🌻PART 4 - PENDAM

189 36 7
                                    

"Harboring everything is painful. But sometimes, harboring is better than telling the truth"
-Amanda Alberta-

🌻🌻🌻

Amanda dalam masalah besar. Saat jam pelajaran terakhir, dia dipanggil oleh guru fisikanya. Mungkin, itu terjadi karena dia sudah terlalu sering membolos dalam mata pelajaran fisika.

Meskipun Amanda melakukannya karena alasan yang kuat, tetapi tetap saja dia masih merasa takut. Bahkan jantungnya terasa berdegup lebih kencang dari biasanya.

Sekarang dia tengah berjalan menuju ruang guru.

Matanya mencari-cari keberadaan guru fisikanya, bu Ratna. Setelah menemukan keberadaan sang guru, Amanda mulai berjalan masuk.

"Permisi Bu," ucap Amanda.

"Oh, kamu sudah datang." Bu Ratna memperbaiki posisi duduknya. "Pas sekali, ada yang ingin Ibu bicarakan."

Amanda duduk di kursi kosong depan bu Ratna. Tangannya mulai terasa dingin. Dia juga makin sering menyentuh hidungnya. Bahkan, kakinya saja tidak mau diam.

Memang, saat Amanda ketakutan atau gugup, gejala-gejala itu akan terjadi.

"Amanda, sebenarnya Ibu tahu kamu anak yang berprestasi. Kamu pintar dalam berbagai pelajaran seperti fisika, matematika, bahasa Inggris, dan sebagainya. Bahkan Ibu bangga, ada anak seperti kamu di sekolah ini," ucap Bu Ratna.

"Tapi ... bukan berarti kamu tidak perlu belajar lagi. Justru, bila kamu ingin lebih baik dari sebelumnya, kamu harus giat belajar. Ibu mengatakan ini, semata-mata karena kamu sering membolos dalam pelajaran fisika. Tapi bukan hanya fisika saja, dalam mata pelajaran lain pun kamu seperti itu," lanjutnya.

Amanda sudah menduga semua ini akan terjadi. Dalam hati ia sangat menyesal.

"Sekarang Ibu mau tanya, akhir-akhir ini kamu sedang ada masalah?" tanyanya.

Hening. Amanda hanya terdiam. Lebih tepatnya melamun.

"Amanda?" Bu Ratna menepuk pelan pundak Amanda.

"Oh! Maaf Bu, tadi saya melamun," jawabnya, "Sebenarnya ... akhir-akhir ini saya tidak ada masalah apa pun."

Bu Ratna mengerutkan dahi seolah-olah tak percaya. Tapi memang pada kenyataannya, Amanda telah berbohong.

"Lalu, kenapa?" tanyanya kembali.

Skak. Amanda tak bisa menyangkal lagi pertanyaan gurunya itu.

"Em ... karena ...." Amanda tidak tahu harus berkata apa lagi. Otaknya sudah buntu, tak dapat menemukan alasan lain yang masuk akal.

"Sepertinya Ibu harus memanggil orang tuamu besok," ucapnya.

"Ja-jangan Bu! Tolong, jangan panggil orang tua saya," mohon Amanda.

"Keputusan Ibu sudah bulat. Bila kamu tidak bisa memberitahu Ibu sekarang, maka orang tuamu yang akan menjelaskan pada Ibu besok," ucapnya sembari membenarkan kacamata yang saat ini sedang dia pakai.

Amanda bungkam seribu bahasa. Dia merasa bersalah dan takut. Bersalah karena sudah mengecewakan gurunya dan takut bila orang tuanya tahu.

Bukannya Amanda tidak mau memberitahu kedua orang tuanya, tapi ia benar-benar tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat.

"Ya, hanya itu saja yang ingin Ibu bicarakan. Bila kamu tidak ada kepentingan lain, silakan keluar," ucap Bu Ratna.

"Baik Bu, terima kasih. Maaf bila telah mengganggu waktu Ibu." Amanda pergi meninggalkan ruang guru.

Dengan langkah lesu Amanda berjalan menuju parkiran. Mungkin ada satu dua orang yang membicarakan dirinya. Tapi, itu tidak begitu ia pedulikan, karena sekarang pikirannya sedang melayang-layang entah kemana.

"Sekarang gue harus gimana?! Kalau Bunda sama Ayah sampai tahu, bisa gawat." batinnya dalam hati.

🌻🌻🌻

Jam sudah menunjukkan pukul 8.00 malam. Amanda masih setia dengan pekerjaan rumahnya yang belum selesai. Sebenarnya bukan karena itu saja. Matanya tetap terjaga, karena pusing memikirkan bagaimana mengatasi masalah hari ini.

Akhirnya, PR matematika yang harus dikumpulkan esok hari sudah selesai. Ingin sekali rasanya Amanda tidur di atas kasur empuk miliknya. Tapi, pikiran itu terputus ketika ia mengingat masalah tadi.

Rasanya, masalah itu tidak bisa pergi dari pikiran Amanda barang sedetik pun.

Ia berjalan menuju ruang tengah dan mencari bundanya.

"Bunda, Manda mau tanya, kalau Ayah pulang jam berapa?" tanya Amanda pada Bundanya yang tengah menonton televisi.

"Kayaknya agak malam, deh. Soalnya tadi Ayah bilang, hari ini lagi banyak kerjaan," jawab sang Bunda.

Amanda hanya ber-oh ria.

"Memangnya ada apa, Man? Tumben kamu tanya-tanya kayak gitu," tanya Bunda.

"Em ... gak ada apa-apa kok. Cuman pengin tahu aja," jawab Amanda.

Amanda cepat-cepat pergi menuju kamarnya, sebelum bunda bertanya hal-hal yang lain lagi.

Amanda merebahkan badannya di atas kasur. Dia mengambil guling dan memeluknya. Pikirannya melayang-layang kembali.

"Kayaknya gue benar-benar gak bisa kasih tahu hal ini ke Bunda dan Ayah," batinnya dalam hati.

Amanda mulai memejamkan matanya, mencoba cepat-cepat pergi ke alam mimpi.

"Tahan sedikit lagi, Man! Lo pasti bisa!"

🌻🌻🌻

Amanta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang