14. Waktu Lari.

58 4 0
                                    

"Lagi cari masalah, anak muda?" sahutan preman jalanan itu bergema di langit-langit Jembatan Kali Angke.

Ichsan kaget setengah mati, balik badan. Pena di tangan kanan diselipkannya di saku kemeja bersama kupon pulsa listrik.

"Tidak. Oh, ya!" otak Ichsan masih loading, orang di hadapannya tidak lain preman jalanan. Logika seorang detektif, tidak sulit mengalahkan orang yang otaknya sedikit.

"Kau ragu?" preman jalanan itu menghunus sebilah belati. Terbuat dari baja, mengilap putih tanpa ternoda darah. Masih baru, sering diasah.

"Tidak," di balik telapak tangan kanannya yang kosong Ichsan membuka pusaran portal cahaya.

"Tidak," di balik telapak tangan kanannya yang kosong Ichsan membuka pusaran portal cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sok-sokan main rasenggan ya?" preman jalanan di hadapan Ichsan mengayun belati.

Ichsan bersiap memasang kuda-kuda samping untuk mengelak, tapi belum sampai dua jengkal lintasan belati, suatu hal terjadi di luar dugaan siapapun.

Bletak!

Suatu benda kecil padat menghantam kepala preman jalanan itu dari belakang.

Dan preman jalanan itu jatuh pingsan, terjengkang ke belakang.

Di balik badan preman jalanan itu berdiri seorang perempuan berseragam SMP yang sangat dikenal Ichsan, masih dalam posisi sehabis menangkap keping koin seribu Rupiah yang tadi dipakainya melumpuhkan preman jalanan.

"Dini Safitri?" panggil Ichsan. Portal cahaya di tangannya sudah menghilang.

Bukannya menjawab, Dini malah balik badan secepatnya lantas berlari kencang. Ketakutan sepertinya, melihat wajah Ichsan yang di matanya adalah Sergam.

Ichsan mengejar Dini, tapi ternyata tidak mudah menyusul langkah perempuan kelas 2 SMP itu. Ichsan nyaris tertinggal satu-dua belokan gang di pemukiman padat Distrik Tambora, sampai akhirnya Dini tidak nampak lagi batang hidungnya di depan sebuah rumah kontrakan susun yang bukan main sempitnya.

Di sana terpampang plang : sedia kontrakan kosong bisa di nego. Hubungi Bu Nin, jalan raya Distrik Tambora nomor sekian-sekian.

Sama saja, Ichsan harus kembali ke jalan raya. Sambil jalan kaki, Ichsan berhenti di depan salah satu rumah. Memotretnya pakai kamera hp.

Ckrek!

Waktu lari Dini sempat menengok ke sana.

Detektif Ichsan 7 : Detective's Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang