14. Kecelakaan

13 5 1
                                    

Areta sudah sampai di depan kelas Aryan beberapa menit yang lalu. Tapi ia tidak bisa melihat Aryan secara langsung. Karena banyak siswi yang menutupi kelas XI IPS 1, kelas Aryan.

"Udah gue bilang kan?" perkataan Jean memang benar. Areta sempat berpikir kalau Aryan sama terkenalnya dengan Bagas. Hingga para siswi ingin mendekatinya saat ini.

Areta mundur ke belakang dan berjalan ke arah kelasnya sendiri.

"Gue tau gimana rasanya ngeliat langsung sama ngeliat dari poster. Jangan sedih gitu, Ret. Lo ada poster dia kan?" tanya Jean.

"Gue aja nggak kenal sama dia. Gue tertarik sama dia karena dia penyanyi. Udah itu aja. Selebihnya gue bukan apa apanya dia, termasuk fans." Areta berkata itu jujur.

Tentu saja Jean kaget dengan pengakuan Areta. Dia berpikir kalau Areta itu aneh, dia beneran berasal dari rahim ibunya kan? Jean membuang pikiran negatifnya.

"Gimana caranya biar gue bisa dapetin hatinya?" tanya Areta yang sangat tak masuk akal.

"Lo gila? Paling cuma dengan cara jadi cinta pandangan pertama-nya. Kalau lo nge-modusin dia, lo bakalan di bilang murahan." saran Jean setengah membantu.

"Iya juga." Areta tampak memikirkan sesuatu.

***

"Yan, fans lo nih. Gue udah ga sanggup lagi." ucap Harry. Kenapa Harry? Harry adalah teman Aryan juga dari mereka SD.

"Ry, kenapa lo malah istirahat? Masa harus gue terus. Gue mau ke kelas aja." Roy marah karena capek menuruti permintaan Harry untuk menjadi pengawal Aryan.

"Dan lo." tunjuk Roy kepada Aryan. "Lo kenapa nggak nyari bodyguard sendiri aja sih?" lanjutnya.

"Nggak." ucap Aryan dingin.

"Dia tuh nggak mau di kawal dengan cara yang ketat." jawab Harry.

"Lo mau jadi temen gue?" tawar Aryan.

"Pasti lah." Roy tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

"Oke, tapi lo harus ngawal gue dari fans fans gue."

Kesepakatan di setujui oleh kedua belah pihak. Mereka juga membuat grup chat untuk bertiga saja.

***

Bel pulang berdering dan para murid SMA Bima Persada melangkahkan kakinya ke gerbang sekolah untuk pulang ke rumah masing masing. Lain halnya dengan Areta. Ia harus menunggu Arel dulu.

Karena bosan, ia segera menelepon Arel.

"Rel, cepetan!"

"Ga bisa masih lama. Kalau mau cepet naik angkutan umum aja. Udah ah gue sibuk."

Arel menutup teleponnya sepihak. Dasar tidak tau diri. Yang menelepon kan Areta, tapi yang menutup duluan Arel. Ya sudahlah Areta pulang naik angkutan umum saja.

"Arel rese. Arel ngeselin. Pokoknya harus gue hapus namanya dari kartu keluarga." Areta kesal sendiri sampai tak sadar kalau dia berada di tengah jalan.

Bruk!

Sebuah mobil menabraknya ringan. Areta mengumpati pengendara mobil tersebut.

"Keluar lo! Nggak tanggung jawab banget jadi orang! Udah nabrak, nggak di tolongin lagi! Keluar lo cepetan!" Areta teriak teriak sambil terduduk di aspal, di depan mobil berwarna merah.

Terpaksa pengendara mobil tersebut turun dan membantu Areta bangun.

"Sebagai gantinya, anterin gue pulang!" kesempatan dalam kesempitan.

Sepertinya cowok itu sedang meminta persetujuan teman temannya untuk mengantar Areta pulang. Cowok itu akhirnya mengantar Areta pulang.

Baru saja Areta membuka pintu belakang mobil, Areta di kejutkan oleh sosok tak terduga.

"Lo? Ini mobil lo?"

Areta menyesal karena meminta tumpangan di mobil ini. Bisa kah ia kembali dan menunggu angkutan umum saja?

***

Siapa ya?

Udah bikin penasaran belum? Klo belum, aku bakalan bikin kalian penasaran lagi.

Thank you for reading and vote

By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang