Karina menutup matanya sambil terus berdoa saat persidangan berlangsung. Air mata tak henti-hentinya menetes dari pelupuk matanya. Hatinya terasa begitu sakit saat penuntut meminta hukuman mati dan hukuman seumur hidup pada hakim. Dia tidak bisa membayangkannya, bagaimana bisa ia melihat Jeno harus mendapatkan hukuman seperti itu.
"Rin." Elina menggenggam tangan Karina erat.
"Mama akan ikut bersaksi dan memberi pembelaan untuk Jeno." Ujar Elina yakin. Karina terkejut dan membuka matanya menatap wajah mamanya.
"Papa juga, Rin." Celetuk Renjun.
Karina segera menutup mulutnya menahan suara tangisnya yang menjadi-jadi. Dia lalu merangkul kedua orang tuanya. Dia bersyukur memiliki orang tua yang benar-benar baik seperti Elina dan Renjun.
Elina dan Renjun bersaksi dan memberikan pembelaan, mereka berharap itu bisa membuat hakim paling tidak meringankan hukumannya untuk Jeno.
Seperti yang kita tahu, hukuman bagi seorang pembunuh tidak mungkin ringan, apalagi pembunuhan berencana. Jeno pun dikenakan pasal berlapis atas tuduhan pemerkosaan, pembunuhan, dan penculikan.
Setelah menunggu hakim berunding, mereka memutuskan untuk melakukan persidangan kedua untuk putusan hukuman yang pantas Jeno dapatkan.
Karina melangkah mendekati Jeno yang masih setia duduk di kursi kayu itu. Namun tangannya ditahan oleh Elina, perempuan itu ditarik keluar dari luar ruangan. Dan dengan pasrah Karina mengikuti mamanya.
Pada setiap langkahnya Karina selalu menahan suara tangisnya sendiri. Betapa beratnya meninggalkan Jeno, apalagi dalam keadaan seperti ini. Sejujurnya Karina sangat ingin menemui Jeno, ia ingin berbicara pada lelaki itu. Bahkan meski hanya sepatah dua kata pun tak apa asal ia bisa bertemu dengan Jeno.
Tapi Elina dan Renjun melarang itu. Karina sendiri tidak tahu pasti apa alasan orang tuanya melarang bertemu dengan Jeno yang sebenarnya pasti sangat ingin bertemu dengannya.
Mobil Renjun pun terparkir di tempat makan yang kebetulan tak jauh dari pengadilan.
"Makan dulu ya, kamu pucet tuh." Kata Elina. Karina pun hanya balas dengan anggukan.
Sebuah televisi menyala disana, dan masih sama. Berita itu yang terus disiarkan beberapa hari ini. Tentang tertangkapnya Jeno. Hatinya kembali teriris tiap mendengarnya, Karina menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak ingin terlihat sedang menangis di tempat umum.
Jujur saja, Elina dan Renjun sangat khawatir melihat putrinya yang sedih. Beberapa hari ini pun Karina sulit makan dan tidur. Dia lebih banyak melamun dan menangis di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
This All Goes to You 2 | Jeno✔
Fanfiction❝Biarkan aku mencintai kamu tanpa alasan, karena dengan begitu aku juga gak akan punya alasan buat ninggalin kamu.❞ -Jeno. Semua dimulai saat Karina melihat mayat yang tergeletak di sebuah toilet stasiun. #5 in nctjeno [190327] #12 in nctfanfiction...