3. Pulang bareng

25 10 5
                                    

Bel istirahat berbunyi beberapa detik yang lalu. Saat sedang memesan makanan, ponsel Areta berbunyi tanda ada pesan yang masuk.

Abang rese.

Gue ga bisa pulang bareng lo ya.
Ada temen yang mau pulang
Bareng gue.
Plis sekali aja.

Wajah Areta sontak cemberut melihat pesan yang dikirimkan kakaknya itu.

Gue pulang bareng siapa?

Pesannya sudah dikirim tapi belum dibaca. Menyebalkan. Andai saja kakaknya itu mengatakannya langsung di depan Areta, Areta pasti akan menjambaki rambut kakaknya itu.

Areta terpaksa menelpon Arel, kakaknya Areta.

"Gue pulangnya gimana?"

"Maaf, ada kerkom nih."

"Gue coret dari kartu keluarga lo ya."

"Lah begitu?"

Areta memutuskan telepon sepihak.

Bel pulang pun berdering beberapa jam kemudian. Karena Areta penasaran, ia mencari cari Arel sampai ke parkiran. Dilihatnya Arel dengan seorang cewek. Cantik. Itulah definisi untuk cewek yang bersama Arel saat ini.

"Oh, sekarang dia udah punya gebetan?" Areta bermonolog. Areta segera pergi dari tempat persembunyiannya itu menuju ke halte sekolah. Barangkali ada angkutan umum yang bisa ia tumpangi untuk sampai ke rumah.

Ternyata tak ada angkutan umum satu pun yang melewati halte itu. Sepi. Ada sebuah motor sport berhenti di depan Areta. Pengendara itu membuka helm full face-nya.

Ternyata dia Bagas.

"Eh ada kak Bagas." Areta berusaha bersikap imut kepada Bagas.

"Lo belum pulang? Nungguin siapa?" Areta memikirkan segala cara agar Bagas mau memberinya tumpangan.

"Nungguin angkot, kak." semoga Bagas tau apa yang ia inginkan sekarang. Bagas hanya ber 'oh' ria.

Dipakainya kembali helm full face-nya itu. Dasar nggak peka. "Kakak nggak ada niatan buat nawarin aku?" sekarang Areta hanya bisa berharap agar Bagas memberinya tumpangan.

"Nawarin apa?"

"Pulang bareng." Areta menyengir.

"Oh, lo mau pulang bareng gue?"

"Mau-lah gue udah enggak sanggup nungguin angkot lewat lagi."

"Lo udah nunggu berapa jam?"

"Sekitar sejam." Areta agak kesusahan untuk naik ke atas motor Bagas.

"Lo pegangan pundak gue aja kalo susah." giliran seperti ini dia malah peka. Aneh. Setelah mengikuti saran Bagas, akhirnya Areta bisa naik juga ke atas motor Bagas.

"Jangan ngebut ya." pesan Areta.

"Nanti enggak cepet sampe dong." benar juga apa yang Bagas katakan.

"Pelan pelan asal selamat."

"Lo pegangan tas gue aja deh. Nanti gue nyupir motornya pake kecepatan sedang." entah kenapa Areta menurut saja. Areta memeluk tas Bagas.

"Siap?" tak ada jawaban dari Areta. Bagas mulai melajukan motornya dengan kecepatan pelan lalu berubah menjadi kecepatan sedang. Seperti apa yang Bagas katakan tadi.

Bagi Bagas, itu memang kecepatan sedang. Tapi bagi Areta? Gadis itu hanya menutupi ketakutannya dibalik tubuh Bagas. Cengkeraman jari jari Areta sangat kuat pada tas Bagas.

"Rumah lo dimana?" tanya Bagas.

Areta memberikan alamatnya secara lengkap pada Bagas. "Yang pager item ya."

Bagas melajukan motornya semakin kencang. Sampailah pada rumah bernuansa eropa yang bercat putih dengan warna pagar hitam seperti yang Areta bilang tadi.

"Thanks, kak." ucap Areta sambil turun dari motor Bagas. Ia langsung masuk kedalam rumahnya dan Bagas segera pulang ke rumahnya sendiri.

Areta segera berlari menuju kamar. Ia mengambil satu bantal untuk menutupi muka merahnya. "Gue pulang sama cogan untuk yang pertama kalinya." ucap Areta bermonolog.

Gadis itu sekarang sedang merasa senang.

***

Ciee yang pulang bareng cogan
Sampe merah gitu lagi mukanya

Bagian berikutnya akan dikasih tau tentang Arel (kakaknya Areta)

Triple update

Thank you for reading
Jangan lupa vote dan follow

By : Nadya Ashfa


Follow ig ku juga yaa @nadya_ashfa

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang