Areta berangkat lebih awal dari biasanya. Ia terpaksa berangkat dengan Jean. Kalau berangkat dengan Arel pasti selalu pas dengan bel masuk.
"Ret, lo tau kan kalau dia penyanyi? Jadi, lo harus ke ruang musik sekarang." Jean mengarahkan Areta untuk misi barunya, yaitu mendapatkan hati Tuan Gufraz.
Areta baru saja menghentikan langkahnya di ambang pintu ruang musik. Dugaan Jean memang tepat. Ia sedang bermain piano. Tapi Aryan menghentikan permainannya saat melihat Areta di ambang pintu.
"Oh ada si bibir beku di sini?" Areta pura pura tidak tau kalau ada Aryan di sana.
"Minggir! Mau gue bersihin dulu alat musiknya!" drama Areta baru di mulai. Ia sengaja bersikap ketus pada Aryan agar tidak di pandang murahan.
"Nggak!" ternyata Aryan yang lebih ketus.
"Kalo lo nggak alergi debu sih nggak papa."
Areta memulainya dengan membersihkan debu di piano yang sedang Aryan mainkan. Bagi Areta tidak masalah karena ia sering melakukan hal ini di rumah Tante Ina. Bagi Aryan? Dia itu sensitif pada debu.
Aryan terus saja bersin. Areta jadi panik sendiri.
"Kan udah gue suruh minggir." Areta mendudukkan Aryan ke kursi yang agak jauh dari piano itu sambil menggenggam tangannya. Lalu Aryan di dudukkan dengan kasar.
Muka Areta merah padam. Ia tak berani menunjukkan wajahnya pada Aryan. Saat itu juga, Harry dan Roy datang dengan tergesa gesa.
"Lo ngapain Aryan? Lo mau bales yang kemaren? Padahal dia udah baik hati mau nganterin lo!" Harry sepertinya marah. Harry belum melihat wajah Areta, jadi dia kebingungan atas apa yang sedang terjadi.
"Salahnya dia lah. Gue mau bersihin alat musik dulu. Udah gue suruh minggir tapi dia nggak mau." Areta masih membelakangi Harry.
"Nggak baik ngomong sambil membelakangi lawan. Sekarang lo harus balik badan sekarang." Roy ikut bicara.
"Gue mau balik ke kelas aja. Jean pasti udah nungguin." Areta menutupi wajahnya dan berlari keluar dari ruang musik. Harry dan Roy bingung. Ada apa dengan Areta?
Sesampainya Areta dikelas, Jean hanya bisa melihat Areta bingung. Ada apa dengan gadis ini?
"Ret, lo kenapa? Nggak ada jin di tubuh lo kan?" akhirnya Jean memutuskan untuk bertanya.
"Tebak gue abis apa?"
Kalau saja Jean tau, pasti ia tak akan bertanya sebelumnya. Dasar Areta bodoh. Jean menggelengkan kepalanya tanda ia tak tau apapun yang terjadi pada Areta pagi ini.
"Nggak seru lo ah. Gue bisa modusin si bibir beku itu."
"Gimana caranya?"
"Gue pura pura bersihin ruang musik dan dia bersin bersin. Mau nggak mau gue harus nolongin kan?"
"Oke misi pertama selesai. Misi keduanya pas istirahat yaa."
Areta tak sabar menunggu misi yang kedua. Semoga ia berhasil.
Di sisi lain, Aryan masih bersin bersin.
"Yan, lo mau pulang aja?" tanya Harry.
"Nggak. Paling nanti juga sembuh. Lo beliin gue minum aja."
Roy hanya diam saja. Ia tak peduli dengan Aryan. Toh mereka baru berteman. Roy juga belum mengenal Aryan lebih jauh. Jadi dia lebih baik diam dan tidak berbuat apapun. Jika Roy berbuat sesuatu dan ternyata salah? Siapa yang repot?
"Gue ke kelas aja ya?" Roy meminta izin kepada Harry dan Aryan. Setelah di setujui, Roy pun langsung lari ke kelas.
Harry masih setia menemani Aryan sampai ke kelasnya dan membelikan minuman untuknya.
***
Bisa aja ya, pikiran Jean buat modusin si Aryan. Wkwk
Jean itu bakalan jadi dalang dari hubungan Aryan dan Areta.
Thank you for reading and vote
By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH (Harapan)
Teen FictionSemua harapan Areta dikekang. Hanya ada satu yang tersisa. Ia tidak mau sisa harapan itu dihancurkan. Namun, takdir berkata lain. Harapan Areta hanyalah khayalan semata. Semua harapannya hancur berkeping berkeping keping dan tak ada yang utuh sediki...