Part 12

773 40 3
                                    

"Hidayah datangnya dari Allah swt. kita sebagai umatnya hanya bisa berusaha dan berdoa untuk menggapai hidayah-Nya"

Suasa dingin yang menusuk tak mampu menahan mata Nahza untuk terpejam mengingat hari ini Nahza sudah bertekat untuk menjadi istri yang lebih baik untuk Ezra sang suami tercinta? ya tercinta, mungkin itu yang cocok, karena cepat atau lambat Nahza harus menerima Ezra sebagai suaminya buka sebagai sahabatnya lagi.

Nahza mencoba untuk menyeimbangkan cahaya yang masuk dimatanya dan perlaham membuka kelopak matanya menampilkan iris mata coklat hazel yang Nahza miliki. "Udah pagi yaa?" Nahza mengambil jam weker di atas nakas "udah jam setengah lima." Nahza kembali menaruh jam weker diatas nakas lalu menghadapkan wajahnya tepat dihadapan wajah Ezra. Nahza mengamati dengan detail wajah Ezra yang nampak begitu tampan jika diperhatikan dengan jarak sedekat ini.

Nahza mengulurkan tangannya dan mendaratkannya di atas kepala Ezra sambil mengusap-usap helaian rambut dengan perlahan. "Assalamualaikum akhi." Ezra mengerjapkan matanya perlahan melihat sesosok wanita cantik yang sedang tersenyum dihadapannya "Wa'alaikumussalam warahmatullah istriku." Nahza mengembangkan seyumannya membuat wajahnya nampak semakin cantik. "Mau shalat dimasjidkah? udah jam setengah lima. Mandi dulu, nanti Nana siapin bajunya."

"Mau shalat dirumah aja, mau jadi imam buat istri tercinta 'Aa."

"Uhh so sweet." Nahza memasang baby face kemudian kembali memasang muka datar. "Tapi kok jiji yaa jadinya."

"Haha iya juga yaa." mereka tertawa bersama menertawakan tingkah mereka yang terlalu absurd. Setelah tertawanya reda."Oke kita mulai dari yang biasa."

"Nah siap" Nahza mengacungkan dua jempolnya ke udara "lagi pula, sesuatu yang terlalu manis juga kalo terlalu banyak jadinya pahit."

"Oke siap." Ezra kemudian bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Ezra menghentikan langkahnya dan berbalik kearah Nahza "Tapi kalo mau siapin baju juga boleh."

"Oke siap, kalo mau jadi imam Nana dirumah juga gak masalah." mereka tertawa kembali.

Ketika semua sudah disiapkan dan selesai bersiap-siap Nahza dan Ezra shalat berjamaah setelah itu memanjatkan do'a kemudian setelah selesai tidak lupa Nahza mencium punggung tangan Ezra serta Ezra yang mencium kening Nahza.

Setelah selesai beribadah Nahza membereskan sajadah lalu beranjak keluar kamar. "Mau kemana?" Ezra bertanya kepada Nahza yang sudah diambang pintu.

"Mau ke dapur."

"Ngapain?"

"Masak."

"Oh oke." Nahza pergi kedapur dan Ezra meneruskan kembali tugas sekolah yang sedang Ezra kerjakan. Setelah berfikir sejenak Ezra baru tersadar Nahza tidak bisa memasak. Tanpa pikir panjang Ezra menyusul Nahza di dapur dan benar saja dapur sudah seperti kapal pecah.

Nahza sudah menyiapkan dua telur dadar dipiring saji dan menatanya di atas meja makan dengan dua piring berisi nasi putih yang telah Nahza ambil dari rice cooker. "Eh ada 'aa sini, sarapannya udah jadi." dengan senyum yang mengembang Nahza menarik lengan Ezra yang sedang bengong menuju meja makan. "Ayo dicobain."

Ezra mengikuti penggerakkan Nahza mencoba menenangkan dirinya sendiri. 'Yah bisa mati muda ini mah'-batin Ezra. Ezra mengambil sesuap telor dadar dan nasi putih. "bismillah, semoga gak mati."

Nahza yang mendengar suara Ezra samar-samar "Hah? kenapa 'a?"

"Engga."

"Oh kirain, yaudah dimakan"

Setelah telor dadar itu masuk kemulut Ezra, Ezra mengunyahnya dan merasakan asin yang membuat lidahnya masti rasa. "Na?"

"Hem?"

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang