Chap.14

3.4K 202 8
                                    

Udara pagi dikala itu sangatlah cerah,bahkan sudah banyak orang-orang yang  mulai menjalankan aktifitasnya untuk bekerja,berangkat sekolah ataupun hanya sekedar untuk menikmati pemandangan indah suasana pagi di ibu kota.

Ibu kota yang terkenal dengan cuaca panas dan macet itu tidak menjadi kendala bagi masyarakat disana untuk tetap gigih dalam mencari nafkah bagi para keluarganya.


'SMA N 24 Jakarta' plat yang menunjukkan lokasi bangunan sekolah itu sudah lumayan lama berdiri. Namun bangunannya sama sekali tidak menunjukkan betapa tuanya sekolah itu.

Para siswa dan siswi terlihat tertib untuk memasuki sekolah kebanggaannya tersebut. Kini mereka menggunakan seragam batik khasnya karena sekarang adalah hari Rabu. Dari sekian banyaknya murid yang ada disekolah itu hanya 2 orang murid yang saat ini tidak bersemangat untuk pergi menimba ilmu,mereka adalah Salman dan Nafisa.

Mereka sangat enggan untuk cepat masuk kedalam kelasnya,dan tentunya mereka juga memiliki alasan. Karena tidak biasanya Salman dan Nafisa bermalas-malasan untuk bersekolah.





"Belajar yang rajin dan ingat,jika seseorang bertanya kepada kamu mengenai kejadian kemarin. Jawablah dengan jujur,tapi jika orang tidak menanyakan hal itu jangan memancing agar mereka membahasnya . Abi percaya sama kamu,jangan takut"

Abi mencium kening Nafisa dan memberinya kekuatan agar ia tidak terus merasa bersalah.


Setelah ummi memberitahu hal yang membuat putri sulungnya merenung selepas pulang sekolah kemarin,Abi sangat terkejut. Padahal kemarin sore sewaktu mereka berada di toko buku,Abi bertemu dengan Salman. Dan Abi tidak melihat masalah yang sedang menyelimuti Nafisa dan kakak kelasnya itu.

Tapi ia sendiri mengerti,bahwa setiap orang pasti akan melakukan kesalahan. Baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja,dan kemarin Salman telah melakukan kesalahan. Itu wajar,sangat wajar. Dan Abi memahami baik akan kesalahan Salman. Jadi ia tidak menyudutkan salah satu pihak.




"In syaa allah. Do'akan Nafisa agar setiap perkataan yang Nafisa keluarkan tidak membuat orang-orang sakit hati bahkan kecewa. Wassalamu'alaikum" Nafisa menyalami Abi.

"Do'a Abi selalu ada bersama kamu. Wa'alaikumsalam"  Ucap Abi.




Nafisa keluar dari mobil. Ia tersenyum dan melanjutkan langkahnya agar cepat sampai kelas. Saat hendak masuk ke gerbang sekolah,semua sorot mata tertuju pada Nafisa. Ia tidak menghiraukan hal itu dan tetap melanjutkan langkahnya.




"Cewek itu yang laporin Salman ke ruang BK?,belagu amat jadi adkel. So yang paling bener" Cibir salah satu kakak kelas yang melihat keberadaan Nafisa.

"Maklumlah,dia pake jilbab kek gitu. Pasti mau kepandang baik sama guru-guru" Kini 2 temannya ikut mencibir Nafisa.




Cibiran itu sangat terdengar jelas oleh telinga Nafisa. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan dan terus beristigfar serta memohon untuk diberikan kekuatan oleh Allah Swt.

Namun,ketika Nafisa tengah berjalan melewati 3 kakak kelas yang sedang mencibirnya tadi,tiba-tiba langkahnya terhenti karena 1 diantara mereka menahan Nafisa dan menghadangnya ditengah lapang.





"Berhenti lu" Ucap kakak kelas yang berambut ikal.



Langkahnya terhenti. Ia masih menunduk,Nafisa sendiri tidak mengetahui siapa yang tengah menghentikan langkahnya. Ia enggan untuk menatap kakak kelas yang saat ini berada tepat dihadapannya.




"Kenapa nunduk?" Ketusnya.

"Maaf kak,saya harus ke kelas" Nafisa berusaha untuk bersuara.

"Alasan! Sekarang gue tanya sama lu. Kenapa lu laporin Salman keruang BK,dia itu cowok baik. Gara-gara rokok doang? Woy lu mikir lah,itu hal biasa buat para cowok. So alim banget!" Kini lengannya memaksa wajah Nafisa untuk bertatapan langsung dengannya.


Ketika mata Nafisa menemukan siapa kakak kelas yang berada dihadapannya,ia sedikit terkejut.




Alice Russela.
Dia adalah seorang kakak kelas yang menyukai Salman. Bahkan mungkin dia sudah lama mengejar Salman,namun Salman yang tidak mau 'pacaran' menjadi kendala tersendiri bagi Alice untuk mendapatkan hatinya.

Sudah 3 tahun terakhir ini Alice berusaha untuk menarik perhatian Salman,akan tetapi usahanya selalu gagal. Meski begitu ia tidak menyerah dan akan terus berusaha untuk mendapatkan Salman dengan cara apapun. Maka dari itu ia tidak segan-segan untuk melawan siapa saja yang berani berbuat macam-macam kepada Salman.

Rasa cinta yang timbul di hati Alice berubah menjadi rasa yang sangat terobsesi akan sosok Salman. Rasa itu salah dan tidak sepatutnya hadir dalam dirinya. Namun Alice sendiri tidak bisa mengendalikan perasaannya itu.

Alice terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan sehingga seringkali ia menyalah gunakan popularitas dan hartanya.
  Ia sering menindas bahkan membully adik kelas yang tidak mau menuruti perintah atau peraturan yang ia buat sendiri.




"Sekali lagi maaf kak. Saya hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi" Ucap Nafisa.

"Lu jadi adik kelas jangan so bener,apalagi so suci!" Alice mendorong bahu Nafisa.

"Btw jilbab lu kurang panjang tuh" Cibir Angel,salah satu teman Alice.

"Dia kek gini cuman pencitraan. Lihat aja nanti,itu jilbab pasti bakal dilepas sama dia. Kan ngakak" Kini Melly juga ikut mencibir Nafisa.



Lagi-lagi Nafisa hanya bisa terdiam setelah mendapat perlakuan seperti ini. Ia berusaha untuk menahan emosinya dengan beristigfar dan bersabar. Air mata yang sudah membendung dipelupuk matanya kian berjatuhan seperti air hujan yang turun dari langit.

Ketika cibiran terus terlontarkan dari mulut kakak kelasnya,ada seseorang yang datang dan menghentikan cibiran itu.

Nafisa sadar,bahwa Allah tidak pernah pergi darinya. Ia tak sendiri,ada Allah yang akan selalu ada bersamanya. Bahkan Allah tak tanggung-tanggung untuk menyelamatkan Nafisa dari cibiran dah tuduhan kakak kelasnya melalui perantara hambanya yang lain.




_________

Assalamu'alaikum😊
Halo hai? Desti nunggu koment nih'-'
Ayolah😌

Sawit,04 Februari 2019
Purwakarta,Jabar🐣

Menyebut Namamu Disetiap Do'akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang