“Semua kabahagian itu kita yang buat sendiri, bukan orang lain sekalipun dia special dimata kita. Tapi tanpa orang lain yang special kita tidak akan bahagia.”
Semua rangkaian acara telah selesai. Baik keluarga besar Ezra dan Nahza telah pulang ke rumah masing-masing. Begitupun dengn Ezra ketiga adik Ezra yang telah ikut pulang bersama kedua orang tuanya. Dan sekarang tinggallah Ezra dan Nahza yang berada di kamar Nahza. Suasana didalam kamar berubah menjadi canggung ketika beberapa menit yang lalu ‘A Dhani dan Reiden meninggalkan Ezra dan Nahza yang hanya berdua saja di dalam kamar.Ezra bangkit dari tempat tidur menuju pintu keluar “Mau kemana?” Nahza menoleh melihat Ezra yang sedang di ambang pintu “Mandi”. Nahza bingung mengapa Ezra harus mandi di luar kamar padahal di dalam kamar pun ada kamar mandi. Nahza mengangkat bahu “Aneh, padahal ada yang deket.”.
Setelah beberapa menit berlalu Ezra kembali ke kamar melihat Nahza masih dengan posisi yang sama sebelum Ezra mandi. “Gak mandi?”
Nahza memperhatikan penampilan Ezra yang nampak segar setelah mandi. “Gak ah udah malem.” Nahza kembali sibuk dengan handphonenya. Tanpa pikir panjang Ezra mengambil Handphone di tangan Nahza yang dibalas pukulan oleh Nahza di tangan Ezra. “Ganggu ih.” Nahza mengambil Handphonenya kambali dari tangan Ezra. Tak mau kalah, Ezra mengambil kembali Handphone Nahza lalu menggeret Nahza ke kamar mandi. “Mandi dulu.” Nahza menyentakkan tangannya melepaskan genggaman tangan Ezra pada lengan kanannya “Gak mau dingin!” “Mandi jorok!” Nahza kesal setangah mati dengan Ezra, Nahza berjalan menghentakkan kaki menjauhi kamar mandi.“Mau kemana?” Ezra mengikuti langkah Nahza
“Ish, iya.. ambil baju ganti duluuu jangan ngikutin” dengan muka yang masam akhirnya Nahza menuruti Ezra.
“Oke”
Setelah lima menit berlalu Nahza keluar dari kamar mandi, melihat sekeliling kamarnya tidak ada siapa-siapa. “Ezra kemana?” Nahza melihat pintu balkon kamarnya yang terbuka. Nahza menuju balkon siapa tau Ezra ada di sana.
Dan benar saja, Ezra berada di sudut balkon sedang berdiri menatap indahnya langit malam yang dihiasi bintang. Yahh memang malam ini bintang bersinar begitu terang seakan mencerminkan perasaan kedua insan “Ngapain?” Nahza berdiri di ambang pintu memerhatikan Ezra yang berdiri di sudut balkon bersandar pada pagar balkon.
“Udah?” Tanpa menoleh Ezra bertanya.
“Apanya?” Nahza yang meras bingung menghampiri Ezra yang sedang berdiri di sebelah kirinya.
“Mandinya.”
“Udah.” Ezra hanya menganggukkan kepala merespon jawaban Nahza.
“Ngapain?” Nahza mengulang pertanyaan yang tadi belum di jawab oleh Ezra.
“Diri”
“Ihhh Ezraaaa, nenek-nenek juga tau kalo kamu lagi berdiri.” geram Nahza
“Udah tau kenapa nanya.” Ezra hanya memasang muka datar menjawab acuh tak acuh pertanyaan dari Nahza.
Nahza melembutkan pertanyaannya dengan nada jengkel yang dibuat semanis mungkin. “Maksudnya lagi ngapain di luar malem-malem gini?”
“Diri” jawab datar Ezra.
“Ah tau lah.” Nahza geram dengan jawaban Ezra meninggalkan Ezra di balkon sendiri menuju kamar. Ezra hanya bisa mengangkat bahu melihat kelakuan Nahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Halal
Teen FictionBagaimana rasanya pacaran dengan sahabat, tapi pacaranya gak nimbulin dosa? Itulah yang dirasakan oleh Nahza dan Ezra sepasang sahabat yang berujung sebagai sepasang insan hingga akhir hayat. #8 romantisme 09/09/2019 #7 perselisihan 20/07/2019 #9 ba...