Part 4

1K 48 1
                                    

Barakallah kita sama-sama mengucap syukur sebanyak-banyaknya karena kita telah melawati tahun lalu dengan hari-hari yang insyaallah bermanfaat.  Semoga di tahun ini kita menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin..

______________


“Ketika Allah swt telah menentukan takdir, tidak ada yang bisa mengubahnya. Percayalah ini yang terbaik”

Hari demi hari telah terlewati dan tidak terasa seminggu telah berlalu. Pagi ini Nahza sudah terlihat sangat cantik dengan dandanan naturalnya serta memakai kebaya putih dipadankan dengan rok batik dan kerung coklat sedang mematut tampilannya di depan cermin kamar Nahza yang sudah dipasang interior ala kamar pengantin.

Nahza merasa tak percaya hari ini seperti mimpi baginya, kemarin iya masih belajar dan bersosialisasi bersama remaja SMA pada umumnya dan sekarang Nahza harus menyiapkan diri dan mental karena beberapa jam kemudian Nahza akan memiliki tanggung jawab tambahan yaitu sebagai seorang istri. Yahh hari ini Nahza akan menikah dengan lelaki pilihan papah-nya.

Reiden melangkah menuju kamar Nahza dan berdiri tepat di depan pintu kamar “Nana, gua boleh masuk gak?”

“Eh iya sini Rei” setelah dipersilahkan Reiden duduk di pinggir kasur menghadap Nahza. “Kenapa Rei?” Nahza memerhatikan penampilan Reiden yang memakai kemeja batik pada bagian tangan digulung sampai siku, celana hitam dan rambut yang dibuat berantakan pas dengan mukanya yang selengean tampak menawan.

“Hemm,, engga Na, gua Cuma gak nyangka aja kalo sayang gua yang satu ini udah mau nikah aja. Pantes aja pas kumpul diem mulu Na.”

Wajah Nahza berubah seketika menjadi murung. “Huff, iya Rei”

“Eh tapi lu udah kasih tau Tisya sama Ezra?” Nahza menjawab hanya dengan gelengan kepala. “Kenapa lu gak cerita aja sih Na?”

“Ini udah jadi pilihan gua Rei.” Nahza mengambil kertas dan bolpoin di dekat meja riasnya dan menuliskan sesuatu dan dimasukan surat itu di amplop lalu di serahkan kepada Reiden “Titip surat ini buat Ezra.”

Reiden menerima surat itu “Loh kenapa gak dikasih langsung ke Ezranya aja?” Nahza hanya diam menunduk menahan air matanya, tapi apa daya air mata itu lolos dari pelupuk matanya meluncur bebas di pipinya. “Na kenapa? Jangan nangis dong… nanti dikiranya gua ngapain lu lagi.” Reiden megulurkan tangan kirinya memegang dagu Nahza dan  tangan kanannya secara bergantian mengusap air mata yang berada di pipi Nahza. “Udah ya Nana sayang jangan nangis lagi. Gua ngerti kok perasaan lu. Ini surat bakal gua kasih ke Ezra kok.” sambil mengacungkan sepucuk surat yang dibalut dengan amplop merah.

“Makasih ya Rei.” Nahza menarik sudut bibirnya perlahan kembali tersenyum.

“Nah gitu dong senyum, ahh sayang gua manis banget dah.” Reiden merentangkan tangannya ingin memeluk Nahza sedangkan Nahza memundurkan badannya menjauhi tangan Reiden. “Oiya lupa, bentar lagi jadi istri orang ya..”

“Rei ayo ke masjid. Bentar lagi dateng kayanya.” ‘A Dhani memanggil Reiden untuk segera ikut rombongan keluarga ke masjid dekat rumah Nahza. Ya… tante Nera yaitu ibu dari Reiden adalah adik kandung dari papah Nahza, jadi tidak heran jika Nahza dan Reiden sudah berteman sejak mereka orok. Mungkin orang yang melihat sekilas mengiranya mereka sepasang kekasih karena memang umur mereka yang hanya beda beberapa hari membuat mereka berdua terlihat serasi.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang