Chap. 78

198 12 8
                                    

Beberapa tahun sudah berlalu, garisan takdir yang masih terhubung kian menjadi jalan yang dilalui oleh banyak orang di dunia ini.
Suasana  mulai berubah seiring berjalannya waktu membuat mereka lebih sigap untuk menikmati hari-harinya.


 

Universitas Padjajaran, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Nafisa duduk di sudut ruangan perpustakaan kampus, ia tersenyum menikmati suasana perpus yang cukup tenang ini.

Indahnya masa SMA dan persiapan serta semangatnya untuk bisa masuk kampus impian agar cita-cita yang ia punya kini sudah terwujud.

Kuliah di luar kota dan jauh dari kedua orangtuanya membuat kenangan Nafisa memusat pada saat ia tengah menimba ilmu di sebuah pondok pesantren dulu, terasa sangat sulit tapi hasil akhir atas semua itu sangat terbayar dengan usahanya untuk menahan rindu.





Shafira Sekar Hanum

Online

 

 

Assalamu’alaikum Nafisaaa, jangan betah di perpus. Ehehe

Inget ada janji sama kita buat makan bareng, mau dateng sendiri atau mau dijemput sama si kardus alien?

Tapi kayaknya dia lagi otw jemput deh, jadi lu bareng aja sama dia biar nggak ngaret okay😉

14.08




Nafisa menepuk dahinya cukup keras.

Hampir saja ia lupa dengan janjinya, secepat kilat Nafisa segera bangkit dan meninggalkan perpustakaan.

Sesaat sebelum ia mencari kontak Shafira, tiba-tiba seorang pria berperawakan jangkung mengambil paksa ponsel Nafisa dan tersenyum simpul.


“Bareng sama gue ya anak psikolog cantik, jarang-jarang nih anak hukum yang ganteng tawarin tebengan” Kevin berusaha untuk menampilkan senyumnya dan tebar pesona.

“Nanti deh, soalnya--” belum sempat Nafisa menyelesaikan ucapannya, Kevin lebih dulu berbicara.

Anjir lah, sombong ya lu” Kevin berlalu pergi meninggalkan Nafisa dengan membawa ponselnya.

Nafisa pun mengikuti langkah kaki Kevin dan sedikit berlari agar langkahnya bisa sama dengan kardus alien itu.

“Ih Kevin, ponsel aku!” Nafisa menarik ujung baju Kevin dan membuatnya berhenti berjalan.

“Lu bareng sama gue, ponsel bisa balik” ucap Kevin judes.


Nafisa tertawa.


“Lha aku emang mau bareng sama kamu”

Pft!

Kevin terlihat kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Katanya tadi enggak” Kevin berusaha untuk mengingatkan.

“Siapa bilang engga?, aku mau ke toilet emangnya kamu mau ikut?” Nafisa menyudutkan.

“Nggak ngomong sih tadi” Kevin masih keukeuh.

“Suruh siapa langsung bicara sebelum aku jelasin?”

Kevin tersenyum malu, ia juga sedikit takut saat melihat ekspresi Nafisa yang berubah menjadi galak.

“Yaudah lu ke toilet deh, gue tunggu di depan”

Menyebut Namamu Disetiap Do'akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang