2. Cogan

34 7 7
                                    

Disinilah Areta yang sedang menunggu hasil fotocopy lembar tugasnya. Sendiri. Lalu dimana Roy? Jangan ditanya. Tadi dia ijin ke toilet. Namun, setelah setengah jam ia belum juga balik.

Tadinya ada 3 siswa dari kelas lain yang mengantri untuk memfotocopy lembar lembar tugas. Sekarang hanya ada Areta.

"Roy sialan! Pasti dia ke kantin nih. Nyesel gue ikut dia. Malah gue yang dimanfaatin gini." gerutu Areta.

Setelah Areta selesai, ia segera kembali ke kelas. Gerutuan keluar berkali kali dari mulut Areta. Bagaimana tidak kesal? Dia ditinggalkan begitu saja dengan beberapa lembar tugas.

Saat melewati kantin, di lihatlah Roy dengan es kelapa di mejanya. Langkah Areta sekarang menuju ke tempat Roy berada.

"Katanya cuma ke toilet. Gue tungguin setengah jam kagak muncul muncul. Ternyata lo enak enakan disini ya! Nih lo bawa fotocopy-nya ke kelas. Gue mau nyari cogan dulu." ucap Areta seraya memberikan lembar tugas kepada Roy. Lalu pergi meninggalkan Roy begitu saja.

Roy menerima. Memang dia yang salah. Dibiarkannya Areta pergi keluar dari kantin.

Areta mulai jalan mengitari sekolah hanya untuk mencari cogan. Seperti kisah kisah di novel, Areta melihat kakak kelas tampan di lapangan basket.

Kakak kelas itu bertubuh tinggi dan atletis. Hidungnya mancung dan memiliki iris mata berwarna coklat. Areta terus memandang cowok itu hingga tak sadar ada bola basket yang mengarah padanya.

Duk!

Tepat sasaran. Bola itu mengenai kening Areta. Areta hanya bisa meringis kesakitan. "Kayaknya bola basket tadi nyadarin gue dari khayalan deh." gunamnya.

"Lo gapapa kan?" teriak cowok yang sejak tadi Areta pandang. Ada rasa senang karena merasa dipedulikan. Cowok itu sudah pasti bertanggung jawab.

"Anterin gue ke UKS. Kepala gue puyeng banget." cowok itu segera membantu Areta jalan ke UKS.

"Sorry, ya. Gue ga sengaja tadi." ternyata cowok ini juga tidak egois. Biasanya sudah menjadi adat istiadat cogan untuk tidak merasa bersalah.

Guru kesehatan mengobati kening Areta yang lebam itu. "Nama dan kelas?" tanya guru kesehatan.

"Areta Ezarine kelas X IPA 1."

"Kamu mau istirahat disini atau ke kelas?" kalau ada opsi 'pulang' pasti Areta akan memilih opsi itu. "Ke kelas aja, bu." pilihan Areta adalah opsi yang kedua.

Areta bangkit menuju kelas. "Gue mau minta nomor telepon lo dong. Lumayan biar kenalan gue lebih banyak." semua tau bahwa itu hanya modus belaka Areta.

Bagas memberikan nomor telponnya pada Areta. "Thanks. Btw lo kelas berapa?"

"Gue Bagas dari kelas XI IPS 2."

"Berarti gue harus manggil pake embel embel kakak dong."

"Terserah."

Areta pun tiba di kelasnya. Jean, teman sebangkunya yang biasa dipanggil Jeni melontarkan dua pertanyaan pada Areta. "Lo darimana aja? Terus kenapa muka lo bonyok begitu?"

Baru saja Areta ingin menunjuk jarinya pada Bagas. Namun, cowok itu sudah menghilang. "Jidat gue kena bola basket."

"Terus temen gue kemana?" tanya Harry. Areta baru tersadar kalau Roy belum ada di kelas. "Kayaknya dia masih dikantin. Soalnya tadi gue liat dia dikantin lagi jajan." jawab Areta.

"Tugas yang dari Bu Sulis mana?" tanya salah satu teman sekelas Areta yang termasuk dalam anak anak pintar. "Ada di Roy." jawab Areta lagi. "Plis deh jangan nanya nanya gue mulu. Gue lagi puyeng nih." lanjutnya.

Roy pun masuk ke kelas dengan ekspresi yang tidak biasa.

***

Kenapa lagi tuh anak?

Kalian tetap baca cerita ini ya?

Thank you for reading
Jangan lupa vote + follow akun ini

By : Nadya Ashfa

Follow ig ku juga yaa @nadya_ashfa

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang