam dan tidak menjalankan motornya membuat Kayla mengerutkan keningnya. "Kok nggak berangkat?"

"Kamu belum pegangan."

Kayla memutar matanya lalu memegang bahu Milan. "Udah."

"Bener pegangan disitu?"

"Iya," sahut Kayla.

Milan pun mengangguk dan dengan secepat kilat menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi membuat tubuh Kayla sedikit terhuyung kebelakang, untung saja ia langsung memeluk pinggang Milan erat. "Kamu mau bikin aku jantungan, ya?!"

"Nggak, aku cuma mau bikin kamu pegangan di pinggang aku."

"Biar apa?"

"Biar aman," jawab Milan.

"Bilang aja modus," celetuk Kayla.

"Sedikit." Milan terkekeh di balik helmnya.

Kayla tersenyum, mengeratkan pelukannya, ia pun menaruh satunya di bahu Milan, menikmati sejukanya udara pagi di Jakarta bersama Milan, bolehkan ia meminta agar ini hal seperti ini bertahan lama, jangan hanya untuk hari ini, karena setelah nya perasaan Kayla berkata lain.

Milan terus mengendarai motor nya, tidak ada percakapan diantara mereka, sampai akhirnya Kayla sadar ini bukanlah jalan tempat dimana menuju sekolahnya, SMA Nusantara Jakarta.

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang