Chap.77

218 15 6
                                    

Beberapa bulan berlalu, kondisi Salman sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. 

Mimpinya untuk bisa kuliah dan menimba ilmu di Universitas Indonesia sudah terkubur dalam setelah peristiwa kecelakaan itu terjadi.

Meskipun begitu, mimpinya harus ia raih dan jalan yang  ia tempuh harus berbeda dari rencananya kemarin.

Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat mampu membuat Salman bangkit dari keterpurukan itu.

 

Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

 

Salman tersenyum, dalam hati ia berpikir bahwa takdir Allah lah yang sudah membawanya kesini dan ia harus ikhlas untuk menjalani garisan takdir tersebut.

Menimba ilmu di fakultas kedokteran Airlangga dengan jurusan Anestesiologi dan Reanimasi merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi Salman.

Memorinya kian memutar kejadian sebelum ia pergi ke Jawa Timur, tempat dimana universitasnya berada saat ini.

 

Flashback on....

 

Saat itu, Salman meminta Nafisa untuk bertemu dengan dirinya.

Taman menjadi tempat pilihan Salman agar ia bisa leluasa untuk berbincang dengan Nafisa.

Perasaan yang entah kapan sudah tumbuh di hati Salman membuat ia ingin selalu dekat dengan Nafisa. 

Akan tetapi hal itu harus ia tahan sampai Salman benar-benar siap untuk menyatakannya.
Cukuplah dirinya sendiri dan Allah yang tahu betul bagaimana perasaannya untuk Nafisa, gadis yang Salman cintai.

 


“Kak maaf aku telat” Nafisa tampak terengah-engah karena ia tahu bahwa waktu yang dijanjikan sudah lewat beberapa menit yang lalu.

 

Salman tersenyum, melihat jilbab Nafisa yang terlihat sedikit berantakan.

“Udah nggak apa-apa, aku tau kamu pasti bakal dateng” ucapnya.

Hehe, jadi gimana? Besok  berangkat?” Nafisa terkekeh dan menanyakan hal sudah ia ketahui sebelumnya dari Salman.

“Iya, besok berangkat jam 10.00” Salman terdiam dan melanjutkan ucapannya.

“Aku harap besok kamu ikut ke bandara”

 

Nafisa terdiam, ia terlihat gugup dan matanya sangat jelas memperlihatkan kegugupan itu.

 

“Aku, ini” jawab Nafisa kikuk

 

Salman masih setia untuk menunggu lanjutan kalimat Nafisa.

“Kayaknya nggak bisa kak”

“Besok aku ulangan susulan, soalnya minggu kemarin aku nggak sekolah”  ucap Nafisa jujur.

“Kakak pasti inget alasan aku nggak sekolah waktu itu”

Salman terdiam dan mengingat alasan Nafisa tidak sekolah.

Menyebut Namamu Disetiap Do'akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang