Sekarang Arel dan Isika sudah di parkiran motor. Mereka akan bergegas menuju ke rumah Tante Ina untuk menjenguk Areta.
"Maaf ya gue nggak bawa helm lagi." ucap Arel seraya memakai helm full face-nya. Isika mengerti. Kalau dari kemarin ia tau akan menjenguk Areta, Isika pasti akan membawa helm sendiri.
"Iya, nggak apa apa. Lagian juga mendadak, kan?"
Setelah Isika duduk di atas motor sport Arel, Arel segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang, seperti ia memboncengi Areta.
Arel bingung, kenapa semua gadis tidak suka kebut kebutan? Padahal itu adalah sesuatu yang seru.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah Tante Ina. Mereka segera pergi ke kamar Areta.
Mendengar pintu kamarnya diketuk, Areta refleks tersadar dari lamunannya. Dibukakannya pintu agar orang itu masuk. Ada Isika. Areta terkaget.
"Eh ada Kak Isika. Ayo masuk, Kak." Areta mempersilahkan Isika masuk ke kamarnya.
"Isika cuma beda satu tahun sama lo. Ngapain lo manggil pake embel embel kakak? Sedangkan gue, yang beda dua tahun sama lo, kagak pernah lo pake embel embel kakak?" Arel setengah kesal.
"Yee sirik aja lo. Udah Kak Isika, nggak usah dengerin kata si playboy ini yaa." Areta memberikan tatapan tajam kepada Arel. Arel langsung pergi ke kamarnya sendiri.
"Iya, aku mau jenguk kamu soalnya tadi Arel bilang kamu sakit."
"Kak Isika, apa kabar? Kok jarang ngasih kabar?"
"Kabarku baik. Aku juga udah chat Arel tapi nggak di bales."
"Yah, kenapa harus nge-chat dia? Dia mah kontaknya cewek semua jadi nggak bisa ngenalin yang mana chat dari kakak. Btw kak, aku mau minta kontaknya dong."
Isika memberikan nomor WhatsApps pada Areta. Mereka sudah kenal sejak ibunya mengenalkan mereka. Awal bertemu memang canngung tapi Areta yang cerewet bisa menetralkan keadaan hingga saat ini mereka berteman.
"Di hape kamu juga isinya kontak cowok semua."
Sial! Pake acara ketahuan lagi!
"Tapi kan nggak sebanyak Arel. Tapi kok kakak bisa ketemu sama Arel?"
"Kamu nggak sadar yaa? Selama sebulan ini kan kita satu sekolah. Aku sering liat Arel. Tapi jarang liat kamu."
"Satu sekolah? Kita istirahat bareng yaa besok?" Areta tampak bersemangat. Ia tidak tau kalau besok Isika harus pindah rumah lagi.
"Nggak bisa. Aku udah pindah ke Singapura besok."
"Yah, ya udah deh. Tapi kita harus saling teleponan ya?" Areta tampak kecewa saat itu juga. Padahal ia baru saja menemukan orang yang tepat untuk menjadi temannya. Sejujurnya, Areta hanya memiliki satu teman perempuan, yaitu teman sebangkunya, Jean.
Isika hanya mengangguk untuk menyetujui ucapan Areta.
Tanpa hujan tanpa badai, tiba tiba Arel datang dan tentu saja mengganggu acara obrolan Areta dengan Isika.
"Ret, gue mau minjem sisir." rambut Arel yang basah semakin membuat wajahnya terlihat tampan dan sexy.
"Ambil aja di meja rias."
"Wahai, kakak ipar! Lihatlah tingkah laku Arel-mu ini. Nggak modal banget ya. Masa sisir aja minjem. Apalagi mahar?" Areta menjelekkan Arel kepada Isika.
Arel dan Isika terkaget. Mengingat hubungan mereka sudah berakhir tadi. Suasananya canggung sampai pada akhirnya Arel mengeluarkan beberapa kata dari mulutnya.
"Gue nggak mau nikah muda. Lo aja sana sama si ketua OSIS itu. Bukannya lo pernah di anterin pulang?" sial! Sekarang Arel membuat Areta bungkam seribu bahasa.
Bagaimana arel bisa tau? Areta sangat kesal pada Arel. Kenapa dia harus bicara hal itu di depan Isika juga?
"Mau pulang sekarang, Ka?" tawar Arel. Isika setuju.
"Yah cuma sebentar." Areta mengerucutkan bibirnya tanda ia sedang ngambek.
"Nanti kita video call aja." setelah itu Isika pamit untuk pulang.
***
Gimana part ini?Thank you for reading and vote
By: Nadya Ashfa
Ig: @nadya_ashfa
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH (Harapan)
Teen FictionSemua harapan Areta dikekang. Hanya ada satu yang tersisa. Ia tidak mau sisa harapan itu dihancurkan. Namun, takdir berkata lain. Harapan Areta hanyalah khayalan semata. Semua harapannya hancur berkeping berkeping keping dan tak ada yang utuh sediki...