Chap.25

3.1K 179 2
                                    

Saat tengah sibuk mencari keberadaan Nafisa,sorot mata Zahra tertuju pada seorang wanita berperawakan cukup tinggi darinya.
Wanita itu mengenakan jilbab putih cukup panjang hingga menutupi dadanya.
Bros berbentuk bunga  yang berwarna pink digunakan tepat diujung jilbabnya,sehingga menambah kesan 'feminim' dalam diri wanita tersebut.

"Kak Nafisa!"

Langkahnya terhenti saat seseorang berhasil memanggil namanya.

Nafisa melirik ke sumber suara saat mendengar bahwa namanya  dipanggil oleh seseorang.
Tak lama setelah itu,ia baru menyadari bahwa Zahra yang telah memangggil namanya tadi.
Spontan Nafisa meliriknya dengan tatapan penuh tanya.

"Ada apa Zahra?" Tanya Nafisa langsung.

"Boleh aku bicara sama kakak?" Bukannya menjawab pertanyaan Nafisa,Zahra justru balik bertanya.

Nafisa yang menyadari raut wajah Zahra yang tampak serius segera menganggukkan kepala tanda setuju.

"Tapi,bukan disini bicaranya" Elak Zahra.

"Lalu dimana? Hal apa yang mau kamu bicarakan?"

Nafisa semakin tidak mengerti dengan keadaannya saat ini.

Tadi pagi,ia sudah bertemu dengan kedua orangtua Salman. Terlebih lagi,ibunya menitipkan sebuah amanah yang cukup  besar kepada Nafisa.
Dan sewaktu ia berada di kantin,ia bertemu dengan sosok Salman. Seseorang yang sudah menolongnya dari keributan yang terjadi di kantin,sampai-sampai Salman sendiri lah yang sudah berhasil menenangkan dirinya agar ia tidak lagi menangis.

Sekarang?

Ada Zahra yang memintanya berbicara. Apakah mungkin pembicaraan ini mengenai Salman?
Hal apa lagi yang akan Nafisa terima setelah kejadian beberapa hari itu terjadi.

"Allah,rencana apa yang tengah engkau susun untukku? Apakah aku harus terlibat disetiap urusan kakak kelasku itu?"

"Mungkin ini agak privasi. Kakak mau? Tapi,aku nggak maksa. Kalo emang kakak nggak bisa" Tutur Zahra lembut.

Ia tidak memaksa,terlihat jelas ketulusan dari raut wajah Zahra.
Karena memang benar,rencananya untuk mendekatkan Nafisa dengan abangnya adalah sesuatu yang ia anggap sebagai sebuah rintangan besar .

Ia sendiri masih bingung,apakah keputusannya sudah tepat?

Tapi jauh di dalam hati Zahra. Ia hanya ingin agar abang kesayangannya,abang yang menjadi motivasinya,abang yang selalu menjadi kekuatan saat dirinya rapuh adalah seseorang yang tidak akan lagi mengecewakannya. Zahra terlalu takut jika kejadian sama harus terulang lagi.

Soal pendekatan ini bukan untuk menjodohkan mereka. Tapi ucapan Faisya yang selalu terngiang-ngiang dalam telinga Zahra membuatnya bertekad untuk sebisa mungkin mengingatkan abangnya agar tidak membuat suatu tindakan yang akan mengecewakan keluarganya.

"Kalo kak Salman lihat kak Nafisa,itu artinya dia bakalan inget sama kesalahan yang pernah dia perbuat. Kesalahan  yang bikin keluarganya kecewa.
Soo,kak Salman pasti nggak mau kejadian yang sama keulang lagi kan. Jadi kita harus minta kak Nafisa untuk selalu muncul dihadapan kak Salman. Supaya nantinya,kakak lu nggak akan lagi buat kesalahan itu"

Setiap perkataan Faisya tadi membuat dirinya bingung.
Tapi,apa salahnya untuk mencoba?

Jika memang benar dengan mendekatkan Nafisa kepada Salman akan menjauhkan hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi,lalu mengapa tidak?

Zahra adalah seorang adik yang tidak ingin melihat abangnya membuat suatu kesalahan yang cukup beresiko kepada keluarganya.



***

Menyebut Namamu Disetiap Do'akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang