"Dimana Dimas?" Tanya Meda dengan wajah beringasnya
Meda bisa melihat ekspresi ketakutan yang berusaha ditutupi oleh lawannya
"Dimana Dimas?" Tanya Meda lagi sambil memutar mutar sticknya
Lawannya tak mengeluarkan suara sama sekali. Kemudian Meda melihat ada tatto di leher kiri lawannya itu
Meda baru ingat cerita Hellios dulu. Bobi sengaja memotong lidah beberapa anak buahnya yang memiliki tatto di leher kiri agar tidak membocorkan rahasia
"Oh, ga bisa ngomong ya?" Kata Meda sambil tertawa sarkas
"Kasian" lanjut Meda sambil menyeringai
Kemudian Meda mengeluarkan sebuah pistol yang tadi ia rampas dari mayat yang terkena ledakan
"Gue punya penawaran. Lo mau mati sendiri atau mau gue bunuh?" Tanya Meda sambil memutar mutar pistol itu
Lawannya hanya diam tak berkutik. Kemudian Meda melemparkan pistol itu ke arah lawannya
"Silahkan pilih" kata Meda sarkas
Rahang lawan Meda pun mengeras, hal itu pertanda bahwa lawannya sudah marah
"All right, let's play the game" kata Meda sambil menyeringai
Meda langsung melompat ke arah lawannya, kemudian terjadi pertarungan di ruangan itu
Pertarungan antara pisau tajam berbentuk sabit melawan sebuah stick baseball. Awalnya Meda mendominasi serangan, namun lawannya berhasil menyentuh paha kiri Meda dengan pisaunya
Darah segar mengalir dari kaki Meda. Namun, Meda hanya meringis kesakitan saat melihat kakinya terluka cukup dalam
Meda berjalan dengan pincang sambil memegangi kakinya yang terluka untuk menyerang lawannya itu
Meda merasakan sakit yang luar biasa mengalir dalam tubuhnya, lukanya harus dijahit
"Sial" gumam Meda menahan sakitnya
Sejenak Meda mengumpulkan kembali tenaganya sambil melawan rasa sakitnya
Kemudian Meda mendapatkan kembali tekatnya, ia mengeluarkan pisau yang sedari tadi ia pakai untuk membunuh dua orang di pintu masuk
Kemudian Meda melompat dari atas meja besar ke rak buku yang ada di ruangan itu
Meda melompat ke arah lawannya yang kini memunggunginya karna tak bisa mengikuti arah gerakan Meda yang sangat cepat
Sreeeeeetttttt
Meda berhasil menusuk, bahkan menarik pisaunya untuk merobek punggung lawannya
Darah berceceran dimana mana. Punggung lawan Meda robek sangat dalam sehingga memperlihatkan tulang belakangnya
Lawan Meda tumbang tak berdaya, kemudian Meda mengambil pistol yang tadi ia lempar ke arah lawannya yang tergeletak tak jauh dari sana
Dor dor dor!!!!
Meda bisa memastikan ada tiga selongsong peluru yang bersarang di batok kepala lawannya itu
Kini lawannya sudah mati. Ia memenangkan pertarungan keduanya setelah melawan dua penjaga bertubuh gempal yang ada di pintu depan tadi
Meda terduduk di samping mayat lawannya. Rasa sakit kembali mengalir di tubuh Meda
Meda mulai kehabisan banyak darah. Namun, Meda tak bisa berhenti di tempat itu begitu saja
Dimas menunggunya di ruang bawah tanah, Meda harus menyelamatkannya
Kemudian Meda mengeluarkan perban yang diberikan Bams sebelum ia berangkat dari kantongnya
Meda membalut lukanya yang cukup dalam dengan perban itu secara cepat, persis seperti yang Hellios ajarkan saat ia dilatih di pulau tak berpenghuni dulu
Setelah Meda membalut lukanya, ia mulai bangkit berdiri lagi. Jika ia terlalu lama berada di sana, Bobi bisa mengutus anak buahnya yang lain untuk membunuhnya disana
Setelah Meda berdiri, ia menginjak kepala lawannya yang sudah mati tadi dengan penuh amarah
"Gara gara lo, kaki gue jadi pincang" kata Meda sambil menginjak kepala lawannya yang sudah mati itu
Meda pun kembali melanjutkan perjalannya mencari tempat masuk ke ruang bawah tanah dengan kakinya yang pincang
Walaupun kakinya pincang, Meda tetap bisa berlari sambil menahan sakit di kakinya
Sebenarnya hal ini sudah biasa dirasakan oleh Meda semasa latihan bersama Hellios dulu
'Tunggu gue, Dim. Lo ga boleh mati dulu' batin Meda sambil berlari
Meda mencari cari ruangan berpintu merah di rumah itu. Bimo sendiri yang mengatakan bahwa jalan masuk ke ruang bawah tanah hanya bisa melewati ruangan berpintu merah
Setelah hampir lima menit Meda berkeliling rumah besar itu untuk mencari pintu berwarna merah, akhirnya Meda menemukan pintu masuk ruangan itu
Ruangan itu terletak di bagian paling belakang rumah besar tersebut. Saat Meda ingin memutar kenop pintu itu, ia melihat ada sebuah gelombang aneh di sekitar kenop pintu
Kemudian Meda mengeluarkan sebutir peluru dari senapan yang tadi ia rampas juga, lalu mengambil jarak dua langkah dari pintu
Setelah menjauh, Meda melemparkan peluru itu ke kenop pintu di hadapannya
Craaaasss....
Benar saja, kenop pintu itu sudah dialiri arus listrik dari sisi dalam sehingga akan menyetrum siapa saja yang mencoba untuk menyentuh kenop pintu
'Gimana gue bisa masuk?' Tanya Meda dalam hatinya
Otaknya berfikir keras saat ini. Ia harus berfikir dengan cepat sebelum anak buah Bobi yang lainnya menemukannya disana
Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Meda memilih untuk mendobrak pintu itu
Ia baru menyadari bahwa pintu merah itu terbuat dari kayu, sedangkan kenopnya terbuat dari besi. Artinya, ia hanya akan tersetrum jika menyentuh kenopnya dan tidak akan tersetrum jika menyentuh bagian pintunya
Meda mengumpulkan seluruh keberanian dan tenaganya yang sudah terkuras sejak tadi pagi
Meda mengambil ancang ancang sekitar sepuluh langakah dari depan pintu merah itu, kemudian ia berlari dengan kencang untuk mendobrak pintu merah itu
Gubraaaakkkk!!!!
Meda selamat dari setruman yang sebelumnya ia perkirakan. Kini Meda berhasil mendobrak pintu merah itu dan berhasil masuk ke sebuah ruangan
Ruangan itu seperti ruang kerja. Ada meja kerja, kursi, komputer, rak rak dokumen, televisi, bahkan ada tungku perapian
Di luar dugaan Meda tadi, ternyata ia sudah di tunggu oleh seorang laki laki muda seumurannya di ruangan itu
Laki laki dengan tubuh atletis, tinggi, rambut hazel, serta senyuman khasnya
"Akhirnya dateng juga" kata laki laki itu sambil menyeringai licik
Laki laki itu memegang sebuah pisau berukuran sedang, pisau itu tidak kecil dan tidak besar juga. Namun, Meda bisa melihat bahwa pisau itu sangat tajam
"Akhirnya lo harus lawan gue, Med" kata laki laki itu yang sudah pasti adalah Bayu
"Sialan lo, Bay" kata Meda geram melihat orang yang ada di hadapannya menyeringai licik
*****
Update setiap hari Selasa dan Jumat. Happy reading:)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK SIDE [COMPLETE]
Mistério / Suspense"Tunggu... Tolong kasih tau gue, siapa lo sebenernya" teriak Dimas "Lo ga perlu tau siapa gue sekarang" kata Andromeda sambil tersenyum tipis lalu meninggalkan Dimas di tempat itu Andromeda atau sering di panggil Meda, selalu membayang bayangi hidup...