“Ketika kita berhijrah karena seseorang, maka hijrah kita tidak akan baik. Tetapi hijrahlah karena Allah itu akan lebih baik.”
“Nahzaaa” panggil Haikal teman satu kelas Nahza
“Iya?” Nahza menegakkan kepalanya memberhentikan aktifitas menulisnya.
“Ada yang nyariin noh.” Haikal menunjuk ke arah pintu menggunakan dagunnya. Nahza bangkit dari kursi dan menghampiri ke arah pintu masuk.
“Eh kak, ada apa?” tanya Nahza pada Denis, ya Denis yang menunggunya depan pintu kelas.
“Wa’alaikumussalam.” sindir Denis pada Nahza
“Eh iya lupa. Assalamualaikum kak, ada apa?” memamerkan senyum khasnya.
“Wa'alaikumussalam warahmatullah eemmm kunci perpus ada di antum kan?”
“Iya ada.” Nahza menjawab degan ragu karena dalam hati Nahza berfikir dia membawa kunci perpus atau tidak.
“Ada gak nih? kok ragu gitu sih” tanya Denis memastikan
Meulurkan sepuluh jarinya “Bentar kak di cek dulu.” Nahza lalu kembali masuk ke kelas dan memeriksa tasnya memastikan dia membawa kuncinya. “Nah ini dia bawa.” Nahza mengambil kuncinya lalu membawanya ke luar.
“Nih kak bawa.” sambil menunjukkan kunci perpus.
“Di kamu aja dulu, kakak ke kelas ya, udah bel.” membalikkan badan meninggalkan Nahza. “Oiya, jangan lupa pulang sekolah kita rapat DKM (Dewan Kemakmuran Masjid adalah departemen yang mengurus semua keperluan masjid dan mengelola perpustakaan masjid).”
“Lah bukannya udah ya kak? lagian kan sekarang saya PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah salah satu departemen yang menangani tentang sumber daya muslim di Rohis) masih ngurus DKM juga?”
“Memberikan penyuluhan sama yang baru, taun lalu juga gitu kok, rapat pertama dihadirin kepengurusan yang lama sama yang baru. Sekalian ngasih arahan sama atribut.”
“Oh ok deh.” Denis membalikkan badannya ingin beranjak pergi “Terus ini kunci perpusnya di saya?” Nahza mengangkat tangannya menunjukkan kunci perpus yang ada ditangnnya.
“Iya di antum dulu.” Denis berteriak lalu berlari menaiki tangga.
Nahza hanya bisa mengangkat bahunya “Dasar aneh, terus ngapain coba ke sini.” Nahza ngedumel sendiri.
“Modusin lu bego!” Haikal nongol dari balik pintu dan mengusap-usap kepala Nahza dari belakang.
“Haikallll kerudung gue!” Nahza masuk ke kelasnya berusaha mengejar Haikal yang akhirnya Nahza dapat membalas dengan menjitak kepala Haikal. Tidak lama kemudian Bu Raya guru sosiologi masuk ke dalam kelas dan pembelajaran pun dimulai.Kring Kring Kring
Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar menuju rumahnya masing-masing tetapi tidak dengan murid yang memiliki ekskul sepulang sekolah, tidak terkecuali dengan Nahza yang harus menghadiri rapat Rohis Departemen DKM untuk menuntaskan kepengurusannya.
A Ezra
‘A pulang duluan aja
Ada rapat rohis dulu
Pulangnya gak usah dijemput
naik ojek online ajaIya
Kebiasaan deh balesnya pendek banget
Iya sayang
Hati-hati di jalanNah
Iya ‘a kamu juga hati-hati ya pulangnyaIya Ay
“Huf untung sayang” ujar Nahza merutuki balasan Ezra yang hanya sepatah dua patah kata.
“Sayang sama siapa Za?” tanya Rika yang merupakan patnernya di DKM yang sekarang menjadi Sekretaris BPH (Badan Pengurus Harian adalah bagian tertinggi dalam organisasi Rohis atau dalam kata lainnya organigram inti di atas departemen yang memantau kerja harian seluruh departemen)
“Hehe, biasa Ka si ‘aa” Ya hanya Rika lah yang sudah tau status Nahza sekarang secara Rika merupakan teman SMP sekaligus teman curhatnya di SMA.
“’Aa yang mana nih? Cuma mengingatkan jangan pacaran.” ujar Denis menimbrung pembicaraan Rika dan Nahza.
“Hih, udah yu Za kita masuk ruang rapat.” ajak Rika dengan menarik tangan Nahza.
“Udah shalat belum?” tanya Denis memastikan mantan anggotanya itu telah melaksanakan perintah Allah swt.
“Udah, banyak tanya banget sih. Cepetan shalatnya biar cepet rapat terus cepet pulang.” jelas Nahza panjang lebar.
“Oke” Denis meninggalkan dua wanita melangkah menuju masjid melaksanakan shalat asar
“Kenapa sih Za kak Denis?” tanya Rika bingung yang di jawab dengan mengangkat bahu oleh Nahza “Gak tau, biarin aja .” Mereka berdua masuk ruangan perpus masjid yang dijadikan sebagai tempat rapat, kemudian satu persatu anggota DKM yang baru dan lama berkumpul. Rapat berjalan dengan lancar disertadi dengan penyerahan atribut dari anggota DKM lama ke anggota DKM baru.
“Rika kamu pulang sama siapa?” tanya Nahza pada Rika. Ya memang tinggal mereka berdua akhwat yang tersisa di ruang rapat, sementara akhwat yang lain sudah pulang terlebih dahulu.
“Di jemput Za sama bapak, kamu juga di jemputkan?”
“Engga kak, aku naik ojek online aja deh.”
“Yaudah aku duluan ya Nahza udah mau magrib. Assalamualaikum”
“Iya Wa’alaikumussalam Rika” setelah berpamitan Rika meninggalkan Nahza seorang diri.
“Gue anter pulang. Gak ada siapa-siapa lagi kan?” suara yang tak asing tepat di belakang Nahza membuat Nahza menoleh ke belakang yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Denis.
“Gak usah repot-repot, nanti cewe lu marah.” dengan muka datarnya Nahza menolak tawaran Denis. Sebenarnya Nahza dan Denis sudah sama-sama tau kartu AS(Keburukan) ke dua belah pihak jadi jika tidak ada anak Rohis lain atau di room chat mereka memakai bahasa lu-gue terkadang bahasa yang tidak sewajarnya diutarakan oleh anak rohis justru itu cacian mereka ketika kekesalan memuncak ya maklum saja mereka dalam satu departemen yang sama sebagai atasan dan bawahan dalam rentang waktu hampir 1 tahun.
“Cewe mana sih Za? gue gak punya cewe, kan gak boleh pacaran.” elak Denis
“Iya sih status gak ada, tapi mana ada sih kalo bukan siapa-siapa tapi tiap pagi bareng terus pulang juga bareng. Apa itu namanya bukan siapa-siapa? Lu kan yang nyuruh gue buat berubah jadi lebih baik, nyeramahin gue pake hijab, larang gue pulang sama cowo yang bukan muhrimnya. Tapi mana? lu malah ngelakuin apa yang lu larang ke gue.” maki Nahza mengeluarkan semua kemarahannya pada Denis.
“Apa bedanya sama lu Za? Lu pulang masih bareng sama cowo kan? Lu pikir gue gak ngeliat Nahza!” bentak Denis, membela dirinya.
“Jadi maksud lu yang salah di sini gue gitu? Gila ya lu, yang salah lu malah nyalahin gue. Cowo macam apa lu!” Nahza menumpahkan kekesalannya pada Denis dan seketika air mata Nahza tak sanggup lagi terbendung, setetes air mata mengalir dari mata bulatnya.
“Terus lu mau salahin gue? Kita impas Nahza. Lu pulang sama cowo gue pulang sama Taria. Gak ada lagi kata kita hijrah sama-sama semenjak lu pulang sama cowo itu gak ada perjanjian hijrah bareng-bareng lagi.” Dengan muka frustasinya Denis menjelaskan yang terjadi dan membatalkan semua janjinya bersama Nahza.
“Lu gak ngerasa? yang mulai duluan tuh lu Denis. Lu pikir gue gak tau, mungkin dari dalem sekolah iya kalian gak barengan, tapi di luar kalian pulang bareng. Lu pikir gue bodoh, Engga Denis ENGGA!” Betapa syoknya Denis ternyata Nahza tau kalau Denis dan Taria sering pulang bersama.
Nahza berusaha menghentikan tangisnya “ Udah cukup gue mau pulang.” membalikan badan melangkah menjauhi Denis.
Denis yang paham akan kesalahannya mencoba menghadang kepulangan Nahza dengan memegang pergelangan tangan Nahza. “Gue anter pulang, gak baik cewe pulang magrib sendirian.”
Nahza menepis tangan Denis dari pergelangan tangannya. “Gak usah pegang-pegang! gue gak butuh di anter sama lu”
Denis menarik tangan Nahza menuju mobil yang terparkir di halaman masjid “Gak ada penolakkan!” dengan sangat terpaksa Nahza menurut untuk di antar pulang oleh Denis.
“Rumah gue pindah, turunin gue di sini aja” dengan muka datarnya dan sorot mata kosong menatap ke arah depan.
“Kasih tau arahnya aja, gue anter sampe gerbang rumah.” tolak Denis untuk menurunkan Nahza di jalan.
Sesampainya di depan rumah Nahza langsung turun dan hanya kata terima kasih dan salam "makasih Assalamualaikum." yang dilontarkan oleh Nahza tanpa menunggu jawaban dari Denis."Wa'alaikumussalam warahmatullah Nahza" dengan sorot mata sendu dan setitik air bening turun dari bola mata Denis "Maaf Nahza, gue yang salah"
Di dalam rumah Ezra sudah menunggu kepulangan Nahza di depan Tv. “Assalamualaikum” salam Nahza. Tanpa melihat Ezra menjawab salam dari Nahza “Wa’alaikumussalam. Siapa yang anter?”
“Temen” jawab Nahza singkat lalu menghampiri Ezra duduk di sofa.
“Matanya sembab? Udah shalat magrib?” tanya Ezra yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Nahza “Shalat dulu biar tenang gih.” yang dibalas anggukkan kepala dari Nahza dan pergi meninggalkan Ezra menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan shalat magrib untuk meredakan emosinya yang sempat memuncak..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamualaikum reades 😄
Gimana nih ceritanya? Aku kasih konflik sedikit yaa... biar gak gitu-gitu aja 😊Jangan lupa vote, vote itu gratis 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Halal
Teen FictionBagaimana rasanya pacaran dengan sahabat, tapi pacaranya gak nimbulin dosa? Itulah yang dirasakan oleh Nahza dan Ezra sepasang sahabat yang berujung sebagai sepasang insan hingga akhir hayat. #8 romantisme 09/09/2019 #7 perselisihan 20/07/2019 #9 ba...