25. Rumah Tuan Gufraz

23 4 2
                                    

Aryan sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang luasnya lebih luas daripada stadion sepak bola. Sedangkan Areta masih mematung di luar gerbang rumah Aryan.

"Ngapain lo disitu? Cepetan! Gue mau manggung lagi nih!"

"I… iya."

Saat memasuki rumah Aryan, Areta menatap isinya dengan perasaan kagum. Ia juga berjalan lambat agar bisa melihat seluruh hiasan di rumah besar itu.

"Lama lo! Tuh ada sofa kalo lo mau duduk! Jangan kemana mana dulu!"

Areta langsung duduk di sofa panjang yang tempatnya berada di ruang tamu. Banyak ukiran di setiap tembok rumah Aryan. Sungguh mengesankan. Areta berfikir, apa ia juga akan memiliki rumah seperti ini jika impiannya terwujud.

Pandangan Areta terpalingkan oleh sebuah anak anjing yang baginya anak anjing itu adalah monster. Sebab Areta memiliki phobia terhadap hewan.

Areta terus memandang sekitar. Ia berharap Aryan bisa datang cepat dan mengusir anak anjing ini.

Bukannya Aryan yang Areta temui. Malah dua orang kekasih yang sepertinya sedang berciuman. Tunggu! Berciuman? Apa Areta tidak salah lihat? Areta segera menutup matanya.

Anak anjing itu mulai menempelkan tubuhnya pada kaki Areta. Areta berteriak hingga dua orang kekasih itu menoleh pada Areta.

Memalukan.

"Ada apa? Who are you?" tanya seorang cewek yang entah siapanya Aryan.

"She is my friend." jawab Aryan.

Syukurlah. Aryan datang juga.

"Friend?" sepertinya cewek itu tidak percaya jika Areta adalah temannya Aryan.

"Buku lo nggak ada!" kini Aryan beralih untuk bicara pada Areta.

"Kata Harry ketinggalan. ARYAN!" Areta berteriak ketika anak anjing itu mendekati kakinya lagi.

"Kenapa sih lo? Jangan heboh deh!"

"Are you okay?"

"Gue nggak baik baik aja kalo ada si anak anjing ini." Areta hampir saja menangis.

"Kenapa? Dia nggak gigit. Udah di jinakin."

"Orang yang phobia hewan mah beda!"

"Zoophobia? Sorry! Aku akan menjauhi Guggy dari sini." Kinan, sepupu Aryan jadi merasa bersalah. Pasalnya, Aryan baru pertama kali membawa teman ceweknya tapi ia sudah membawa kesan buruk.

"Ya udah cepetan!"

Ponsel Aryan berdering dan Aryan segera mengangkat panggilan itu. Disinilah Areta sendiri. Kinan kembali lagi setelah menjauhkan anak anjingnya yang bernama Guggy itu.

"What is your name?" tanyanya.

"Areta. Where are you from? Can you speak indonesian?" Areta bersalaman dengan Kinan.

"I am Kinan. I from American. Aku bisa bicara bahasa Indonesia sedikit."

"Kamu siapanya Aryan?"

"Sepupu. Kamu tadi liat aku lagi ciuman sama cowok ya? Dia itu kekasihku."

Areta hanya ber-oh saja.

"Tunggu, nama kamu Areta Ezarine kan?"

"Iya, kok tau."

"Sebentar." Kinan beranjak pergi ke kamarnya. Sepertinya ada sesuatu yang akan Kinan beritahu. Areta hanya bisa mengernyitkan dahi karena bingung.

"Kinan kemana?" tanya Aryan yang entah sejak kapan selesai teleponan.

"Ke sana." Areta menunjuk ke arah kamar Kinan.

"Buku lo nggak ada! Udah sana pulang!"

Areta mengerucutlan bibirnya.

"Ini buku kamu kan? Ada di meja ini kemarin. Aku pikir ini punya Aryan. Tetapi bukan." ucap Kinan sembari menyodorkan buku biologi milik Areta.

"Thank you."

Setelah itu, Areta pamit pulang. Awalnya Kinan ingin mengantar Areta. Tapi Areta merasa tidak enak karena merepotkan. Akhirnya Kinan memaksa agar Areta pulang dengan Aryan. Sampai bahkan mengancam. Mau tidak mau Areta dan Aryan menurutinya.

Aryan mengambil kunci mobilnya dan mereka segera berangkat.

***

Orang tua Aryan belum muncul

Thank you for reading and vote
By : Nadya Ashfa
Ig : @nadya_ashfa

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang