Never Change - Part 5 : Bertahan

449 31 1
                                    

----------------------3am-------------------

Di sebuah pemakaman di kota itu, tampak dua orang gadis berjalan berdampingan. Mereka berjalan menyusuri pemakaman sembari menatap nisa-nisan disana. Tak lama kemudian, mereka berhenti di depan sebuah makam yang tampak tak begitu terawat itu. Mereka terhenti sesaat, memastikan bahwa itu benar makam yang mereka cari. Mereka sesaat saling pandang dan salah seorang dari mereka mengangguk pelan kemudian berjongkok di samping makam itu.

Sesaat mereka menatap makam itu. Lalu tanpa dikomando, perlahan mereka saling bahu membahu, jemari mereka secara cekatan membersihkan beberapa rumput liar yang menutupi batu nisan yang tertanam disana. Setelah makam itu terlihat lebih bersih, salah seorang dari mereka akhirnya meletakkan seikat bunga yang sedari tadi ia bawa ke atas makam itu. Sesaat mereka diam menunduk, memanjatkan doa untuk jiwa yang terbaring disana.

"Hai Tante... Ini Ify, masih ingat kan?" ucap gadis itu sembari mengusap batu nisan itu tak lama kemudian. Matanya menatap menyusuri pahatan nama yang tertulis disana.

"Maafin Gabriel ya, kalau gak pernah ngerawat makam Tante. Tapi Ify yakin, dia bakal selalu doain Tante kok."

Ify sesaat terdiam mengingat kembali memorinya bersama orang yang terbaring disana. Saat itu ia ditemani Sivia memang telah memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya Gabriel. Ify telah menceritakan segalanya kepada Sivia mengenai pembicaraannya dengan Pak Damanik. Dan setelah pertemuannya dengan Pak Damanik, Ayahnya Gabriel, Ify seakan memiliki kekuatan baru untuk bisa bertahan lebih tegar kini.

Ify cukup mengenal keluarga itu. Dia masih begitu ingat betapa sayangnya ayah ibunya Gabriel kepada anaknya meski mereka dulu sering kali hidup berjauhan. Ify masih begitu mengingat Ibunya Gabriel lah dulu yang pernah begitu berterima kasih kepada Ify karena telah membuatnya sadar bahwa kebersamaan sebuah keluarga itu lebih penting daripada apapun harta di dunia ini. Kedua orang tua Gabriel begitu baik kepada Ify dulu, bahkan ia sering kali mereka perlakukan layaknya anak mereka sendiri. Dan kini, kebaikan itulah yang kini berusaha Ify balaskan.

"Doain ya Tante, doain semoga Gabriel hatinya bisa segera mencair. Doakan semoga aku bisa membawa Gabriel lagi kembali bersama keluarga dan teman-temannya. Doakan aku ya Tante...," ucap Ify berharap restu dari orang yang berbaring disana akan memudahkan usahanya untuk melunakkan hati Gabriel. Kemudian Ify berdiri, dan perlahan ia berjalan pulang saling berangkulan dengan Sivia.

"Pasti berat bagi Gabriel harus terpisah dengan kedua orang tuanya dalam waktu yang bersamaan. Gue jadi bisa mengerti kenapa dia jadi tertutup kayak sekarang. Gue masih inget gimana rasanya saat Ayah meninggal dulu, rasanya seperti kehilangan separuh penompang hidup," lirih Sivia mengingat kisah pilunya dulu saat berjalan berdampingan dengan Ify keluar pemakaman itu.

"Tapi gue bisa kembali kuat karena semangat dari Mama, Kak Rio, dan sahabat-sahabat baik kayak kalian Fy, yang terus menghibur gue," ucap Sivia lagi. Ify tersenyum dan merangkul hanga Sivia.

"Itu gunanya sahabatkan?" ucap Ify tulus, "Lo memang orang yang kuat Vi. Lo berhasil keluar dari segala tekanan itu. Dan sekarang, Gabriel juga gak boleh dibiarkan terpuruk terus. Kita harus bantu dia. Itu permintaan Papanya ke gue kemaren." Ify masih mengingat betul harapan Pak Damanik yang ia ucapkan saat Ify menemuinya kemaren.

"Lo bener Fy. Jadi, sekarang apa yang bakal lo lakuin Fy?" tanya Sivia sembari menatap lekat Ify.

"Gak ada pilihan lain Vi. Gue harus bisa bertahan kuat menembus kerasnya hati Gabriel. Gue mau tau, sampai kapan Gabriel bisa menghindar dari gue terus," ucap Ify lagi. Sivia menatap Ify sedikit khawatir. Mereka telah sampai di depan mobil Sivia yang telah terparkir disana. Sivia menahan langkah Ify sesaat, lalu menatapnya lurus.

Never Change (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang