PART 4 •

76 6 0
                                    

Milan berjalan kedalam kelas nya yang sudah dihuni oleh teman-temannya, ia melirik Kayla yang sedang berkutat dengan pulpen di tangan gadis itu, Milan penasaran apa yang di lakukan oleh Kayla sampai gadis itu begitu serius.

Milan ingin sekali menghampiri gadis yang sudah satu tahun ini mengisi hatinya, tapi ia urungkan karena melihat keadaan kelas yang sudah ramai.

Saat sudah ditempat duduknya, Ando teman sebangku Milan tiba-tiba berdiri lalu berjalan menghampiri Kayla, kali ini Ando akan menjadi Pak Pos untuk mengantar surat Kayla.

"Udah, Kay?" tanya Ando yang sudah berdiri di samping meja Kayla.

Kayla mengangguk lalu memberikan kertas yang sudah di lipat pada Ando. "Udah nih."

"Hape lo nggak dijual kan?"

"Ada kok, cuma aku nggak ada pulsa." sahut Kayla.

Ando terkekeh sambil memukul paha nya sendiri karena tidak mempercayai ucapan Kayla. "Ah masa sih? Bohong banget lo Kay. Masa si tajir itu nggak beliin lo pulsa, tanpa lo minta pasti juga di kirimin sama konter-konter nya sekalian."

Kayla tertawa mendengar ucapan Ando yang banyak benar nya, bahkan Kayla pernah memohon pada Milan agar tidak terus-terusan mengisi pulsa di ponselnya.

"Makasih ya, Ndo."

"Santai, Kay."

Ando mengangguk dalam pikirannya mengapa ia dihadapkan dengan pasangan yang sangat rumit ini. Ia menatap Milan yang tengah duduk, ia pun meminta cowok tampan itu bergeser agar ia bisa masuk kedalam bangkunya. "Nih, dari Kayla tercinta," bisik Ando sembari menggoda Milan.

Milan menerima kertas dari Ando lalu membukanya, ia membaca rentetan tulisan yang ditulis rapih di kertas itu.

Milan, maaf tadi aku berangkat sama Kak Davin, pas kamu bilang nggak jadi berangkat sama aku, tiba-tiba Kak Davin udah ada di depan rumah dan aku nggak enak buat nolak.

Maafin kan, Milan?

"Padahal lo yang salah ya, Lan," celetuk Ando yang tadi mengintip isi surat yang Kayla tulis.

Milan menatap datar kertas itu, jadi ini yang membuat Kayla tadi serius menulis, tapi ia tersenyum dalam hati. Kayla selalu seperti ini kalau merasa bersalah, jika situasi nya tidak memungkinkan gadis itu akan menulis surat dan biasanya yang jadi pengantar surat adalah Ridan, tapi laki-laki tengil itu belum datang.

Milan menghela napas padahal semua ini bukan salah Kayla, benar kata Ando, ialah yang salah karena tiba-tiba membatalkan janjinya dengan Kayla.

"Udah lo chat aja kenapa sih, jangan pake surat-suratan mulu, ini bukan jaman romawi bro," gerutu Ando.

Milan melipat kertas itu lalu menyimpannya di saku baju seragamnya.

Ando menautkan alisnya. "Nggak lo bales?"

"Hm."

"Susah ngomong sama titisan nya Limbad."

Ando ternganga saat tanpa basa-basi Milan menyobek bukunya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, baru saja ia membeli buku itu untuk pelajaran matematika karena sampul bukunya sudah buluk dan isinya tidak layak pakai.

Saat ingin menulis surat balasan untuk Kayla, tiba-tiba dua pengacau datang membuat Milan mengurungkan niatnya membalas surat Kayla.

"Hai Mas Milan," sapa Samuel yang baru datang dengan Ridan, Samuel dengan iseng menoel gemas dagu Milan.

"Anjing!" sentak Milan, ia mengelap dagunya kasar dengan tangannya.

"Mas, kasar ih."

Ridan nenggeplak tangan kiri Samuel. "Lagian ganjen banget sih nih tangan."

Milan & KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang