🌻PART 10 - Flashback 1

139 31 1
                                    

"When belief is the only reason to survive"
-Amanta-

🌻🌻🌻

Bunda merasa sangat khawatir, karena sedari tadi Amanda bergerak-gerak tak karuan saat tertidur. Seperti orang yang sedang mengalami sebuah mimpi buruk.

Sudah sejak tadi, bunda mencoba untuk membangunkan Amanda. Namun hasilnya nihil, Amanda tetap tidak bangun dan terus bergerak-gerak resah tiada henti.

Sampai-sampai karena takut, bunda menelpon ayah yang sedang bekerja di luar kota. Karena ayah memang sedang sibuk sekali, dia hanya menyuruh bunda untuk memanggil dokter ke rumah.

Tapi, saat bunda baru saja berjalan keluar kamar dan berniat untuk memanggil dokter, sebuah suara menghentikan akivitasnya itu.

"Bunda ...." ucap Amanda.

Sepertinya dia baru saja terbangun dari tidurnya. Bunda langsung pergi menghampirinya, lalu memeluknya.

"Bunda ... Manda takut ...." ucap Amanda berulang-ulang.

"Udah, gak usah khawatir, disini kan ada Bunda. Sekarang kamu tidur lagi aja." Bunda menenangkan Amanda sampai ia kembali tertidur.

🌻🌻🌻

Suhu badan Amanda sekarang sudah mulai menurun. Hal itu membuat bundanya dapat bernapas lega. Karena sangat sulit membujuk anak yang keras kepala seperti Amanda.

Bunda tersenyum, lalu mengelus-elus rambut Amanda. "Kamu itu kenapa, Man? Sampai-sampai gak mau cerita tentang masalahmu ke Ayah sama Bunda," tanya Bunda.

Amanda menolehkan pandangannya pada bunda. Rasanya sangat sulit sekali, ketika dia harus menatap mata bunda yang sudah ia buat kecewa. Tak terasa, air mata mengalir kembali dengan bebas di pipinya.

"Manda ... cuma gak mau buat Ayah sama Bunda khawatir," jawab Amanda sembari terus terisak.

Bunda tersenyum, dia sangat bahagia bisa memiliki anak seperti Amanda. Meskipun statusnya hanya sebagai orang tua angkat, dia tetap menganggap Amanda sebagai anak kandungnya sendiri.

"Kalau kamu ada masalah, bilang aja sama Ayah atau Bunda. Kita berdua sama sekali gak akan keberatan." Bunda masih terus mengelus-elus rambut Amanda.

"Tapi Bunda, Manda kan cuma anak ang--" ucapan Amanda terpotong karena tiba-tiba saja, Bunda menempatkan jari telunjuknya di mulut Amanda.

"Jangan pernah berpikir lagi, kalau Ayah sama Bunda itu cuma anggap kamu sebagai anak angkat! Karena kita berdua, udah anggap kamu sebagai anak kandung. Dan kita berdua seratus persen tulus!" jelas Bunda.

Senyuman Amanda terbit kembali. Namun, senyuman itu tak akan selalu bertahan lama.

"Bunda. Kadang Manda merasa gak berharga lahir ke dunia. Saat lahir, orang tua kandung Manda sendiri, membuang Manda begitu aja seperti sampah," Amanda menertawakan hidupnya sendiri.

Dia ... memang pantas dianggap sampah. Di mana pun, dia hanya dianggap seperti sampah.

Tiba-tiba bunda mengerutkan dahinya. Ia tak menyangka, anaknya akan merasa serendah itu.

"Loh, siapa yang membuat anak Bunda ini jadi pesimis? Teman-teman kamu di sekolah yang jahat itu?! Sini, biar Bunda telepon orang tuanya sekarang juga!" Bunda berusaha mengambil telepon miliknya. Namun, Amanda buru-buru menahan lengannya.

"Nggak, Bunda. Ini ... cuman pemikiran Amanda sendiri," jelas Amanda.

Bunda menggelengkan wajah tak percaya. "Sekarang Bunda tanya, kamu udah lupa arti dari nama kamu sendiri?"

Bunda menangkup wajah Amanda dengan kedua tangannya. "Kamu itu Amanda Alberta. Anak yang pantas dicintai karena kemuliannya."

"Bunda juga selalu berpikir, kalau kamu itu seperti bunga matahari. Bunga yang selalu setia mengikuti kemana pun arah matahari pergi." Amanda masih tak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh bundanya itu.

"Maksudnya, Manda yang Bunda kenal itu, selalu setia mengikuti apa pun keyakinan yang dia punya. Meskipun terkadang, keyakinan itu menghilang seiring berjalannya waktu," jelas Bunda.

Kini Amanda mengerti. Bahwa bundanya, sekarang merasa bahwa anaknya itu sedang kehilangan keyakinan dalam dirinya sendiri.

Maka dari itu, sekarang Amanda sangat paham.

Yang sekarang ia butuhkan hanyalah ... keyakinannya kembali.

🌻🌻🌻

Amanta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang