🌻PART 11 - Truth Untold

124 26 0
                                    

"When some people use strength in fear, I use the word 'forget' as a shield"
-Amanda Alberta-

🌻🌻🌻

"Hihi ... lo mirip banget sama Bunda!" Amanda masih tetap tertawa. Fani benar-benar mengingatkannya pada sang bunda.

Sebenarnya, Amanda tak sepenuhnya tertawa setelah mengingat kejadian lampau itu. Dia ... merasa setengah bahagia dan setengah sedih.

Memang benar, dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan yang utuh.

"Ugh! Dasar, lo!" umpat Fani.

"Gue udah khawatir banget. Tapi lo malah ketawa gak jelas gitu," lanjutnya.

"Iya deh, sorry." Amanda menghentikan tawanya. Takut bila kekesalan Fani makin menjadi-jadi nanti.

Amanda mulai memakan cheesecake pesanannya tadi. Sedangkan Fani melamun, seperti memikirkan sesuatu.

"Man. Maaf ya, kalau misalnya pertanyaan gue ini bakal membuka luka lama lo. Tapi ... gue benar-benar penasaran sama alasan lo yang selalu menyembunyikan hal 'itu' dari semua orang," ucap Fani hati-hati.

Fani kira, selama 2 tahun ini, Amanda sudah menjadi orang yang terbuka pada siapa pun.

Namun nyatanya tidak.

Kini, Amanda tetap terdiam tak mengatakan apa pun. Seperti orang yang dalam sekejap langsung membisu.

"Ya udah, kalau misalnya lo gak mau cerita. Gue juga gak memaksa kok ...." Fani pasrah. Sepertinya akan sangat sulit mengetahui kebenarannya, meskipun dia harus menunggu sampai 1 tahun lagi.

Tiba-tiba saja, Amanda memegang tangan Fani.

"Gue bakal jelasin semuanya ke lo. Karena ... rasanya udah terlalu lama, gue terus menyembunyikan hal ini," ucap Amanda sembari tersenyum.

Amanda mengambil napas dalam-dalam. Menguatkan hatinya untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Jadi ... sebenarnya, gue gak kasih tahu semua orang karena gue takut. Takut kalau misalnya semua orang tahu, semuanya bakal dengan mudahnya sampai ke telinga Ayah dan Bunda," jelas Amanda.

"Sebenarnya cuman sesimpel itu. Tapi, gue takut banget dianggap anak pungut yang gak berguna sama Ayah dan Bunda. Karena ... status gue cuman anak angkat." Rasanya sangat sulit mengungkapkan semuanya, meskipun itu semua adalah kebenaran. Seperti mengorek-ngorek luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Fani membelalakkan mata kaget. Tak percaya pada apa yang sudah Amanda ucapkan.

"Apalagi semua itu makin rumit, sejak gue tahu kalau misalnya, Ayah Belva adalah pemilik perusahaan tempat Ayah gue kerja. Mulai dari situ gue takut, kalau suatu hari nanti gue makin berani melawan Belva, dia gak akan segan-segan buat mengadu ke Ayahnya sendiri. Lo tahu kan, kalau misalnya Belva itu anak yang lumayan manja sama Ayahnya," jelas Amanda panjang lebar.

"Mulai dari situ gue gak pernah sekalipun melawan cacian-cacian Belva dan yang lainnya. Gue bahkan selalu menganggap semuanya itu cuman angin lewat yang sama sekali gak perlu gue hiraukan. Tapi, disitu gue juga sadar ... kalau misalnya, gue gak akan bisa terus selamanya bertahan. Gue ...  terlalu lemah ...," lanjutnya.

Satu tetesan air mata berhasil lolos dan mengalir dengan bebas di pipi Amanda. Dia pun cepat-cepat menghapusnya.

"Maaf Man. Gue gak pernah mengira, kalau beban yang lo punya memang sangat berat," ucap Fani.

"Gue merasa bodoh banget pada hari itu gak mau mendengarkan kata-kata lo sama sekali," lanjutnya.

Amanda mengelus-elus punggung Fani. "Udah, lupain aja hal itu. Toh, itu juga udah jadi masa lalu. Jadi, gak perlu lo ungkit-ungkit lagi."

Fani tersenyum. "Lo itu mirip landak, ya!"

Amanda mengerutkan dahi heran. Bundanya dan Fani memang sama saja. Selalu menyamakan dirinya dengan hal lain. Padahal kalau dilihat-lihat, tidak ada miripnya sama sekali.

"Disaat takut, lo selalu menggunakan kata 'melupakan' sebagai tameng. Sama kayak landak yang kalau takut, selalu menggunakan duri di punggungnya sebagai tameng pertahanan," jelas Fani.

"Bisa aja, lo!" sahut Amanda.

Dalam hati, ia mengiyakan perkataan Fani. "Lo nggak salah, Fan. Gue memang selalu berusaha melupakan semuanya ketika takut kalau pada akhirnya gue bakal terluka lagi."

"O ya, terus masalah lo sama Belva gimana? Yang pas lari estafet itu lho," tanya Fani.

Seketika Amanda tersenyum. "Lari estafet, ya? Lari yang membuat gue makin dibilang childish dan tukang tipu sama semua orang."

🌻🌻🌻

Amanta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang