Author POV
"H-Hah?" Aleandra menganga tidak percaya. Bagaimana bisa Nathan berkata seperti itu? Apakah Nathan bisa membaca pikirannya?
"Suatu saat nanti aku akan membawa mu ke jenjang yang lebih serius. Membuat keluarga kecil bersama."
Jantung Aleandra berdetak lebih cepat lagi. Warna kemerahan menjalar dari pipi hingga telinganya. Bibirnya berkedut ingin tersenyum lebar. Perutnya terasa geli. Itu yang Aleandra rasakan sekarang. Dia paham sekali apa yang dimaksud Nathan.
"Bagaimana kamu bisa tahu isi hati ku Nat?" Aleandra membalas pelukan Nathan dengan kaku. Jangan hiraukan kegugupan Aleandra yang melebihi batas.
"Maaf, tapi aku menguping pembicaraan mu dengan Rio. Dan astaga, aku merasa tidak suka saat melihat wajah mu yang terlihat memikirkan perkataan Rio." Nathan melepaskan pelukan mereka, namun kedua tangannya menangkup kedua pipi Aleandra yang masih memerah.
Nathan tersenyum senang. Aleandra terlihat cantik dengan wajah malu malu seperti ini. Jarang sekali Nathan bisa melihat raut wajah Aleandra yang seperti ini.
"Kenapa kamu tidak peka Ale? Harus kamu tahu, aku tidak terlalu suka banyak berkata kata, namun aku suka sekali jika langsung bertindak. Jadi kamu harus menjadi lebih peka terhadap perlakuan ku pada kamu ya?"
Aleandra mengangguk kaku. Astaga, Aleandra benar benar bingung harus berkata apa. Nathan sukses membawanya terbang ke awan. Jika begini terus, bisa bisa Aleandra menjadi tidak waras.
"Nat, jangan menatap ku begitu. Jujur, aku malu sekali." Aleandra berhasil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang bahkan masih saja memerah.
"Kenapa tidak boleh? You are mine, and i'am yours. Lagi pula untuk apa harus malu malu begitu?" Ucap Nathan bermaksud menggoda Aleandra. Aleandra yang memang sedang benar benar salah tingkah memilih untuk meninggalkan Nathan dengan bersungut sungut.
Lebih baik dia pulang sekarang, dari pada harus digoda terus menerus oleh Nathan.
"Ale sayang, biarkan aku yang mengantar kamu." Nathan menyusul Aleandra sambil tertawa terus menerus. Senang sekali rasanya bisa menggoda seorang Aleandra yang dikenal cuek terhadap sekitarnya.
"Aku bukan sayang mu Nat!" Aleandra berhenti berjalan, lalu memutar badannya untuk menatap Nathan yang sudah berada di hadapannya.
"Ya, tapi cinta ku." Wajah Aleandra memerah untuk kesekian kalinya. Kenapa Nathan berubah menjadi pria penggoda seperti ini?
"Nat, stop bothering me."
Nathan tertawa keras, gemas melihat wajah kesal Aleandra. Inilah yang diinginkannya selama ini. Bersama Aleandra dalam suatu hubungan yang lebih spesial. Tidak sia sia selama ini Nathan berteguh pada penantiannya kepada Alexa, yang sekarang menjadi Aleandra.
Setiap saat bersama Aleandra bagaikan mimpi untuknya. Nathan tahu jika dia sudah menyakiti Aleandra dulu. Nathan tidak bisa membayangkan bagaimana sakit yang dirasakan Aleandra dulu saat ditampar oleh orang yang dicintainya demi perempuan lain. Namun Nathan bersyukur Aleandra mau memaafkannya. Bahkan gadis itu bersikap seolah Nathan tidak pernah menyakitinya.
Namun Nathan berharap satu hal. Ia berharap Aleandra tidak mengetahui satu hal tentangnya, walau rasanya tidak mungkin. Karena tidak ada yang namanya suatu kebohongan dapat bertahan lama.
"Nat, kenapa diam? Sudah malam, aku mengantuk. Antar aku pulang sekarang!" Suara Aleandra menyadarkan Nathan yang tengah melamun.
"Kenapa tidak menginap saja di sini?"
"Nat, kita sudah bersama seharian, apakah belum cukup? Lagi pula harus ada yang aku selesaikan di penthouse ku."
"Tentu saja belum cukup. Aku akan sangat puas jika kamu tinggal di sini saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Old Pain (COMPLETED)
Romans(SEQUEL MY ICE HEART, BISA DIBACA TERPISAH) Dia adalah Aleandra Rose Seorang designer terkenal di New York yang menjadi incaran para pria. Rambut pirangnya yang bergelombang, tubuh tingginya yang ideal, dan wajahnya yang terpahat sempurna membuatnya...