🌻PART 2 - Before d-Dream

262 42 13
                                    

"You must be brave, even though in the end everyone will still underestimate you"
-Author-

🌻🌻🌻

Fani POV

Aku merebahkan badan di atas kasur. Seharusnya, tadi aku tidak memperlihatkan obrolan itu pada Amanda.

Aku, jadi merasa bersalah.

Apalagi saat dia bilang 'tidak apa-apa'. Aku cemas ... dia akan ketakutan lagi.

"Duh ... ! Kenapa aku tadi kasih tahu Amanda! Dia kan ... jadi kelihatan agak takut." ucapku dalam hati.

"Huft ... lagian kenapa sih, kejadian itu harus terjadi?" resahku.

🌻🌻🌻

(2 tahun yang lalu)

Fani menarik lengan Amanda keluar, namun tiba-tiba saja sebuah tangan menahannya.

"Lo mau kemana? Buru-buru amat," tanya Andrian yang baru saja datang ke kelas saat itu.

Andrian Selfan. Sang most wanted sekolah berkat ketampanan dan kecerdasannya. Dia adalah ... pacar Belva.

"Apa sih?!" ucap Fani, "Lepasin gak!"

Amanda hanya diam menyimak. Karena dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Slow aja kali. Gue kan cuman pegang doang." Andrian melepaskan cengkeraman tangannya dari Fani.

"Eh ... ada babi," ucap Andrian, "pulang sana! Gue muak liat muka lo!"

Amanda terdiam di tempat, karena sedari tadi ia berusaha menulikan pendengarannya.

Sebenarnya, Fani ingin mengatakan sesuatu. Tapi sebelum dia berbicara, Belva menyelanya.

"Lo gak dengar? Pulang sana!" ucap Belva yang kini tatapan terlihat sangat sinis.

Sekarang Amanda yang menarik tangan Fani keluar. Dengan langkah yang cepat, ia keluar dari area kelas. Setelah sampai di depan gerbang, ia melambatkan langkah kakinya.

"Maaf ya, gue tadi tarik-tarik tangan lo." Amanda menundukkan kepalanya. Ia merasa sangat malu.

"Gak usah minta maaf. Lagian lo gak salah. Justru ini tuh salah Belva, karena terlalu meremehkan lo," ucap Fani.

"Kenapa sih, lo gak pernah melawan?! Seharusnya lo itu berani. Biar lo gak diremehin terus kayak gini," lanjutnya.

Amanda tersenyum kecil pada Fani. "Makasih atas saran dari lo. Tapi, menurut gue itu semua percuma. Karena ... semakin gue berani, maka semakin gencar juga Belva mem-bully gue."

Amanda merasa, ia akan menangis sekarang. Tapi, karena dia menyadari akan kehadiran Fani, maka sebisa mungkin ia menahannya. Amanda hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap Fani.

"Lo gak kenapa-kenapa?" tanya Fani, "Maaf ya ... kayaknya ucapan gue sedikit menyakiti hati lo."

Amanda mengangkat kepalanya dan mencoba tersenyum. "Udah, gue gak apa-apa kok! Gak usah dibahas lagi, ya!"

Amanta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang