❝Biarkan aku mencintai kamu tanpa alasan, karena dengan begitu aku juga gak akan punya alasan buat ninggalin kamu.❞
-Jeno.
Semua dimulai saat Karina melihat mayat yang tergeletak di sebuah toilet stasiun.
#5 in nctjeno [190327]
#12 in nctfanfiction...
Ini kelanjutan dari ff Haechan This All Goes to You Jadi buat yang belum baca itu, bole mampir dulu biar lebih nyambung baca yang ini.
Terimakasih💚 Selamat membaca 😚😚😚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara musik bergenre kpop disetel dengan volume besar. Kakinya menari-nari dan terkadang juga melompat. Tubuhnya mengikuti irama musik dengan tepat. Dia menari dengan asyik di depan cermin yang ada di sudut ruangan.
Saking asyiknya sampai dia tidak sadar seseorang membuka pintu kamarnya. Musik berhenti setelah DVD itu dimatikan oleh wanita berambut pendek itu. Karina langsung mematung saat iramanya hilang. Dia menoleh ke arah DVD miliknya.
"Mama..."
"Kamu nih, mama panggil dari tadi gak denger?" Elina menghampiri putri sulungnya itu dengan kedua tangan yang ia lipat.
"Maaf ma, hehe. Lagi asik."
"Kamu cepetan ganti baju dong, kita kan mau jemput papa." Ujarnya yang mengambilkan sepasang baju dari lemari berwarna pink di sana.
Karina menepuk keningnya sendiri. Bagaimana dia bisa lupa, dia harus menjemput papanya yang baru pulang dari surabaya untuk acara peresmian cabang restorannya di sana.
Anak itu mengambil baju yang sudah di pilihkan mamanya. Sweater bergaris dengan jeans overall adalah gaya yang paling pas untuk tubuhnya yang sedikit kurus. Belum lagi rambut panjangnya yang kecoklatan dia gerai. Persis bule nyasar.
Warna rambut asli Karina memang sudah coklat, seperti mamanya Elina. Namun ia mewarnainya lagi agar semakin terang. Sampai pernah ia ditegur gurunya di sekolah, tapi anak itu pintar sekali mencari alasan. Dia bilang warna rambutnya didapatkan karena ia main layangan siang hari bersama anak komplek.
Padahal jelas sekali itu tidak benar, bahkan Karina tidak punya teman di komplek rumahnya. Dia bilang malas pergi keluar rumah, takut kulitnya gosong seperti panci milik mamanya yang kemarin ditinggal memasak air.
Meski sudah menjadi seorang ibu, Elina masih cantik dan keliatan awet muda. Wajar saja, semua perawatan kecantikan rutin ia jalani. Semua itu adalah permintaan suaminya sendiri, iya, Renjun. Renjun rela mengeluarkan uang berjuta-juta hanya untuk Elina pergi perawatan ke salon kecantikan.
Elina sendiri sekarang mulai berbisnis. Dia berbisnis di bidang kuliner juga seperti Renjun. Hanya saja Elina memilih makanan manis, ya dessert. Dia sudah memiliki beberapa toko di daerah Jakarta. Bisnis itu masih baru, jadi dia belum sampai membuka cabang di luar kota Jakarta.
