3. Pengorbanan Jisoo

7.2K 247 11
                                    

WARNING!!!MENGANDUNG UNSUR DEWASA NC 21+MOHON MEMBACA DENGAN BIJAKHAPPY READING♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


WARNING!!!
MENGANDUNG UNSUR DEWASA NC 21+
MOHON MEMBACA DENGAN BIJAK
HAPPY READING♡

♥♥♥

Pagi itu di atas meja kerja Mino sudah penuh dengan tumpukan berkas yang harus ia tanda tangani. Sebuah raut malas terukir di wajahnya saat ini. Mino membolak balikkan dokumen itu, ia bosan menatap rangkaian huruf yang ia asumsikan sebagai omong kosong dari pengelola usaha yang ia punya.

"Bangun ini, bangun itu.. Buka A, buka B.. Tsk!! Aku pusing membaca semua ini.. Apa kau yakin sudah benar benar mempertimbangkan soal ini, Kim Jinu?"
Tanya Mino pada sahabatnya, atau seseorang yang sudah menjadi orang kepercayaannya. Pria itu mengangguk.

"Aku sudah mempertimbangkan itu semua, meskipun kita mengeluarkan pembiayaan yang cukup besar tapi keuntungan kita akan meningkat berkali lipat.."
Jelasnya. Meski pria di depannya nampak polos, namun ia memiliki kecerdasan dan penalaran yang luar biasa. Itu juga yang membuatnya lulus dengan predikat cumlaude di Universitasnya dulu.

"Contohnya untuk cafe di wilayah ini.. Setiap hari terutama weekend pengunjung cafe kita begitu membludak.. Kita benar benar kekurangan tempat untuk menampung pelanggan, lihat skala ini.. Jika kita memperbesar cafe ini, otomatis pengunjung akan meningkat 2 x lipat.. Penghasilan juga akan bertambah 2 x lipat-"

"Shuutt.. Bagaimana jika pengunjung tidak bertambah?"
Potong Mino.

"Kita menyediakan banyak promo untuk kalangan anak muda.. Ini hanya soal masalah marketing.."

"Ya ya, baiklah,baiklahh.. Kau urus saja.."

Mino beranjak dari meja kerjanya dan berniat untuk pergi.

"Tunggu Mino.."
Tahan Jinu.

Langkah Mino terhenti. Pria itu menoleh ke arah pria yang 2 tahun lebih tua darinya itu.

"Katakan bagaimana pendapatmu, kalau kau tidak setuju aku akan membatalkannya.."
Ujar Jinu. Ia rasa respon Mino atas pemikirannya begitu tak berarti.

"Jinu-hyung.. Aku sudah menganggapmu seperti kakak ku sendiri.. Jadi apapun keputusanmu, aku pasti akan setuju.. Aku yakin kau tak mungkin menjatuhkanku.."
Jawab Mino sembari menepuk pundak Jinu, kemudian ia bergegas pergi begitu saja. Jinu menatap sinis pada siluet yang makin berjalan menjauh itu.

"Jadi siapa bosnya sekarang?"
Gerutu Jinu.

♥♥♥


Mino kini duduk di sebuah bangku yang terletak di teras rumah sakit jiwa daerah Seoul. Pria berambut blonde itu melirik tajam ke arah pria separuh baya di sampingnya yang saat ini sibuk memainkan kalkulator.

"Kau ingat aku?"
Tanya nya. Pria separuh baya itu menoleh, ditatapnya manik coklat yang saat ini seakan mengintimidasinya. Sebuah ingatan di masa lalu memenuhi otak pria separuh baya itu. Suara anak laki laki berusia 15 tahun memekik di telinganya.

"Jangan apa apakan ibuku, dia sedang sakit!!"
Pekik anak laki laki yang saat ini mengenakan seragam siswa SMP pada pria yang sebelumnya meneriaki sang ibu.

"Tau apa kau anak kecil!!!"
Jawab pria itu dan mendorong tubuh tambun anak laki laki itu hingga terjatuh ke aspal. Sebuah truk melaju kencang dan siap menghantam tubuh anak laki laki itu.

"Mino!!!"

Wanita yang dipanggilnya ibu itu pun mendorong tubuh Mino dan membiarkan tubuhnya yang menerima hantaman dari mesin beroda enam itu.

Pria separuh baya itu terdiam, namun entah apa yang membuatnya tiba tiba berlari dan berteriak ketakutan. Mino tersenyum sinis, sedangkan di belakangnya kini sudah berdiri putri dari orang gila yang barusan berlarian itu. Sebuah bulir hangat turun menghangatkan pipinya, namun ia menyekanya cepat. Mino yang menyadari kehadirannya segera berbalik dan menatap nanar ke arah gadis itu.

"Kira kira kapan ayahmu akan sembuh? Apa aku harus membiayainya seumur hidup? Cihh.."
Terdengar nada keberatan dari ucapan Mino. Gadis itu menunduk, ia juga tak tahu kapan ayahnya akan sembuh.

"Tolong aku, aku siap menerima semua konsekuensinya.."
Jawab gadis dengan surai hitam panjang itu. Mino tersenyum puas dan menepuk nepuk kepala gadis itu dengan pelan.

"Anak baik.."
Ujarnya sembari berjalan melewati gadis itu, si gadis hanya berjalan mengekor padanya karna itu memang sudah kewajibannya. Hari ini pekerjaan separuh waktunya libur, jadi ia memutuskan untuk menjenguk kedua orang tuanya. Sebelum kesini ia sudah menjenguk ibunya di rumah sakit, keadaannya sudah mulai membaik meski mereka belum bisa mengobrol banyak karna si ibu mengalami kesulitan. Setidaknya ia bisa merasa sedikit tenang, meski keadaan ayahnya belum juga membaik.

Hari yang panjang itu berakhir di apartment Mino. Sebuah seprei terikat di kedua tangan gadis itu sekarang, sedangkan Mino kini mulai beraksi dengan membuat gadis itu berulang kali mengerang karna menikmati sentuhan nya.

"Eunhghhh.."
Lenguhnya saat indera pengecap Mino mendarat tepat di atas puncak dadanya. Benda itu menegang, gadis bernama Jisoo itu tak bisa memeluk Mino seperti biasa karna tangannya terikat. Bibir Mino menjelajahi tubuh Jisoo, suara kecupan kecupan itu seolah bergema di tengah heningnya malam. Sebuah televisi yang terletak tepat di depan ranjang Mino pun masih menyala, seolah menemani aktivitas yang dilakukan keduanya. Pria berambut blonde itu membenamkan benda kebanggaannya pada dalam diri Jisoo dan mengguncang tubuh itu dengan cepat. Erangan demi erangan bagaikan irama di telinga Mino, pria yang tergila gila akan musik itu benar benar menggilai suara desahan Jisoo. Ia menusuk Jisoo makin dalam dan membuat si gadis mencapai puncaknya lebih dulu. Cairan dalam diri Jisoo mulai membludak hingga membuat birahi Mino makin menjadi, digerakkannya maju mundur benda yang sering ia sebut 'secret weapon' itu makin cepat.

"Oh damn.. Why so tasty.."
Ceracaunya disela desahan dari mulutnya. Tak berapa lama Mino merasakan sesuatu mulai menerobos keluar dari dalam dirinya, dengan sigap ia mencabut benda miliknya itu dan mengarahkannya pada perut Jisoo. Kemudian ia menjatuhkan pertahanannya pada kasur empuk miliknya dan berguling tidur di samping gadis itu.

"Tuan, lepaskan ikatannya.."
Pinta Jisoo. Mino melirik ke arah gadis di sampingnya, diturutinya apa yang diminta oleh Jisoo. Kedua tangan itu kini terbebas. Jisoo memeluk erat tubuh Mino dan sama seperti biasa, ia akan menempelkan kepalanya di dada Mino.

"Selamat malam, Tuan.. Selamat tidur.."
Ucap Jisoo. Si pria membelai rambutnya dengan pelan.

"Bisakah kau menyebut namaku saja saat kita bercinta begini?"
Tanya Mino, gadis yang kini berada di pelukannya terdiam sesaat. Sebuah senyum mengembang di wajah gadis itu, meski matanya memberikan respon yang lain.

"Baiklah, Mino.."
Jawab Jisoo. Dan benar, air matanya mulai menetes membasahi pipinya.

♥♥♥

TBC

Happy Maljum♡

Vote + comment please

Publish, 21 Februari 2019
©rugseyo

The Honor of My Life [21+] BELUM REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang