#26

568 44 0
                                    

~🔍~

🔍 Finding Miya 🔍

~ 🔍 ~

"Kita nyebar keliling kota. Kalau misal ada kabar, info atau cari bantuan, langsung bilang aja di grup," instruksi Gusion.

Semua mengangguk. Mereka pun menyalakan mesin motor mereka masing-masing dan beranjak pergi. Sementara itu, Alucard masih bersandar di pintu mobilnya, memikirkan nasib Miya yang sejak tadi malam mengganggu jam tidurnya.

"Alu," panggil Kyrie. Diusapnya bahu putranya itu dengan lembut.

"Ma, Alu berangkat dulu, ya," pamit Alucard.

"Jangan paksakan dirimu, Alu. Ini bukan salahmu," ucap Kyrie. "Berhati-hatilah. Kasih kabar ke Mama kalau Miya ketemu," pesan nya.

~ 🔍 ~

Alucard mengendarai mobilnya menuju rumah Miya. Entah mengapa feeling pemuda itu soal Modena membawanya ke tempat itu. Dan jika nanti ia bertemu Kagura, ia mungkin bisa bertanya sesuatu soal Miya & Modena.

Ting tong...

Ceklek...

"Untuk apa kau kemari?" ketus Modena.

"Aku datang baik-baik dan kau mengusirku?!" sembur Alucard dengan nada dingin.

"Untuk apa kau kemari? Kau sudah bukan siapa-siapaku lagi, Alucard! Sekarang, kau pergi dari sini!" usir Modena.

Alucard menatap gadis itu dengan sinis. "Fine," ucapnya, melangkahkan kakinya menuju mobil.

Ia hendak menginjak pedal gas, namun perkataan teman-teman nya soal Modena kembali terngiang di otaknya. Ia pun melirik Modena yang sedang berdiri di teras rumahnya melalui kaca spion.

"Oh ya, Al. Rambut Miya tadi perak, lho... Kok kau panggil dia Snowy, sih?" tanya Gusion.

Gusion benar, rambut gadis itu perak, bukan putih salju. Sekarang semua ingatan nya soal Miya ikut berputar di memori otaknya.

"Kau akan menyesal, Alucard. Percuma saja aku memberitahumu jika akhirnya tetap seperti ini. Kau berjanji untuk tetap disamping Miya, tapi kau sendiri yang meninggalkan nya. Kau meminta Miya berjanji untuk tak menangis, tapi kau sendirilah penyebab air matanya mengalir tanpa henti. Jika saja aku hidup, akan kubunuh kau sekarang juga."

"Karena yang kutakutkan adalah, Modena akan kemari untuk kembali menyiksa Miya. Ia mungkin akan merebutmu juga dari Miya. Kau kira untuk apa mereka menjodohkan kalian? Pertunangan ini memang akan berakhir dengan pernikahan, tapi bukan kau dengan Miya, melainkan kau dengan Modena."

"Kau pasti bisa membedakan mereka, Alucard. Suatu hari nanti, kau akan bertemu dengan Modena. Berhati-hatilah, karena dialah yang selama ini dipanggil 'Miya'."

"Jika Miya adalah sosok yang lemah lembut dan polos, maka Modena adalah gadis yang kasar dan sangat kejam."

"Modena mungkin akan meniru sifat Miya untuk mendapatkanmu. Tapi sebelum itu, ia akan mengubah Miya menjadi gadis dingin. Ia akan menukar sifat Miya dengan nya. Modena akan lebih mudah mendapatkanmu dengan cara itu,"

"Tolong jaga Miya, Alucard. Aku tak tau, sampai kapan aku berada di tubuh Miya. Yang jelas, raga Miya akan kehilangan satu jiwa tak lama lagi. Dan ketika aku sudah pergi, dia akan membutuhkanmu. Hanya kau yang ia punya, Alucard."

Alucard meremas rambutnya frustasi. Pemuda itu membuka grup chat sahabatnya, hasilnya nihil. Tak ada satupun dari mereka yang berhasil menemukan Miya.

"Aku akan membalasmu di lain waktu, Modena."

~ 🔍 ~

Hari mulai gelap dan Miya masih belum ditemukan. Gusion, Claude, Zilong, Harley, Harith & Tigreal pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pencarian di hari esok.

Dalam perjalanan pulang, hujan deras mengguyur kota London. Alucard pun memperlambat laju mobil nya karena jalanan yang cukup licin terkena hujan.

Tiba-tiba manik saphire Alucard menangkap siluet seorang gadis bersurai putih dengan seragam sekolah yang sama dengan nya tengah meringkuk kedinginan di teras toko yang sedang tutup.

'Apa itu Miya?'

Ckiiiittt....

Alucard segera keluar dari mobilnya dan menghampiri gadis itu.

~ 🔍 ~

"Jauhi Alucard atau aku akan membunuhmu."

Kalimat itu bagaikan kaset rusak yang terus berputar di kepalanya. Ia bahkan tak mempedulikan seragam sekolah nya yang basah kuyup terkena hujan, luka nya yang terasa begitu perih, atau bahkan perutnya yang berteriak minta diisi sejak 3 hari yang lalu.

"Miya?"

Ia mendongak. Sosok yang menjadi halusinasi nya belakangan ini kembali muncul.

Grep!

"Miya, maafkan aku..." lirih sosok itu.

Ia tertawa miris. Air matanya kembali mengalir begitu deras, bercampur dengan keringat dan darahnya yang telah mengering. Sungguh pemandangan yang sangat menyakitkan bagi siapapun yang melihat nya.

"Lihatlah! Bahkan aku melihatmu sedang memelukku saat ini, Alucard. Hahaha... Kurasa aku memang harus pergi dari kota ini agar bisa melupakanmu. Sudah cukup dengan halusinasi ini! Pergilah kau dari hidupku!"

Sosok itu semakin mengeratkan pelukan nya, bahkan sampai meneteskan air mata.

"Snowy..." bisik sosok itu.

Ia menggeleng, kembali tertawa miris. "Huh, kenapa aku bisa mendengar bisikanmu, huh? Kau kan hanya halusinasi ku saja," racaunya.

"Kumohon sadarlah, Miya..." lirih sosok itu. "Aku benar-benar berada disini untukmu..."

Miya berdecak. "Pergilah! Atau aku yang akan pergi?!" serunya, membuat sosok itu terlonjak kaget.

Ia mengambil silet dari saku seragam nya dan mulai melukai dirinya sendiri. Sosok itu menahan pergelangan tangan nya, membuat darahnya yang mengucur deras bercampur air mata dan keringat iu mengotori kemeja putih sosok itu.

"Hentikan! Ini benar-benar aku!" ucap sosok itu. "Aku nyata, Miya! Aku bukan halusinasi mu," lirihnya.

"Bohong!" sentaknya. "Kalau kau nyata, kau pasti sudah bersama Kak Modena sekarang!"

Sosok itu mengirimkan pesan pada seseorang dengan cepat. "Aku tak akan pernah bersama dia! Aku hanya ingin bersamamu, Snowy," ucapnya.

Ia tertawa sinis. "Ah, kau lebih manis daripada Alucard yang nyata," racaunya. "Bagaimana kalau kau temani aku ke pernikahan mereka, hm? Hahaha... Aku bahkan lupa dimana menyimpan undangan yang diberikan mereka kemarin."

"Miya, apa yang kau katakan? Aku tak--"

"Sudahlah, Alucard. Kau hanya halusinasi ku saja, kan? Pergilah! Aku tak ingin melihatmu lama-lama disini. Kau membuatku semakin merindukan nya saja!" potong nya.

Ia melepaskan pergelangan tangan nya yang ditahan oleh sosok itu. Ia lalu berdiri dan beranjak pergi, tak peduli dengan hujan deras yang membasahi tubuhnya dan membuat luka-luka nya terasa perih. Ia berhenti sejenak untuk menatap langit-langit, sekali lagi ia meneteskan air matanya di antara gelap nya malam dan tetesan air hujan.

"Kau hanya halusinasiku saja, Alucard," gumam nya. "Kenapa aku tidak mati saja sekalian?"

Grep!

"Kumohon, Miya... Jangan katakan itu..."

Sosok itu kembali memeluknya. Kali ini dari belakang. Dan bersamaan dengan itu, ia mulai kehilangan kesadaran nya. Yang jelas, ia sempat mendengar kalimat terakhir sosok itu padanya sebelum ia benar-benar menutup kedua mata nya.

"Kembalilah padaku, aku mencintaimu, Miya..."

~ 🔍 ~

🔍 To be continued 🔍

~ 🔍 ~

LDR (Long Distance Relationship)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang