"You don't need everyone to love you, just a few of good people"
-Charity Barnum-🌻🌻🌻
"Hah ... hah ... hah ...." Amanda terbangun dari mimpinya. Tenggorokkannya terasa sangat kering. Ia pun mengambil obat yang berada di atas nakas, lalu meminumnya.
Tidak pernah Amanda bermimpi sepanjang itu. Biasanya, ia hanya memimpikan satu dari sekian banyaknya adegan menyakitkan dalam hidupnya.
Ia mengambil handphone-nya yang berada di bawah bantal. Jarinya dengan lihai mengetikkan sebuah pesan untuk Fani.
Fani Aqila
Fan, ketemuan sekarang ya! Di tempat biasaAmanda berdiri dari tempat tidurnya dan mempersiapkan diri untuk bertemu Fani nanti.
🌻🌻🌻
15 menit berlalu, namun Fani tak kunjung datang. Sambil menunggu, Amanda memikirkan kejadian aneh tadi pagi. Di saat ia bermimpi tak seperti biasanya.
"Sorry, Man. Gue telat," ucap Fani yang baru saja datang.
Amanda tersenyum. "Gak apa-apa."
"Oh iya, lo mau bicara apa? Sampai suruh gue datang ke sini," tanya Fani to the point.
"Lo lagi sibuk, ya?" Amanda merasa sedikit bersalah. Akhir-akhir ini dia selalu bertindak seenaknya.
"Eh, nggak kok! Gue cuman kaget aja, sama sikap lo yang tiba-tiba gini," ujar Fani.
Amanda mengangguk lalu terdiam. Dalam pikirannya, ia sedang berusaha mencoba menjelaskan hal ini pada Fani. Tapi masalahnya, dia tidak tahu harus memulai semuanya dari mana.
"Em ... jadi gini, tadi pagi gue mimpi hal yang sama lagi," ucap Amanda. Fani pun langsung memperbaiki posisi duduknya.
"Mimpi yang selalu terjadi karena masalah 'itu'?" tanya Fani. Amanda langsung mengangguk mengiyakan.
Fani berusaha terlihat seperti biasa-biasa saja saat mendengarkan penjelasan Amanda. Padahal dalam hatinya, ia merasa sangat khawatir sekali.
"Tapi kemarin itu gue mimpi panjang banget, gak seperti biasanya," ucap Amanda yang membuat Fani mengerutkan dahinya.
"Tapi, kayaknya hal itu terjadi, karena gue terlalu banyak memikirkan tentang reuni angkatan kita. Apalagi gara-gara kemarin itu, gue ketemu sama ...." kata-kata Amanda tergantung. Dia merasa bodoh. Seharusnya, ia tidak memberitahu pada Fani tentang Andrian.
"Sama siapa? Belva?" tanya Fani yang semakin lama, semakin menuntut jawaban dari Amanda.
"Em ...." Amanda masih enggan menjawab. Hal itu sukses membuat Fani semakin geram.
"Ayo dong Man! Gue bertingkah kayak gini, karena khawatir banget sama lo. Lo juga pernah bilang, kalau misalnya setelah kejadian 'itu' gak akan ada rahasia-rahasia lagi di antara kita," ucap Fani.
Amanda menghela napas pasrah. "Gue ketemu sama Andrian pas lagi di rumah sakit."
"Dan ... tingkah dia aneh. Masa, setelah 2 tahun gak ketemu, tiba-tiba dia minta maaf sama gue," lanjutnya.
Fani mengangguk-angguk mengerti. Namun tak lama kemudian, ia langsung menggebrak meja, yang sontak membuat seluruh mata langsung tertuju pada mereka berdua.
"Lo bilang Andrian?! Si pacarnya Belva yang sok brengsek itu?!" Fani mengedipkan mata tak percaya. "Jujur sama gue! Setelah hari itu, lo masih ketemu sama dia?"
Amanda menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Tapi ... setelah hari itu, entah kenapa dia bisa dapat nomor handphone gue. Dan pada akhirnya, gue di teror terus sama dia lewat SMS."
Fani mengembuskan napas lega. Setidaknya Amanda aman selagi tidak bertemu dengan Andrian. Fani hanya takut, Andrian masih bersekongkol dengan Belva dan para antek-anteknya itu.
Amanda tiba-tiba tertawa. Fani menanggapinya dengan tatapan heran.
"Kekhawatiran lo itu, mengingatkan gue sama Bunda," ujar Amanda.
"Ya. Bunda 2 tahun yang lalu," batinnya.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanta✔
Teen Fiction❝Not perfect, but special❞ Memang tak ada yang sempurna. Tapi kamu bisa membuat dirimu menjadi sesuatu yang istimewa. Just love yourself. © Purple Eunoia, 2019