PART 16•

46 3 0
                                        

Jicu mengusap-usap tangan bagian atas nya yang terasa dingin karena di luar hujan sedang mengguyur cukup deras, ia sedari tadi berdiri di depan jendela sambil menatap ke dua orang yang tidak merasakan hal yang sama dengan nya, ia saja yang berada di dalam cafe merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya, sedangkan Milan dan Kayla tengah asik berkutat di bawah guyuran hujan.

"Heh!"

Jicu mendengus sebal saat bahu nya di tepuk keras oleh Tara yang kini berdiri di samping Jicu. "Ngagetin aja deh Mbak Tara."

"Lo ngapain ngejedog disini sambil liatin hujan bukan nya kerja juga."

"Ya elah, kenapa sih Mbak? Hujan gini belum ada pengunjung yang dateng tau, tuh lagian gue lagi liatin si Milan sama Kayla noh," sahut Jicu sembari mengedikan dagu nya ke arah luar, agar Tara melihat objek yang sedari tadi ia lihat.

"Ada ya, orang lagi hujan deres, mereka malah nyuci mobil." Ricu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, benar-benar pasangan lucu dan sedikit menyebalkan apalagi saat ia melihat Milan dan Kayla yang tengqh asik mencuci mobil Milan.

"Nama nya juga lagi di mabuk cinta, cinta itu buta. Mau di bilang hujan deres tapi bagi mereka itu sih cuma percikan air biasa," ucap Tara yang juga melihat Milan dan Kayla. "Jangankan hujan deres, hujan badai aja kalo di lewatin nya dengan orang yang bisa melindungi kita, pasti semua terasa indah."

Jicu mendelik bingung ke arah Tara. "Halah, dalem bener omongan lo, Mbak. Tapi, ada bener nya juga sih."

Tiba-tiba suasana hati Jicu menjadi melow, ia menatap langit mendung. "Kapan ya gue punya pacar kayak Milan?"

Tara spontan membulatkan matanya sangat kaget mendengar ucapan Ricu. "Bambang! Lo kan cowok, masa pengen punya pacar kayak Milan."

"Salah..." Jicu memamerkan cengiran kudanya pada Tara. "Maksudnya, kapan gue kayak gitu, romantis-romantisan di bawah guyuran hujan sama pasangan gue, pasti romatis banget nggak sih," sahut Jicu sembari mengkhayal.

Tara memutar bola matanya. "Nggak ada romantis-romantisan, mending lo guyuran di bawah wastafel aja gih, Cu. Tuh cucian piring udah numpuk banget di dapur, inget ya gue gajih lo bukan buat liatin orang pacaran."

"Siapa anda ya menyuruh-nyuruh saya?" tanya Jicu mendelik ke arah Tara.

"Gue atasan lo ya, Jicu." Tara memegang kerah baju bagian belakang Jicu lalu membawa nya berjalan ke dapur. "Dari pada ngintipin Milan sama Kayla, terus lo ngayal entar repot deh jadinya kalo nggak kesampean."

"Kesel banget deh gue sama lo, Tar. Nggak seneng banget liat gue nonton drama kuch-kuch hotahe romantis secara langsung." Jicu memanyunkan bibirnya sembari menatap Tara. "Main di jinjing lagi kerah baju gue kayak keranjang cucian."

Sementara Milan dan Kayla masih mencuci mobil berwarna merah itu mereka menggunakan spons, Milan menbersihkan bagian bawah body mobil, sedangkan Kayla bagian atapnya.

Kayla tertawa melihat rambut Milan yang penuh dengan busa sabun karenanya, ia pun membersihkan rambut Milan hingga busa nya hilang. "Kayaknya pas aku ngambil busa sabun di ember deh."

"Kamu ngambil nya nggak sambil di peres dulu." Milan memegang tangan Kayla yang masih berada di atas kepalanya, ia pun berdiri dan menatap Kayla meskipun pandangan nya sedikit terhalangi air hujan.

"Milan?"

"Hm."

"Setiap kali hujan datang dan pergi selalu memberi tanda, iya kan?"

Milan mengangguk. "Hm."

"Hujan datang di awali mendung dulu abis itu baru turun hujan dan saat hujan ingin pergi, ia mereda menyisakan rintik lalu perlahan hilang."

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang