Haechan menyenderkan tubuhnya pada punggung kursi, menyamakan posisinya dengan Nakyung dan pandangannya menatap dalam wajah lelah gadis itu.
"Lo tuh kenapa sih, semingguan ini aneh banget?" tanya Haechan to the point.
Nakyung mengangkat bahunya. "Gak tau," jawabnya singkat.
Haechan tidak puas dengan jawaban seperti itu, rasanya ada yang ditutup-tutupi. Mereka teman, kan?
"Jangan diem-dieman gini dong. Kita temen, masa keadaan mau dingin gini," kata Haechan.
Gadis itu melirik Haechan sekilas, "Gue dingin gimana sih? Nakyung yang biasanya juga kayak gini. Lo pikir gue berpribadian ganda gitu? Njir."
"Gue gak bilang lo seratus persen berubah. Lo jadi cuek, dan gak biasanya lo kayak gini," kata Haechan jujur.
"You can always talk to me, kalo curhat sama Jeno Jinyoung terlalu galak, sama Guanlin kebanyakan duit, lo bisa curhat sama gue yang otaknya separo ini," lanjut Haechan dengan bangga.
Nakyung sedikit menyungginggkan senyumannya. "Thanks, Chan. Entah kapan, tapi gue bakal coba."
Di saat yang sama, Guanlin tiba dengan nafas yang memburu setelah ia semakin mempercepat langkahnya setelah melihat Nakyung dan Haechan yang ternyata ada di luar gedung. Setidaknya ia bersyukur karena Haechan dan Nakyung yang ia lihat barusan benar-benar mereka, bukan fatamorgana seperti pada kisah-kisah horor.
"Ngapa lo lari-lari?" tanya Haechan.
"Nyariin lo berdua lah goblok, tau tau ilang, bikin kaget," jawab Guanlin sambil meremas perut bagian kanannya.
"Sini," kata Haechan, mengajak Guanlin untuk duduk di sebelahnya.
"Ngapain sih lo tiba-tiba ilang??" tanya Guanlin.
Haechan mengangkat bahunya. "Nih ibu nyai tau-tau kabur, kaget gue kan, gue ikutin deh," jawabnya.
Guanlin menatap kedua remaja di sebelahnya secara bergantian. "Ayo balik ke dalem," ucap Guanlin.
"Gak mau," jawab Nakyung datar.
"Ck! Balik aja apa susahnya sih? Ntar kalo ditinggal gimana??" tanya Guanlin, tanpa sadar ia meninggikan suaranya.
Baik Nakyung maupun Haechan sama-sama kaget dengan Guanlin yang baru saja berbicara dengan nada yang agak tinggi, tidak seperti biasanya.
"Udah-udah, yuk balik, Kyung," ajak Haechan.
Nakyung menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Ngapain sih nyuruh-nyuruh gue? Lagian ditinggal pun gak masalah buat lo kan? Lo bawa mobil dan bisa pergi kapan aja. Kalo lo takut ditinggal, yaudah balik aja sana sendiri, gue mau ditinggal."
"Siapa yang nyuruh lo sih? Balik ke rombongan demi kebaikan bersama sama kok gak mau," kata Guanlin.
"Kebaikan bersama, atau kebaikan lo doang?" tanya Nakyung datar.
Atmosfer di taman siang itu mendadak dingin, berbanding terbalik dengan matahari yang bersinar dengan terik-teriknya. Ketiga remaja itu kompak diam.
"Kocak lah kalian, malah berantem gini. Kyung, lo mau tetep di sini atau masuk? Lebih baik masuk sih, bener kata Guanlin. Ribet kalo kita kepisah dari rombongan, tapi kalo lo masih mau menenangkan diri di sini, gue temenin," kata Haechan dengan kepala dingin.
"Di sini," jawab Nakyung datar.
Haechan kehilangan kata-kata. Sebelumnya ia tidak pernah menghadapi seorang perempuan yang sedang marah, atau kesal mungkin?
Haechan menghela nafasnya, "Yaudah, gue stay di sini nemenin Nakyung. Lo kalo mau balik, balik aja gapapa. Kalo udah mau waktunya pulang, chat gue, ntar kita masuk," kata Haechan pada Guanlin.
"Ck, yaudah lah serah lo berdua aja. Capek gue ngomong sama lo," kata Guanlin, kemudian meninggalkan Nakyung dan Haechan dengan langkah panjangnya.
the lost lagi solo karir gaes, jeno guanlin berdua, nakyung haechan berdua, pacil sendirian gatau kemana, ilang kali
double up untuk merayakan besok libur :'> selamat hari raya nyepi bagi yang merayakan ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Lost : Habitual Strange (00ㅡ01L)
Fiksi PenggemarKepribadian Felix tiba-tiba berubah, ada apa? Originally written by Penguanlin, 2019. [ !! ] urutan/cara baca, cek buku "Case Journal" chapter "How to Read".