33:: Miss Him

2K 109 21
                                    

Author POV

Aleandra menundukkan kepalanya sambil menahan sesak di dadanya. Rasanya sakit sekali. Rasa bersalah yang begitu besar lagi lagi dia rasakan. Nathan... Ini semua terjadi karena dirinya. Karena Aleandra si pembawa sial, batin Aleandra miris.

"Om, tante, aku minta maaf. Ini semua karena aku. Aku yang bersalah, aku pembawa sial buat Nathan." Aleandra meremas ujung roknya. Mata indahnya tidak berani melihat ke arah Lian dan Rania, orang tua Nathan.

"Kalau saja aku nggak ada di dekat Nathan, kalau saja aku nggak diculik." Aleandra merasakan tenggorokannya mengering secara tiba tiba. Rasanya sulit sekali untuk melanjutkan kalimatnya lagi.

"Ka-kalau saja Nathan nggak pernah bertemu dengan seorang Aleandra." Aleandra memberanikan diri untuk menatap kedua orang tua Nathan. Bisa Aleandra lihat raut sedih dari mereka. Apa lagi Rania yang benar benar tidak kuasa menyembunyikan tangisnya.

"Kamu ngomong apa Ale?!" Rania berucap tidak suka. Mendengarnya, Aleandra semakin merasa takut dan bersalah. Wanita itu siap untuk menerima kebencian dari Rania dan Lian. Namun tiba tiba saja Aleandra merasakan tubuhnya direngkuh oleh sosok rapuh yang sedari tadi membuatnya takut.

"Jujur, ada rasa kecewa dan marah saat tahu bahwa Nathan menyelamatkan kamu hingga... Hingga Nathan..." Rania tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Wanita yang sudah tidak muda lagi itu masih menangis dalam pelukan Aleandra.

"Tetap kamu tidak bersalah Aleandra. Jangan salahkan diri mu sendiri. Jangan kawatir, kami tidak akan menyalahkan kamu dan membenci kamu." Lian memotong sambil menepuk bahu Aleandra berkali kali. Pria itu juga berusaha menarik kembali istrinya ke dalam pelukannya. Merasa tidak enak jika istrinya menangis di pelukan Aleandra yang juga sedang berduka.

"Kami tidak bisa membenci kamu Aleandra." Rania berucap dengan tersenyum lemah. Bagaimana pun juga Aleandra tidak bersalah.

"Kami menghargai pilihan Nathan yang mengorbankan nyawanya demi melindungi kamu. Jika sudah Nathan yang memilih, kami hanya bisa menerima." Sekali lagi Lian berucap untuk menenangkan Aleandra. Namun sepertinya tidak terlalu berhasil karena Aleandra masih terlihat sangat sangat terpukul.

"Terima kasih banyak, om, tante. Aleandra sangat sangat berhutang kepada keluarga Luke."

****

"Sudah mom. Mommy jangan menangis lagi. Vito yakin kalau Nathan akan segera sadar." Vito berucap sambil menenangkan Rania yang masih terus menangis. Vito sadar kalau ibu tirinya ini sangat mudah menangis. Dan yang bisa dengan mudah menenangkannya hanyalah Lian, suaminya. Sayangnya Lian harus berada di kantor untung menggantikan Nathan di perusahaan.

Vito melirik ke arah Aleandra yang sedari tadi terdiam sambil menatap wajah pucat Nathan. Menunggu pria itu membuka mata hitamnya. Di samping Aleandra terdapat Elisa yang berusaha menenangkan wanita itu walau tidak ada respon. Ada rasa kawatir jika Aleandra akan kembali seperti dulu, depresi.

Seperti pengamatannya kepada Aleandra selama delapan tahun ini, Aleandra mudah depresi jika berkaitan dengan orang orang terdekatnya.

"Mom, maaf aku tidak bisa lama lama di sini. Masih ada pasien lain yang harus aku tangani. Tidak apa apa kan?" Rania mengangguk lemah. 

Vito lah yang menjadi dokter untuk Nathan yang saat ini tengah koma. Vito yang bersih keras untuk menangani Nathan dengan tangannya sendiri. Peluru yang mengenai Nathan memang sudah tercabut, namun tetap saja peluru itu behasil melukai organ dalam Nathan hingga Nathan tertidur pulas dalam masa komanya. Vito sendiri tidak bisa memperkirakan kapan Nathan akan bangun. 

"Elisa, kamu temani mommy dan Aleandra ke kantin saja ya? Aku akan suruh seorang suster untuk menjaga di sini." Ucap Vito. 

"Aku disini saja. Sebelum kemari aku sudah makan." Tolak Aleandra tanpa mengalihkan perhatiannya pada Nathan.

Her Old Pain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang