20. Butuh Pengawalan.

53 3 0
                                    

"Baik, tapi untuk kelancaran rencana, pada hari yang sudah ditentukan, kumpulkan semua anggota Serikat Jaringan yang aktif di satu tempat tanpa keributan. Saat itu transaksi bisa dilaksanakan," kata Ichsan.

"Kau bisa setuju jika ada sedikit perubahan rencana, detektif?" Raden mengulurkan tangan. "Jika tidak, kesepakatan deadlock,"

Deadlock, kesepakatan tidak bisa diambil.

"Ya," Ichsan bersalaman dengan Raden. "Bagaimanapun, saya benci keributan,"

"Apa kau bilang, detektif?" kata salah satu preman jalanan. "Jangan main-main kau,"

Ichsan tidak menjawab, meninggalkan warung kopi. Perhitungan apapun yang dibuat preman jalanan sekarang harus matang-matang dia perkirakan.

"Tunggu besok awal malam di kolong JKA," kata Raden, pelan. "Aku pastikan antidot yang kau butuhkan sudah jadi,"

Besok hari sabtu, Ichsan bisa agak santai tarik nafas sebentar dari kesibukan jadwal penyelidikannya. Mau ngapain di ibu kota?

Lari pagi di car free day?

Bukan kebiasaan Ichsan. Detektif itu memang kebiasaan makannya kurang bagus, tapi tidak jadi masalah karena dia banyak mikir.

Ichsan memutuskan untuk mengawal Dini, tentu dengan wajah tertutup saputangan agar tidak mencolok. Wajah Sergam-nya itu lho, merepotkan!

Ichsan menjalankan rencananya dengan baik, sampai Dini sadar kalau dia diikuti orang asing.

Wutz!

Dini melemparkan senjata andalannya, koin seribu Rupiah.

Sret!

Beruntung gerak reflek Detektif Ichsan hasil latihan silatnya lama berselang masih bekerja. Kalau tidak, koin seribu Rupiah itu sudah meretakkan keningnya.

Ichsan menangkap koin itu.

Dini Safitri. Meskipun masih kelas 2 SMP, kekuatannya tidak bisa dianggap remeh.

"Ini," Ichsan mengembalikan koin tadi ke Dini, menggunakan kuasa portal.

Dini tidak menjawab, lari secepatnya ke SMP Harapan 5. Dikiranya Ichsan preman jalanan, padahal bukan.

Terlambat? Tidak.

Saat itu 6.55 pagi waktu Distrik Tambora.

Ichsan berdiri bersandar di sisi gang sempit antara SD Harapan 3 dan SMP Harapan 5. Posisi yang mencolok, tapi seorang perempuan berseragam kasir minimarket yang berjalan lewat tidak sadar kalau ada Ichsan di sana.

"Dia butuh pengawalan,"

Detektif Ichsan 7 : Detective's Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang