Never Change - Part 9 : Jalan Bercabang

376 30 1
                                    

---------------------3am---------------------

"Makasih Pak," ucap Ify sambil turun dari sebuah taksi yang mengantarnya ke pelabuhan itu. Senja telah sirna berganti malam. Karena harus terjebak macet, Ify baru saja tiba di pelabuhan selepas maghrib. Ify memijat lehernya sesaat. Badannya agak sedikit tak enak kini, mungkin efek seharian itu ia tak ada beristirahat sedikit pun. Ditambah lagi malam kemaren ia memang sudah kurang tidur karena menyiapkan kejutan untuk Sivia. Tapi dia kini sudah terlanjur sampai di pelabuhan. Mungkin setelah menemui Gabriel sebentar, dia akan langsung pulang ke rumah. Walau pun hanya sekedar bisa melihatnya, sepertinya dia sudah cukup senang.

Sesaat Ify berdiri diam menatap pelabuhan yang masih cukup ramai itu. Apa seharusnya ia menunggu disana atau mencoba menengok ke rumah Gabriel ya? Pikirnya. Ify pun memutuskan menghampiri Gabriel ke rumah, mungkin itu lebih efektif, siapa tau lelaki itu telah pulang ke rumahnya. Ify melangkah dengan ringan menuju jalan yang akan membawanya ke rumah Gabriel. Semoga Gabriel bisa ia temui kini. Tapi baru saja ia menyebrang jalan menuju gang yang mengarah ke pemukiman warga itu, tangannya tiba-tiba ditarik kasar oleh seseorang.

"Ikut gue lo!"

Ify menoleh kaget, dan menemukan sosok Gabriel yang kini telah menariknya cepat. Ia membawa Ify berjalan menyusuri pelabuhan dengan langkah cepat. Ify sampai agak kepayahan mengikuti langkah Gabriel.

"Gabriel? Kita mau kemana?"

Hati ify begitu bertanya-tanya mendapat perlakuan mengejutkan itu. Gabriel tak menjawab sedikitpun pertanyaannya. Ia terus saja menarik Ify menyusuri jalan di sisi pelabuhan menuju bangunan tua gudang-gudang tempat penyimpanan barang. Dan tak lama kemudian mereka tiba di sebuah gudang yang tampak sepi. Gabriel membuka pintu bagian belakang sebuah gudang yang kuncinya tampak telah rusak itu. Lalu dengan sedikit menyeret, ia membawa Ify masuk ke dalam sana. Beberapa saat ia memastikan agar tak ada orang lain yang mendekat untuk mendengar pembicaraan mereka disana.

"Kita mau ngapain disini Yel?" tanya Ify agak ketakutan. Gudang itu sepi dan hanya memiliki sedikit penerangan dari lampu kecil yang berpijar disana. Tapi Gabriel kini telah menutup rapat pintu gudang itu, membuat tempat itu terasa lebih suram. Gabriel lalu segera mendekati Ify dan menyudutkannya di sana.

"Apa maksud lo bayarin kontrakan gue?!" ucap Gabriel tanpa basa basi dengan nada tajam menusuk. Rupanya Gabriel membawa Ify kesana agar tak seorang pun dapat mendengar pembicaraan mereka. Ia tak mau satupun orang yang dikenalnya di pelabuhan itu tau masalahnya dengan Ify.

"Aku cuma....." Ify mencoba menjelaskan, namun ucapannya kembali dipotong Gabriel.

"Lo pikir gue udah gak sanggup?!" Sanggah Gabriel keras.

"Gue sekarang emang serba kekurangan, tapi gak semudah itu lo rendahin gue!" teriaknya lagi tepat di depan wajah Ify.

Gabriel mendorong Ify hingga tersudut ke dinding setelah menekan gadis itu dengan berbagai ucapan kasarnya itu. Ify hanya bisa diam menatap nanar Gabriel dengan perasaan bersalah. Dia memang beberapa hari yang lalu telah berinisiatif membayarkan tunggakan uang kontrakan Gabriel. Mungkin dia memang lancang. Namun rasa simpatinya tak bisa ia abaikan begitu saja saat mendengar cerita Bu Mirah mengenai sulitnya kehidupan Gabriel di sana selama ini.

Tetapi rupanya Gabriel kini tampak tak mau sedikitpun menerima bantuannya itu. Bahkan kini dengan emosi yang masih memuncak, Gabriel merogoh dompetnya, dan mengambil beberapa lembar uang dari sana.

"Ambil uang lo! Gue gak butuh bantuan dari cewek sok kayak lo!"

Iyel dengan kasar melempar uangnya tepat di wajah ify. Ify terkejut mendapati perlakuan kasar Gabriel itu. Ify hanya bisa menatap sedih. Perlahan ia lalu menunduk memunguti uang itu.

Never Change (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang