30. Gramedia

6 1 0
                                    

"Rel, gue ke tempat novel impor ya?"

"Gaya lo. Beli aja kagak, ngapain ke sana?"

"Baca gratis lah. Lagian ngapain gue beli mahal mahal."

"Ya udah sana. Gue mau ke tempat yang isinya buku tentang agama."

"Tobat lo?" Areta tertawa geli.

"Maksud gue, gue mau ke tempat yang sampingnya buku buku religius."

Ternyata tempat yang Arel maksud adalah tempat komik. Areta jadi kesal sendiri karena ia sudah membayangkan kalau Arel tobat. Ingat! Hanya khayalan semata. Arel tidak akan tobat secepat itu.

***

Aryan, Harry, dan Roy juga mengunjungi gramedia. Harry dan Roy tentu saja ke tempat komik. Kalau Aryan ke tempat buku impor untuk membeli beberapa buku yang masih berbahasa inggris.

"Woy, gila nih udah ada naruto volume 49." Harry heboh sendiri. Dasar norak.

"Beli, Ry. Beli." ucap Roy santai.

"Oke oke."

"Gue mau beli yang versi anaknya ah." Roy menunjukkan komik boruto yang bervolume 1 pada Harry.

"Ya udah beli aja."

"Ry! Aryan tuh orang mana sih? Kepo gue."

"Lah, emang di gugel nggak ada?"

"Kurang kerjaan gue nyari begituan."

"Lo tuh harus jadi cewek ya biar pinter nge-stalk orang."

"Ya udah sih. Tinggal kasih tau aja. Repot banget!"

"Maksa?"

"Iya!"

"Aryan tuh berasal dari…"

Brak!

Belum sempat Harry melanjutkan kalimatnya, ada suara buku yang jatuh. Ternyata ini ulah Roy. Roy tidak hati hati saat mengambil salah satu buku di situ. Itulah ambasnya.

"Lo mah kagak bisa hati hati apa? Kampungan banget, ngambil buku aja sampe jatuh begini." Harry marah marah karena ia juga harus membantu Roy untuk menyusun buku buku itu lagi.

Semua orang di dekatnya menatap mereka. Sungguh memalukan. Arel juga melihat mereka dan membantu mereka.

"Kalian temennya Areta kan?" tanya Arel.

Roy dan Harry menjawab iya. Setelah itu, Arel ber-oh ria.

Mendadak mereka jadi akrab. Mereka berbicara tentang komik, komikus, dan dunia keper-komik-kan.

Di sisi lain, Areta sedang mencari buku buku yang seru. Aryan juga mencari cari buku berbahasa inggris.

Aryan semakin berjalan ke kanan untuk mencari buku yang ia cari. Sedangkan Areta semakin berjalan ke kiri untuk mencari novel yang ia inginkan.

Beberapa detik kemudian, lengan mereka bersentuhan. Areta menatap siapa pemilik lengan itu. Begitu pun dengan Aryan.

"Sorry." ucap mereka berbarengan.

"Lo siapa ya?" tanya Areta saat mendengar suara Aryan. Bagaimana tidak familiar? dia itu Aryan! Aryan yang sedang ia kejar!

Aryan tampak kebingungan ketika ia tau kalau lengan yang telah ia tabrak tanpa sengaja itu adalah lengan milik Areta.

Areta yang merasa gemas pun menarik kaca mata dan masker Aryan.

"A… Aryan?"

"Kenapa?!" Aryan bersifat ketus pada Areta.

Areta masih belum bisa melihat ukiran senyum di wajah Aryan. Karena wajahnya itu selalu menampilkan keseriusan.

"Kok lo ada di sini?"

"Hak gue!"

"Lo bisa nggak sih bersifat nggak ketus ?"

"Nggak!"

"Dasar bibir beku!"

Aryan tak menjawab apapun. Ya sudah, lebih baik Areta pergi.

Areta pergi ke tempat novel novel remaja dan membeli salah satu. Lalu mengajak Arel pulang. Sumpah! Areta sedang badmood sekarang.

"Arel, ayo pulang!"

"Iya iya. Gue mau beli komik dulu."

Areta melihat Harry dan Roy di sana. Ia berniat menyapa, tetapi mulutnya serasa terkunci.

"Hai, Ret!" sapa Harry sambil melambaikan tangannya. Roy pun juga.

Mau tak mau Areta harus menyapanya balik.

"Hai, Arab! Hai, Roy Kiyosi!" Areta menampilkan senyum yang di paksakan.

"Udah, yuk, Ret! Keburu malem."

Areta dan Arel segera pulang ke rumah.

"Eh, Ry! Lo nggak minta tips buat jadi playboy sekolah?"

"Oh iya, gue lupa."

"Balik sekarang yuk!" ajak Aryan yang entah sejak kapan berada di tempat buku komik. Sepertinya Aryan sudah membeli buku yang ia inginkan.

Harry dan Roy segera membayar komik pilihan mereka di kasir. Lalu pulang.

***

Udah capek ngetiknya. Jadi, aku nggak mau nyampein apa apa lagi.

Thank you for reading and vote
By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang