Arel meninggalkan Areta sendiri di kamar dan bergegas ke ruang tengah untuk melihat siapa yang tertawa malam malam.
Kaget. Ternyata Tante Ina dalam keadaan mabuk. Arel langsung membopong tubuh Tante Ina ke kamarnya dan menyuruhnya tidur. Dalam sekejap, Tante Ina tertidur pulas. Arel melepas sepatu Tante Ina dan menaruhnya di rak sepatu. Ia pun pergi ke kamar Areta lagi. Sebelum itu, ia mematikan seluruh lampu di kamar Tante Ina dan hanya menyalakan lampu tidur.
Saat tiba di kamar Areta yang jaraknya tak jauh dari kamar Tante Ina, Arel tidak melihat adik kesayangannya itu di ranjang, tempat sebelumnya ia meninggalkannya.
Kemana Areta?
Arel inisiatif untuk mencari Areta sendiri. Ia menemukannya di kamar mandi. Sedang menangis. Refleks, Arel langsung memeluknya.
Pelukan hangat adalah hal yang Areta butuhkan sekarang.
"Areta, jangan di sini yuk?" ajak Arel sambil memapah Areta kembali ke ranjang tidurnya.
"Areta, lo kenapa?"
Areta masih sesenggukan. Berarti ia menangis sudah lama? Tapi sejak kapan? Arel baru sebentar meninggalkannya.
"Gu… gue… p… pengen lo cepet cari tau hu… hubungan kak B… Bagas sama tuan Daniel." ucapnya terbata bata.
"Besok gue bakalan ngomong sama orangnya. Sekarang lo tidur aja."
Bagaimana bisa tidur kalau bermimpi seperti itu? Jujur, baru kali ini Areta mengalaminya. Oleh sebab itu Arel sangat panik sampai menuduhnya kesurupan.
"Please, Rel. Lo tidur di sofa itu ya? Gue ketakutan." tunjuk Areta pada salah satu sofa panjang di kamarnya.
Arel hanya meng-iya-kan. Ia tak mau berdebat dengan adiknya yang berkondisi seperti ini.
Sepertinya, Areta sudah tenang saat ini.
***
"Ret, lo kok diem aja. Ada apa? Nggak biasanya. Pandangan mata lo juga serem, Ret. Lo beneran nggak kesurupan kan?" tanya Jean yang duduk di bangku sebelah Areta.
Areta menggeleng kepalanya. Sungguh, ia sedang malas berbicara dengan siapapun.
"Lo nggak enak badan? Gue bawa ke UKS."
Areta menggelengkan kepala lagi. Jean pasrah. Jika Areta tidak mau berbicara padanya, untuk apa dia memancingnya. Itu malah akan membuat Areta marah lagi kepadanya.
"Jeni blekping! Itu si Areta kenapa?" tanya Harry yang kepo level akut. Jean saja tidak tau. Oleh sebab itu, ia menjauhi Areta untuk sementara.
"Nama gue JEANNY RACHELINE, bodoh! Gue nggak tau Areta kenapa. Lo tanya aja sendiri." Jean di buat kesal oleh Harry. Harry juga tidak berani mengobrol kepada Areta karena tatapan Areta seperti pisau yang ingin menusuknya. Harry jadi bergidik ngeri.
Wali kelas mereka -Miss Septika- memasuki ruang kelasnya dengan membawa beberapa kartu ujian. Oh iya, hari senin kan sudah ulangan akhir semester. Areta belum mempersiapkan hal itu.
"Good morning, everybody! How are you?"
"Morning, too! We fine. And you?" jawab anak murid X IPA 1 serempak.
"Oke, my students. Miss disini mau ngasih kalian kartu UAS buat hari senin. Ketua kelas, tolong bagikan!"
Miss Septika pun merasa ada kejanggalan dengan Areta pun bertanya, "Areta, are you okay?"
"Yes, miss."
"If you sick, you can go to UKS now."
"No, i fine."
Miss Septika pun pergi keluar kelas X IPA 1. Wali kelas Areta itu memang guru bahasa inggris, jadi wajar saja ia berbicara pada Areta seperti itu.
Teman sekelas Areta hanya memandang Areta dengan tatapan seolah berkata 'Areta sakit?'
***
Baca next-nya yaa
Aku kasih bocoran buat next part. Judul part selanjutnya "Arel dan Bagas"Jadi, Arel bakalan bilang ke Bagas tentang video itu.
Enaknya, Bagas psikopat atau bukan?Aryan : woy, 3 part nih gue nggak muncul! Masih gue liatin! Awas aja kalau part selanjutnya gue nggak muncul lagi! (Keluar laser dari matanya)
Author : iya iya. Senyum dulu dong :)Thank you for reading and vote
By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH (Harapan)
Teen FictionSemua harapan Areta dikekang. Hanya ada satu yang tersisa. Ia tidak mau sisa harapan itu dihancurkan. Namun, takdir berkata lain. Harapan Areta hanyalah khayalan semata. Semua harapannya hancur berkeping berkeping keping dan tak ada yang utuh sediki...