Hari ini adalah hari yang sudah di nantikan oleh kelas X IPA 1, yaitu ujian. Mereka sudah menghafal materi materi yang akan keluar di soal ujian kali ini.
Areta sibuk menghafal beberapa materi lagi. Tapi, tidak dengan Harry.
"Roy, gue udah download video naruto full movie. Nonton kuy."
Roy meng-iya-kan tawaran Harry barusan. Lagipula ia butuh refreshing sejenak. Mereka mulai menonton dan Harry mengeraskan volume ponselnya.
"Andai gue tinggal di konoha." ucap Harry. Jika sudah menonton naruto, ia akan terus berkhayal.
"Iya, apalagi belajar jurus jurusan. Gila sih keren banget."
"Gue pengen deh punya istri kayak sakura. Apa harus gue tikung ya?" mengkhayal garis keras.
"Gue justru kecewa saat naruto dipasangin sama hinata." ucap Roy seraya menunjukkan ekspresi sedih.
"Gue kasih rasenggan gratis mau?" Harry adalah penolak garis keras jika ada yang tidak setuju hubungan naruto dan hinata.
"Sakura yang manis nggak cocok sama sasuke yang cool. Kasian kan sakura-nya di cuekin mulu. Mendingan sama gue." Roy juga menginginkan hal yang sama dengan Harry, yaitu menjadi suami sakura.
"Masih gue dengerin." ucap Harry seraya memberikan ekspresi datarnya.
Itu adalah film favorit mereka yang entah sejak kapan. Mereka hafal di setiap episodenya.
Areta yang duduk di belakang mereka pun merasa terganggu dan protes.
"Harry! Kecilin volume hape lo!"
"Nggak mau!"
"Lo ganggu tau nggak?"
"Nggak! Lo yang ganggu gue. Lagi seru serunya nonton malah ngomel ngomel."
"Lo yang ganggu gue!" Areta tak mau kalah.
"Lo!" begitu juga dengan Harry.
Mereka terus mengatakan 'lo' hingga bel masuk berdering.
Guru masuk dan memberikan soal serta lembar jawabannya. Saat membaca nomor 1, Areta serasa tidak ada beban. Begitu pun sampai nomor 15. Setelah itu ia hanya bisa mengucap ayat kursi. Untung pelajaran biologi.
Areta melihat sekeliling untuk mencari jawaban. Matanya terhenti saat melihat Harry. Seperti ada tulisan di betis Harry. Itu contekan!
Lalu, Areta melihat Roy yang sedang memanggil nama Harry. Sepertinya Roy akan menyontek juga.
Harry dengan sengaja menjatuhkan lembar jawabannya supaya Roy bisa melihat. Sungguh ajaib.
Di sisi lain, Jean sedang menyontek dengan mata elangnya pada si rangking 1 di kelas.
Areta bingung ingin menyontek pada siapa? Apa ia harus telepati pada Arel? Tidak, yang benar saja. Arel saja belum tentu mengerjakan soalnya sendiri tanpa bertanya pada orang lain.
Karena soal ujiannya pilihan ganda semua, Areta memilih untuk menulis huruf A, B, C, dan D di sebuah penghapus. Lalu, seperti bermain dadu, ia melempar ringan penghapusnya di atas meja dan huruf yang muncul di paling atas adalah jawabannya.
Areta melakukannya saat ada soal yang tidak bisa ia jawab saja. Kalau yang bisa, untuk apa ia melakukan hal itu?
Semua murid kelas X IPA 1 selesai mengerjakan soal ujian dalam waktu 30 menit. Cepat sekali? You know lah. Mereka itu memiliki jurus yang berbeda antara satu dengan yang lain. Lihat saja nilainya nanti.
Guru keluar kelas dan menyuruh murid kelas X IPA 1 untuk pulang. Kelas itu lah yang pulang lebih awal. Kelas lain masih berkutat dengan kertas soal yang membuat pikirannya berputar putar seperti gasing. Padahal mah di bawa santai saja.
Sepertinya, menunggu Arel kelamaan. Areta akan merasa bosan level akut jika menunggu Arel selesai ujian.
Abang rese
Rel!
Udah selesai?
Gue udah. Lagi nunggu di parkiranDiem napa!
Jgn berisik!
Hp gue geter mulu nih
Gue kan lagi nge-bet gugel
Lo udah selesai? Nyontek?Udah kls 12 juga!
G ada sadar sadarnya ni orang.Sudah menjadi tradisi Arel untuk menyontek. Bagaimana cara menyadarkannya? Entahlah.
Areta memutuskan untuk pulang dengan angkutan umum. Tak lama kemudian, angkutan umum tersebut lewat dan Areta menaikinya hingga sampai di rumah dengan selamat.
***
Tips nyonteknya jangan di tiru ya guys
Btw siapa nih yang suka naruto kayak Harry? Sampe tergila gila wkwk
Arel mah sukanya spongebob wkwk
Thank you for reading and vote
By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH (Harapan)
Teen FictionSemua harapan Areta dikekang. Hanya ada satu yang tersisa. Ia tidak mau sisa harapan itu dihancurkan. Namun, takdir berkata lain. Harapan Areta hanyalah khayalan semata. Semua harapannya hancur berkeping berkeping keping dan tak ada yang utuh sediki...