29. Mall

8 1 0
                                    

Arel dan Areta sudah memasuki pintu masuk mall. Mereka akan segera berjalan ke tempat bioskop.

"Rel, kita nonton film romantis yuk?"

"Kagak!"

"Ayolah!"

"Gue tantang lo nonton film horor. Kalo lo teriak teriak dan tutup mata, berarti lo kalah. Kalo lo kalah, lo harus bayarin makan gue dan parkir." ucap Arel sambil menunjukkan seringainya.

Ah, sial! Kenapa harus genre yang itu? Areta sangat takut dengan hal hal yang seperti itu. Tapi kalau tidak di terima, ia akan rendah di mata Arel.

"Ya udah, siapa takut? Kalo gue menang, lo harus beliin gue novel harry potter!"

"Ngapain lo beli novelnya? Kan lo udah punya Harry-nya."

Arel tau siapa saja yang berteman dengan Areta. Karena ia ingin adiknya itu berteman dengan anak anak yang baik. Bukan yang brengsek sepertinya.

"Apaan sih? Ya udah kalo gue menang, gue minta di traktir selama seminggu!"

'Bangkrut dah gue. Belom juga jadi penyanyi. Kapok bener ngajak dia. Mendingan Isika.' batin Arel.

"Iya!"

Akhirnya, mereka menonton genre horor yang sudah Arel pilih tadi. Arel memilih film yang ada adegan sadisnya, supaya ia bisa memenangkan taruhan.

Mereka memasuki ruangan bioskop dan mencari tempat duduk yang sudah di pesan. Areta sedikit tegang. Bagaimana ia bisa memenangkan taruhan itu? Oh, ya ampun!

Film belum di mulai, tapi Areta sudah berkeringat dingin.

"Sabar, Ret. Belom juga di mulai."

Ternyata Arel mengawasinya.

Baru saja permulaan film, Areta sudah siap untuk mengatur nafasnya agar Arel tidak tau kalau sebenarnya ia triple sangat takut.

Adegan tersadis film pun di lihat oleh beberapa mata yang ada di bioskop itu.

Tak sengaja, Areta memeluk lengan orang sebelahnya. Bukan Arel.

Kalian tau? Apa yang di lakukan Arel saat ini? Dia hanya tertawa cekikikan. Entah apa yang ada di pikirannya.

Film horor, kok malah ketawa? Apa Arel waras? Atau jangan jangan, ia kesurupan? Areta jadi bergidik ngeri. Ia menjauhkan tubuhnya dari Arel. Otomatis, orang yang di sampingnya protes.

"Apaan sih deket deket?!"

Arel menoleh. Areta juga menoleh pada orang itu. Wajahnya tidak terlihat jelas karena ruangan bioskop yang gelap. Areta membenarkan posisi duduknya seperti semula.

"Arel, gue takut. Gue kalah. Plis, Rel! Udah." Areta hampir saja menangis.

"Oke, tapi filmnya masih setengah jam lagi. Kita nggak bisa keluar begitu aja."

"Yah, Rel. Gimana dong?"

"Lo duduk aja yang tenang. Klo nggak, lo tidur aja deh."

"Nggak bisa."

Sumpah! Areta ingin sekali menangis saat ini.

Akhirnya, film itu pun selesai. Mereka segera keluar dari bioskop.

Areta trauma menonton film dengan genre itu lagi.

"Ret, lo masih takut? Mau makan dulu atau ke gramed dulu?"

WISH (Harapan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang