Never Change - Part 14 : Rahasia Terselubung

373 25 5
                                    


--------------------3am------------------

To: Gabriel

Yel, Kangen.

=============

Ify mengirimkan pesan singkat itu dengan helaan nafas berat, membuang resah yang kini memenuhi dada. Hari sudah larut malam, namun Ify tak jua bisa menutup matanya. Di sebelahnya Sivia tampak sudah terlelap pulas. Ify berbaring menatap langit-langit kamar Sivia yang berhiaskan kerlipan bintang. Hatinya kini merasa gundah. Setelah pertemuan terakhir mereka beberapa hari yang lalu, Ify belum jua bertemu Gabriel kembali. Gabriel juga jarang sekali menelpon maupun mengangkat teleponnya. Meski hubungan mereka telah membaik, namun komunikasi mereka masih belum bisa kembali senormal dulu. Kedekatan mereka kembali, rupanya tak mengurangi rasa rindu itu sedikitpun, bahkan semakin menjadi-jadi. Kerinduan yang sempat terobati sesaat, kini kembali terus merong-rong tanpa henti bagaikan dahaga berkepanjangan yang tak kan pernah puas hanya dengan seteguk air.

Apa kau juga merindu disana, Yel?

Ify sadar ia tak berani berangan-angan terlalu jauh. Pertualangan hatinya akhir-akhir itu mengajarkannya untuk lebih mencintai Gabriel lebih tulus dan hati yang lapang. Itulah sebenarnya yang membuat hubungan mereka tetap bertahan selama ini. Tapi tak bolehkan ia memiliki rasa rindu ini? Ia tau hatinya yang terus menyemai rindu hanya membuahkan kegundahan. Namun, adakah rasa yang lebih indah selain dari memelihara Rindu?

Dering ponselnya menyadarkan lamunan Ify. Tertera nama Gabriel kini di layar ponselnya yang membuat senyum Ify mengembang sempurna. Rupanya harapannya kini segera bersahut. Karena tak ingin mengganggu Sivia, Ify segera melompat bangkit dan pergi keluar kamar untuk mengangkat telepon dari Gabriel. Ify membuka pintu beranda yang menghadap kebun samping rumah dan mengangkat panggilan itu.

"Yel?" sapa Ify seketika setelah ia mengangkat panggilan telepon itu.

"Jangan bilang kangen. Nanti bos aku bisa marah kalau aku menghilang sekarang."

Terdengar suara lembut Gabriel dari seberang sana. Ify tersenyum simpul, bahagia bahwa lelaki itu rupanya masih begitu peduli dengan keresahannya di sela kesibukannya.

"Jadi aku harus bilang apa?" ucap Ify.

"Bilang saja kamu sayang kepadaku, aku kan lebih semangat disini," sahut Gabriel lagi begitu manisnya yang lagi-lagi sukses membuat pipi Ify merona. Ify menatap bintang malam yang mengintip malu-malu di balik langit malam itu.

"Kalau kamu lihat bintang di luar sana, mereka semua kini sedang meneriakan kata sayang untuk kamu dariku," ucap Ify mencoba membalas gombalan Gabriel itu. Ia menatap bintang yang berkilauan di langit sana. Apa Gabriel bisa melihat bintang-bintang itu juga?

"Disini tak ada bintang. Hanya banyak lampu disini. Boleh aku alihkan tugas bintang itu dengan lampu-lampu disini?" ucap Gabriel lagi. Ify sedikit tertawa mendengar gurauan Gabriel.

"Terserah kamu," ucap Ify sedikit tersipu.

"Yel! Buruan, sudah banyak yang menunggu!" Terdengar ada yang telah memanggil Gabriel di belakang saluran telepon Gabriel. Di telepon ify sayup-sayup juga bisa mendengar suara hingar bingar suara banyak orang dan musik keras. Sedang bekerja dimana sebenarnya Gabriel? Sekelebat perkataan Rio kepadanya beberapa waktu lalu kembali melintas di kepalanya.

"Sedang dimana kamu Yel?" tanya Ify penasaran.

"Pasar malam."

"Pasar malam?"

"Ya," jawab Gabriel singkat. "Aku harus balik bekerja dulu ya Fy. Aku juga sudah sangat rindu denganmu. Jika pekerjaanku selesai, aku akan langsung menemuimu, bersabarlah sedikit lagi," lanjutnya lagi. Ify menghela nafas kecewa.

Never Change (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang